Judul Buku :
Jejak langkah
Pengarang :
Pramoedya Ananta Toer
Tahun terbit :
Jakarta 1985
Penerbit :
Hasta Mitra
Tebal halaman : 464
halaman
Minke,
sang tokoh bertemu dengan wanita Cina asli , Ang San Mei yang melarikan diri
dari Tiongkok ke Hindia. Sang wanita yang kemudian menjadiistrinya. Ang San Mei
ternyata seorang pejuang yang sangat gigih terhadap bangsanya, di saat yang
sama muncul organisasi Tionghoa di Hindia yaitu Tionghoa Hwee Koan (THHK) yang
bertujuan untuk mencerdaskan generasi muda tionghoa di Hindia. Disaat yang sama
kaum pribumi masih terlena dengan kehidupannya, kaum priyayi yang masih
mementingkan dirinya sendiri dan menjadi hamba dari kaum colonial.
Ang San Mei sendiri sangat sibuk dengan kegiatannya
berorganisasi untuk kaum Tionghoa sehingga jatuh sakit dan akhirnya meninggal,
hal yang akhirnya juga menyebabkan Minke gagal menjadi seorang dokter walau
kurang dari satu tahun lagi lulus menjadi dokter.
Minke akhirnya bekerja menulis, mendirikan surak kabar Medan
yang awalnya merupakan penyuluhan di bidang hukum namun berkembang menjadi
corong organisasi karena di saat yang bersamaan Minke terlibat dalam kegiatan
Boedi utomo. Hanya saja Minke akhirnya keluar dari Boedi utomo karena prinsip
organisasi yang sangat jawa sentris serta mendukung kelompok priyayi yang sudah
hidup mapan di bawah bayang bayang colonial.
Kehidupan priyayi jawa lengkap dengan tata kramanya juga
menjadi hambatan Minke dalam mengajak golongan terdidik yang umumnya kaum
priyayi untuk memikirkan bangsa Hindia. Membuat suatu organisasi yang cenderung
memajukan kaum pribumi sama saja dengan mengancam kaum priyayi itu sendiri. Disini
juga dimunculkan betapa golongan tua priyayi jawa yang sangat sempit
pemikirnannya yang diwakili oleh nenek minke bahwa orang yang bukan Jawa
bukanlah bangsa beradab karena Jawa dianggap sebagai bangsa yang jauh lebih
berbudaya disbanding bangsa bangsa lain di Hindia.
Minke
akhirnya terlibat dalam organisasi baru Syarikat Dagang Islamiyah (SDI) yang
dipersatukan oleh agama islam. Disaat yang sama Minke mengenal Prinsess Van
kasiruta, seorang putrid raja buangan di Priangan yang tidak diijinkan untuk
meninggalkan Jawa. Akhirnya Minke kembali menikah untuk yang ketigakalinya
dengan wanita bukan Jawa, Prinses Van Kasiruta, dan kembali mereka saling mendukung
dalam memajukan bangsa melalui surat kabar Medan. Tapi karena kebodohan
bawahannya dalam mengkritik pemerintah Hindia , maka nasib malang menimpa
Minke.
Novel ini begitu tajam kritikannya terhadap kehidupan dunia
priyayi Jawa, bagaimana mereka sulit maju karena justru pemikirannya sendiri. Dan
isi novel ini menurut saya masih relevan pad amasa sekarang walau zaman
mengalami perubahan. Kehidupan kelas priyayi yang tunduk terhadap atasan dan
menyenangkan atasan, bukankah sama saja dengan kehidupan birokrat atau kalangan
pegawai zaman sekarang?
Selain itu Novel ini juga menceritakan Ang San Mei terus
mendorong Minke untuk berorganisasi, sesuatu yang masih asing kala itu, dan
Minke tidak tahu harus dimula darimana dan seperti apa karena tokoh dokter
pensiunan Jawa yang pernah menyuarakan para siswa STOVIA agar bergerak untuk
kemajuan bangsa Hindia juga tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai organisasi,
hal yag sangat berbeda dengan Ang San mei yang sudah terlibat organisasi sejak
masih di Tiongkok. Bahkan saat Tiongkok jatuh ke tangan republik meruntuhkan
Kerajaan, Ang San Mei seamkin giat dalam organisasi pergerakan kaum Tionghoa sampai
akhir hayatnya
Novel ini juga mengulas mengenai gadis jepara, yang bisa
ditafsirkan sebagai Kartini yang sangat cemerlang dalam pemikirannya dan bisa
sangat berbahaya , maka seperti kehidupan priyayi umumnya, maka gadis berbahaya
ini hanya bisa ditundukkan di ranjang pengantin, sama halnya dengan prinsses
van kasiruta yang dianggap berbahaya oleh pemerintah Hindia sehingga harus
segera dinikahkan untuk dipadamkan semangatnya.
Terlepas dari posisi Pramoedya yang dulu dianggap terlibat
dalam gerakan komunis, membaca novel ini
saya menjadi tidak kaget kalau akhirnya banyak pihak yang saat itu kebakaran
jenggot karena kritikan kritikannya, tapi demi pembangunan bangsa, saya rasa
tidak ada salahnya novel ini dibaca dan direnungkan kembali, akhir kata selamat
membaca.
No comments:
Post a Comment