Labels

Wednesday, April 16, 2025

Legends Of The Condor Heroes: The Gallant, Film Silat yang terlalu banyak CGI

Akhirnya niat juga buat synopsis film ini walau sudah sejak Maret kemarin nontonnya. Agak agak lupa jalan ceritanya sehingga mulai harus mengurutkan kembali. LoTCH Gallant ini bikin aku penasaran soalnya dulu banget jaman piyik tahun 90an pernah nonton serialnya sehingga ingin membandingkan filmnya seperti apa walau yang serial itu sudah lupa juga sih hehehhe, agak agak ingat dikit lah.

LoTCH menceritakan Guo Jing ( Xia Zhan) yang pernah ke Daratan Tengah dari padang rumput Mongolia untuk menimba ilmu. Dalam perjalanannya ke Tanah Sentral, dia bertemu dengan Huang Rong (Zhuang Dafei) dan jatuh cinta. Guo Jing mendapat peringatan dari gurunya untuk jaga jarak dari Huang Rong karena dia adalah anak dari Huang Yaoshi, Pemilik Pulau Persik yang memiliki reputasi buruk. Kematian enam gurunya yang diduga dilakukan oleh Huang Yaoshi membuat Guo Jing menjaga jarak dari Huang Rong.

Guo Jing akhirnya kembali ke Mongol dan bergabung dengan ayah angkatnya, Genghis Khan untuk menyerbu Dinasti JIn dengan mengorbankan Dinasti Song. Di saat yang Bersamaan Huang Rong juga masuk ke wilayah Mongolia dan ditolong oleh Hua Zheng, putri Mongol dari kejaran Ouyang Feng, si Racun Barat.

Berhubung saya tidak pernah membaca novelnya, serta hanya mengingat sekilas serialnya di tahun 90an, maka review saya hanya sederhana saja. Saya suka banget dengan penggambaran padang pasir Mongolia serta percakapan para tokoh utama yang menggunakan Bahasa Mongol> Maklum, karena terbiasa melihat film Mandarin (keliatan tua banget ya, menyebut film TIongkok dengan film mandarin wkwkwkw) dengan Bahasa mandarin, sementara film ini menyajikan percakapan dengan Bahasa mongol. Salut dengan Xiao Shan yang mampu belajar totalitas sehingga mampu mengucapkan Bahasa mongol dengan baik (mungkin native speaker bisa menganggap jelek sih, sama seperti saya di jawa melihat orang non jawa berperan sebagai orang jawa dan logat jawanya kurang, hehehe)

Sosok Putri Mongol Hua Zheng seingatku dulu agak agak manja gitu , tapi di film ini digambarkan sebagai wanita Tangguh yang matang. Aku suka aja sih karena dalam bayanganku para wanita mongol itu tipe tipe wanita yang keras, wanita yang tidak lemah karena ditempa keadaan yang keras seperti yang pernah kutonton di Youtube sih, jadi pas lah.

Cm aku greget, ini film silat tapi kok kebanyakan kayak adu ilmu di udara, apa sih istilahnya, pokoknya bukan yang berkelahi berbenturan langsung. Yang terlihat banget berkelahi berbenturan langsung justru pertarungan antara Huang Rong dan Hua zheng. Sisanya melibatkan CGI full untuk pertarungan. Terlihat enak dilihat, tapi kayak tanpa makna. Kayak Wowwwwww gitu tapi ya Cuma wow, bukan kemudian tertarik lihat berbagai jurusnya saja.

Adegan pertarungan antara Ouyang Feng dengan pasukan Mongol juga kalah lebai jatuhnya. Memang sih enak dilihat tapi kayak “ hah, kok gini?” sendirian dia mampu bikin kocar kacir para pasukan Mongol sebelum akhirnya bertarung melawan Guo Jing. Memang sih, Racun Barat digambarkan salah satu dari lima pendekar hebat di tanah Sentral, tapi ya buat selogis mungkin sih. bukan karena dia salah satu pendekar hebat terus bisa sendirian lawan seluruh pasukan Mongol, kayak pasukan Mongol ini tidak bisa apa-apa gitu, padahal sejarah membuktikan justru pasukan Mongol bikin takut seluruh wilayah Asia dan merangsek masuk ke sebagian Eropa. Masak fakta sejarah sebesar itu diabaikan hanya karena ingin menunjukkan kehebatan pertarungan ala CGI gitu.

Kalau saya sih, ok ok aja menggunakan CGI untuk membuat pertarungan jadi indah dan enak dilihat, tapi jika menggunakan CGI sangat berlebihan sehingga pertarungan bela diri sesungguhnya tidak ada, itu malah esensi film silat/bela diri jadi hilang karena sudah digantikan dengan berbagai Gerakan perang di udara yang tidak ada sentuhan fisik. Mungkin itu jadi catatan penting buatsineas sineas lain sih.

