Labels

Sunday, July 19, 2020

Newton, Sisi lain dari sebuah demokrasi di daerah terpencil (india)


Newton, saat membaca judul film ini, pikiran saya sudah membayangkan pasti berkaitan dengan ilmu fisika, entah di bagian apanya. Ternyata salah besar, film ini tidak ada kaitannya dengan ilmu fisika maupun relativitas. Eh, ada sih, sebenarnya karena Newton yang ada di film ini ternyata adalah nama seorang pemuda dengan gelar master Fisika. Karena namanya Nutan Kumar yang diperankan oleh Rajkumar Rao ,sering ditertawakan maka dia mengubah namanya menjadi Newton.jadi yah, masih nyambung. Hehehe

Tapi fokus film ini berkisah tentang upaya Newton seorang pegawai pemerintahan tingkat rendah yang ditugaskan ke daerah terpencil Chattigarh dengan jumlah 76 penduduk saja utuk melaksanakan pemilu di sana.Untuk menjalankan tugasnya tersebut, dia ditemani oleh kelompok militer yang dipimpin oleh atma Singh yang diperankan oleh Pankaj Tripathi.


Newton yang merupakan sosok yang masih sangat idealis berupaya untuk benar benar melakukan pemilu dengan benar walau di daerah yang akan dia datangi hanya berisi 76 orang yang memiliki suara. Apalagi penduduk di sana adalah penduduk yang tidak berpendidikan serta miskin.Sementara itu Atma mengatakan dia bisa mengisi  data semua pemilu itu.  Newton juga mendapatkan bantuan dari penduduk local setempat yaitu Malko (Anjali Patil) walau dia awalnya tidak dipercaya oleh Atma.

Konflik antara Newton dengan Atma semakin menguat saat sudah sampai di lokasi. Masalah menjadi runyam karena para penduduk tidak ada yang datang ke sana. Mereka sibuk pergi ke ladang sementara yang  tua masih ada di rumah. Begitu ada info bahwa pers asing akan datang untuk meliput pemungutan suara di sana, Militer bergerak memaksa penduduk untuk mendatangi lokasi pemungutan suara.

Masalah tidak berhenti sampai di situ. Penduduk tidak ada yang memahami tata cara pemilihan dan juga cara menggunakan mesin pemungutan suara. Penduduk juga tidak ada yang paham gambar maupun mengenal para wakil rakyat yang ada tertera di gambar.. Newton mengalami kesusahan untuk menjelaskan hal itu. Atma akhirnya turun tangan dengan menjelaskan kalau mereka suka gambar apa, ya mereka tinggal pilih gambar itu selesai. Suatu hal yang diprotes keras oleh Newton.
Saat sudah selesai, maka anak buah atma membuat ledakan palsu seolah-olah pasukan Maois sedang menyerbu . hal yang menyebabkan rombongan panitia pemilu harus dengan cepat pergi meninggalkan tempat tersebut. Saat di perjalanan, mereka bertemu dengan 4 orang penduduk Kampung yang belum melakukan pemilihan sementara waktu belum menunjukkan pukul 3 sore, jadi mereka masih punya hak menggunakan hak suaranya.. Newton ngotot untuk mengambil suara mereka dengan merebut senjata milik seorang tentara (hal yang membuat dia akhirnya dipukuli ramai –ramai oleh para tentara sesudah para penduduk selesai meenggunakan hak suaranya).

Film ini bagi saya merupakan suatu kritikan dari sistem demokrasi yang terjadi di India, atau mungkin di negara lain seperti Indonesia. Bagaimana pemilu hanyalah suatu upacara demokrasi agar orang-orang dipilih menjadi wakil rakyat, sementara para penduduk, terutama di daerah pedesaan sama sekali tidak mengenal mereka.

Hanya karena ingin dilihat bahwa pemilu berhasil dengan sukses, maka saat ada informasi pers asing akan datang meliput, maka militer melakukan pemaksaan pada penduduk di rumahnya untuk mendatangi kotak suara. Hal yang bertentangan dengan idealisme Newton. Menurutku dia berpikir bahwa orang orang datang ke bilik suara harusnya atas kesadaran sendiri, bukan karena paksaan. Padahal sebelum dipaksa oleh militer, para panitia pemungutan suara menunggu sangat lama di lokasi namun tidak ada yang hadir kesana.

