JUdul buku :
Arok Dedes
Pengarang :
Pramoedya Ananta Toer
Tahun terbit :
Cetakan ke 7 2009
Penerbit :
Lentera Dipantara Jakarta
Jumlah halaman :561
Halaman
Novel yang sangat
tebal, tapi membacanya serasa tidak mampu berhenti karena alur yang
sangat memikat. Sejarah mencatat bagaimana Arok naik ke tahta kekuasaan melalui
kudeta, dan di tangan Pramoedya, sejarah itu dibuat dengan sedemikian
rupa,suatu intrik politik yang sangat kuat.
Novel ini menceritakan bagaimana Tunggul ametung yang
mengangkat Dedes menjadi prameswary atas saran seorang resi bahwa Dedes akan
menjanjikan kemasyuran. Di saat yang bersamaan di Tumapel Kaum brahmana yang
merasa disingkirkan sejak zaman Airlangga terus menyusun kekuatan untuk
menegakkan kembali Syiwa setelah dua ratus tahun kerajaan dikuasa oleh Wisnu,
dan Munculah Si Arok, seorang sudra namun menguasai sansekerta dengan baik
sehingga menjadi brahmana muda.seorang sudra berhati brahmana dan memiliki
kekuatan satria.
Disisi lain, kekuasaan sewenang-wenang Tunggul ametung
membuat banyak sekali terjadi pemberontakan, Dan Arok pun terlibat dalam
pemberontakan, namun dengan strategi yang sangat jitu, bermula menjadi seorang
prajurit tumapel , hanya dalam dua bulan
dia mampu mengokohkan diri menjadi orang
kuat di tumapel. Dengan menggunakan tangan tangan lain, dia mampu menumpas
lawan lawan politiknya seperti Yang mulia Belakangka wakil dari Kediri, Mpu
Gandring serta Kebo ijo.
Begitu bagus jalinan cerita dalam novel ini sehingga konflik
yang terjadi sangat bisa dinikmati. Bagaimana Tunggul ametung untuk
mempertahankan kekuasaan melakukan perbudakan dan menambang emas untuk
dinikmati bersama dengan Yang Mulia Belakangka, dan disaat yang bersamaan
berusaha untuk saling menyingkirkan kala situasi tidak menguntungkan, di
sisi lain, Mpu Gandring juga memiliki
ambisi untuk menjadi seorang akuwu, dan pengaruhnya sangat terasa diantara
prajurit Tumapel.
Sejarah hanya mencatat bagaimana Ken Arok menghabisi Mpu
Gandring karena senjata yang dibuat tidak kunjung selesai, tapi ditangan Pramoedya,
maka dikisahkan bagaimana sang Mpu berusaha membangun angkatan bersenjata untuk
mendukung rencananya, dimana salah satu pion adalah si kebo Ijo.
Kebo ijo hanyalah catur dari kekuatan besar yang Mulia
belakangka dan Mpu Gandring, gerakan Mpu Gandring hampir menguasai ibukota
sebelum ken arok menaklukkannya. Sementara itu gerakan gerakan pemberontakan
yang dlakukan olehArok sudah tercium oeh lawan lawan politiknya tapi tidak bisa
membuktikannya, dan itu semua justru didukung oleh sang prameswari sendiri.
Dalam Novel ini , tidak ada lagi kisah mistis yang
menyertai, apalagi kisah kutukan keris Empu Gandring, ini merupakan novel
politik seutuhnya, semua berlomba lomba untuk menjadi penguasa dan bagaimana
untuk menjaga posisinya dalam istana, seorang brahmana pun terlibat dalam
kekuasaan.
Kaum brahmana, yang sangat dipuja didudukkan dengan sangat
tinggi , dan posisi San prameswari menjadi sangat penting, sang akuwu bisa
berganti, namun sang prameswari yang merupakan keturunan brahmana harus
dipertahankan sebagai penguasa, dan Kebo ijo yang tidak punya wibawa namun
silau dengan kekuasaan menjadi pion dari kekuatan besar di belakangnya.
Strategi strategi yang dilancarkan Ken arok juga begitu
cerdik, kecerdikan yang hanya mampu membuat curiga para lawan politiknya tapi
tidak bisa dibuktikan, dank karena faktor perlindungan dari Prameswari sendiri
ditambah janji dengan dang hyang logawe, seorang brahmana yang sangat
berpengaruh.
Sebagai orang ahli politik, bagaimana arok mampu meraih
kekuasaan dengan menggunakan tangan orang lain, menjadikan orang lain sebagai
tumbal demi kekuasaan itu sendiri, tak ada kawan maupun lawan, yang ada adalah
tahta yang diincar oleh banyak orang.
Inilah novel politik yang menjelaskan bahwa kisah Ken Arok
merupakan kudeta yang pertama kali terjadi di Jawa yang dilakukan dengan sangat
lihai.
No comments:
Post a Comment