Babak awal (aduh apa sih nyebutnya) lebih focus pada kisah cinta antara Huang Rong dan Guo Jing) bagaimana mereka terpisah dan asal muasal kenapa bangsa Mongol melakukan ekspansi ke Dinasti Jin. Genghis Khan (diperankan oleh Baar setu) di film ini digambarkan sebagai sosok pria paruh baya yang bijaksana dan berwibawa. TIdak terlihat sosok pria yang haus darah dan gemar berperang. Mungkin karena ini melibatkan sosok dari Mongolia sehingga kesan Genghis Khan sedikit dipoles agar menjadi lebih manusiawi. Walaupun di akhir terlihat ada kelicikan di dalamnya karena menggunakan ibu Guo Jing untuk memperalat Guo Jing. Hal yang endingnya membuat sang Ibu bunuh diri agar tidak mempersulit jalan Guo Jing pergi dari Tanah Mongol.

Sosok yang tidak kuduga justru Tommy Leung yang menjadi pemeran Ouyang Fei si Racun Barat. Sumpah aku benar-benar tidak mengenali bahwa dia adalah Tony Leung lho. Salut dengan tima make up yang mampu mengubah dirinya menjadi sosok yang tidak dikenali menjadi racun Barat. Dia juga mampu memerankan Racun Barat menjadi sosok yang mengerikan, berbahaya. Bahkan aku merasakan ada nuansa mistis tiap kali dia berbicara. Ekspresi wajah dan matanya benar-benar bikin bergidik sih. seingatku bahkan setelah aku lihat beberapa adegan Ouyang feng versi jadul, tidak ada yang memiliki ekspresi jahat mengerikan seperti yang dilakukan oleh Tony Leung.

Berhubung film ini disutradarai oleh Tsui Hark, ekspektasiku cukup besar terhadap film ini. Apalagi ia sudah sukses dengan once upon time Wong Fei Hung. Cuma mungkin sih karena era Wong Fei Hung itu era akhir Qing sementara film LoTCH adalah jauh sebelum itu, maka adegan fantasi semacam terbang terbang bisa diaplikasikan , ilmu meringankan tubuh dan tenaga dalam yang hebat. Kalau era modern dibuat ala ala seperti itu jadinya malah tidak logis. Cuma ya kembali ke paragraph sebelumnya, tidak menyangka bahwa pertarungan ala film Kungfu hampir tidak terlihat di film ini, lebih ke permainan CGI agar terlihat dasyat gitu.

Berhubung film ini berangkat dari novel Panjang (40 bab) maka tidak mungkin meringkas semua film menjadi satu film walaupun sudah berdurasi  lebih dari dua jam. Aku tidak melihat orang tua Yang Guo, atau Mei chao Feng, pertarungan antara racun barat dan Pengemis Utara juga tidak ada. Ada banyak tokoh tokoh yang seingatku di serialnya ada tapi di film ini tidak ada, ya dan ok ok aja sih karena tidak mungkin kisah sepanjang itu bisa dimasukkan semua dalam satu film. Tapi aku masih paham kok jalan cerita dari film ini.

lagunya benar-benar langsung membawa ke masa masih piyik (tak pernah ku mengerti perasaan hati, getar yang ada di jiwa, apakah itu cinta…. Ini liriknya pas Bahasa Indonesia lho hehehe), Tsui Hark masih menggunakan lagu serialnya walau dibuat lebih upgrade improvisasinya. Aku suka lagunya jadi lebih semangat berapi-api gitu. Mungkin disesuaikan dengan banyaknya adegan pertarungan dan perang antara dua kerajaan jadi lagu serialnya juga dibuat lebih nendang. Kostum bajunya juga ok banget, pakaian para prajurit terkesan memang ruwet tapi ya memang harusnya seperti itu sih kayaknya. Sepertinya Tsui Hark juga memerhatikan detailnya. Huang Rong di film ini kayak kurang digambarkan sebagai gadis yang cerdas nan licik. Dia disini lebih digambarkan gadis yang terlihat sangat matang. Paling kaget itu pas liat dia bertarung lawan Hua Zheng memakai Tongkat pemukul anjing sih. Tongkatnya bukan tongkat hijau Panjang tapi tongkat yang bisa dibuat Panjang dan pendek. Modifikasinya ok juga sih , tapi semoga saja tidak kena protes dengan yang setiap terhadap novelnya.

Walaupun ada beberapa catatan , tapi aku baca, film ini mampu menjadi film silat terlaris sepanjang masa , dan nomor 2 dan 3 juga dibuat oleh Tsui hark lho, yaitu Once upon a time dan Swordman. Jadi, untuk hiburan film ini layak untuk ditonton dunk

No comments:

Post a Comment