Hari kamis siang, mau nonton premiere film di balik 98, di
Mandala , salah satu bioskop di Malang. Tapi waktu sudah pukul tiga lebih, dan
film sudah main 10 menitan, maka akhirnya memilih menonton pada jam 17.20.
Waktu beli tiket, yang pesan jam segitu masih sangat sedikit jadi langsung
mencari posisi yang enak, waktu itu mikirnya film ini pasti yang menonton
sedikit karena yang pesan untuk tayangan jam 15.20 masih sedikit. Ditambah lagi
film ini meurutku agak agak berat di tangan seorang sutradara yang baru
menyutradarai film setelah sebelumnya malang melintang di dunia perfilman,
Lukman Sardi.
Tapi waktu terus merambat , dan saya menunggu dengan membaca
bukunya Nujood, seorang gadis yang jadi janda di usia 10 tahun. Aneh juga
membaca buku di tengah keramaian seperti ini sementara yang lain sibuk dengan
gadget mereka kalau sedang bĂȘte, mungkin karena saya sedang menonton sendiri
jadi tidak ada halangan, bisa focus membaca buku selama kurang lebih dua jam
tanpa ada gangguan.
Saya perhatikan, makin lama penonton semakin
banyak, ah, saya piker pasti pada menonton Assalamualaikum Beijing. Film
sejenis di balik 98 bukan magnet yang besar untuk remaja, kecuali untuk
generasi yang pernah merasakan langsung peristiwa 98. Karena saya sendiri juga
tidak tahu kisahnya seperti apa.
Akhirnya selesai juganovel yang say baca dan sudah pukul 5
sore lebih, pintu teater sudah dibuka, maka saya langsung masuk aja, dan tanpa
di duga, ternyata kursi penonton hamper full, sesuatu yang tidak saya duga
sebelumnya. INi berarti film ini sudah menarik minat para ABG yang sebagian
besar saya perhatikan usia mahasiswa untuk menontonnya. Mengingat ini tayangan
ketiga, maka sudah diprediksi dua tayangan sebelumnya pasti juga udah full. Awal
yang sangat baik,para penonton ini nantinya akan getok tular kepada teman temannya mengenai film yang sudah mereka
lihat. Saya sih akhirnya beli pop corn sebagai penghilang rasa bosan.
Film akhirnya diputar, dengan aksi aksi demo, seperti
membawa kembali pada suasana masa itu, ya mungkin karena saya waktu itu juga
ada di jalan, sebagai seorang anak kecil, jadi kebakaran kebakaran yang ada pernah
saya lihat. Mengerikan. Film ini menceritakan Diana seorang aktivis yang
berpacaran dengan seorang mahasiswa yang bernama Danial, keduanya mahasiswa
trisakti, disaat yang bersamaan Diana merupakan ipar dari bagus, seorang
tentara dan juga adik dari Salma , seorang pegawai istana yang sedang hamil
besar.
Masa itu adalah masa dimana krisis moneter yang sangat luar
biasa, harga barang barang mengalami lonjakan yang sangat besar. Salma akhirnya
hilang di saat terjadi kerusuhan, sementara rumah Daniel di jarah
massa.Hilangnya Salma membuat Diana menuduh Bagus yang tidak bisa menjaga
istrinya dan sibuk dengan tugasnya sebagai tentara yang menjaga keamanan
ibukota. Peristiwa demi peristiwa yang akhirnya memaksa Presiden Suharto turun
dari kursi kepresidenan dan digantikan oleh B.J. Habibie
Film ini di bagian tertentu mengundang tawa penonton,
terutama tokoh tokoh besar yang diperankan banyak orang, misalnya pemeran
Suharto, BJ Habibie, Wiranto, Amin Rais, entah, melihat pemeran tokoh tokoh tersebut banyak membuat penontn menjadi
tertawa, karena lucuaja melihat sosok SBY, prabowo yang agak agak mirip (atau
sebenarnya tidak mirip, hahahaha)
Ada sedikit yang mengganggu dalam melihat film ini, misalnya
reportase reportase yang sangat menonjolkan RCTI, tapi ya tidak apa apa, bisa
dimaafkan, kan RCTI memang sponsor pendukung film ini jadi ya harus ada sih,
walau porsinya sedikit lebih banyak daripada stasiun TV lain, padahal bisa jadi
yang banyak mengekspose tragedy saat itu mungkin bukan RCTI. Kemudian mahasiswa
mahasiswa yang terbunuh , yaitu mahasiswa trisakti, tidak di sebutkan siapa
nama namanya, harusnya Lukman Sardi berani menyebutkan korban mahasiswa
tersebut sebagai pengetahuan bagi generasi muda.bukankah ini adalah kisah fiksi
dengan latar belakang tragedy 98?
Terus make upnya, Boy William dan Chelsea Islan memang
ganteng dan cantik, tapi membayangkan antara tahun 98 sampai januari 2015,
selisih 16 tahun, katakanlah pada saat itu mereka usia 20 tahun, harusnya pada
saat pertemuan kembali di tahun 2015 mereka sudah berusia 36 tahun . tapi make
up anatara tahun 98 dan 2015 tidak terlihat perbedaan tegas antara tahun usia
remaja dengan usia sangat dewasa, ini kelemahan make up kita dibanding film Hollywood
yang sudah canggih, make up bisa membuat seseorang jauh terlihat tua atau muda.
Tapi cukup bagus kok para pemeran film tokoh tokoh besar,
misalnya peran untuk amin rais, BJ habibie, dua tokoh yang cukup punya porsi
untuk dialognya, gesture dan ekspresi BJ habibie yang diperankan Agus kuncoro
keren banget menurutku, pemilihan Donny Alamsyah sebagai sosok tentara dengan
ekspresi yang kuat dan tegas, dingin sangat pas, jadi teringat film the raid
atau merantau.
Terlepas dari segala kekurangan, film ini menurut saya
sangat layak tonton, karena unsure drama dan romantisnya juga cukup dapat. Kalau
film ini murni mengenai tragedy 98, saya sangsi film ini akan ditonton banyak
orang, tapi film yang dibalut unsure drama ini yang membuat menarik untuk
dilihat. Selamat melihat film Indonesia yang lain. salam
No comments:
Post a Comment