Penduduk juga merasa tidak ada manfaatnya mengikuti pemilu. Bagi mereka pemilu bukanlah hal yang penting, sangat berbeda pemikiran dengan Newton. Jelas tidak ada manfaat karena mereka memang tidak mengenal sama sekali para wakil rakyat tersebut. Saat Newton mengatakan bahwa mereka memilih wakil rakyat yang akan pergi ke Delhi, maka pikiran polos para penduduk langsung menyodorkan kepala desa mereka untuk pergi ke Delhi karena dia yang paling tahu apa yang mereka inginkan.

Enam bulan kemudian, Newton masih bekerja di kantornya dengan jabatan yang sama, dengan leher yang digips atau apalah itu kayak diperban tapi bukan diperban sih, tapi yang jelas menunjukkan seberapa parah luka Newton akibat dikeroyok oleh para tentara sehingga lehernya masih di gips walau sudah enam bulan berlalu. Yah, bagaimana ya, aku sebagai tentaranya juga pasti gemes geregetan dengan sosok Newton yang terlalu idealis dan terlalu kaku dengan aturan yang harus dijalankan sebagaimana mestinya (bukan berarti itu salah lho).

Kita sebagai orang awam selalu melihat kesuksesan dari demokrasi adalah dengan besarnya partisipasi rakyat dalam mengikuti pemilu. Kita tidak peduli cara apa yang perlu ditempuh agar partisipasi masyarakat tinggi. Bukankah dalam masyarakat kita berlaku pemikiran bahwa banyaknya masyarakat yang abstain dalam pemilu artinya mereka tidak percaya pada pemilu?
Karakter Newton sebagai sosok pemuda yang baru lulus kuliah masih sangat idealis tidak melihat fakta di lapangan. Hal ini berbenturan dengan Atma yang sudah jauh lebih berpengalaman sehingga lebih realistis dalam mengatasi masalah ini.

Hal itu bisa dilihat saat Atma membuat ledakan palsu jam 12 siang agar mereka segera meninggalkan tempat itu sementara waktu pemungutan suara berjalan hingga jam 3 sore. Newton yang idealis memaksa kembali ke tempat itu sampai pukul 3, sementara Atma tidak mengijinkan. Atma menyadari bahwa kalau mereka sampai malam ada di kawasan itu, maka bisa berbahaya bagi mereka, jangan jangan kelompok pemberontak Maois akan menyergap mereka. Hal yang tidak dipedulikan oleh Newton sehingga dia mencoba kembali ke lokasi walau akhirnya pasrah karena dipaksa oleh pihak militer.

Idealisme Newton juga terlihat di awal film bagaimana dia menolak dijodohkan oleh orangtuanya dengan seorang gadis yang masih dibawah umur, walau ayah sang gadisakan memberikan maskawain dalam jumlah yang sangat besar. Idealisme Newton menginginkan dia menikah dengan seorang sarjana juga, hal yang dikritik keras oleh ayahnya.

Kita juga bisa melihat mengapa penduduk di Cattigarh apatis dengan pemilu. Pemilu yang selalu terjadi setiap lima tahun sekali (jika di Indonesia) apakah sudah mengubah situasi kehidupan penduduk? Mungkin mereka masih saja terbelakang, masih kurang berpendidikan, masih miskin, tidak mengalami kemauan berarti, dan kita sebagai orang kota atau wakil rakyat hanya melihat rakyat sebagai alat saja untuk mencapai kekuasaan. Begitu kita sudah mendapatkan kekuasaan maka dengan mudahnya kita melupakan orang-orang tadi yang sudah memilih kita.

Karena tema yang cukup unik, tentang wajah palsu demokrasi di suatu negara yang diakui sebagai negara demokrasi terbesar di dunia, maka film yang disutradari oleh Amit Masurkar dan diproduksioleh Drishyam Film ini mewakili India untuk diseleksi dalam kompetisi film Oscar tahun 2018 (walau akhinya tidak lolos dalam babak akhir sih). Akhir kata, selamat menonton.


No comments:

Post a Comment