Labels

Friday, April 24, 2015

Seks dan Tasawuf dalam Novel Centhini 2



Judul Buku                          : Centhini 2
Pengarang                          : Gangsar R. Hayuaji
Penerbit                              : Diva Press
Tahun terbit                       : cetakan pertama September 2010
Tebal halaman                   : 420 halaman
Sungguh saya melewatkan buku yang pertama tentang Centhini 1, dulu sempat membaca sekilas tapi saya merasa buku itu sangat membosankan, sehingga saya tidak membacanya lagi, hanya saja saya penasaran dengan serat centhini yang tentu saja yang sudah di novelkan, bukan yang kisah aslinya, sehingga saya memaksakan diri untuk membaca Centhini yang kedua.

Hasilnya saya tidak kecewa dengan novel ini, karena banyak pengetahuan yang saya dapat. Novel ini sangat kental dengan petualangan seks yang halus  dan pelajaran tasawuf yang begitu mendalam dan membawa manusia menuju kesejatian sebagai manusia linuwih.Novel yang kedua ini menceritakan pengembaraan Tambang raras dan Centhini dalam mencari syekh Amongraga, perjalanan Syekh Amongraga beserta Jamal dan Jamil. Selain itu juga menjelaskan perjalanan Jayengresmi, jayengraga , Nuripin dan kulawirya , serta  perjalanan Jayengsari beserta Niken Rancangkapti ditemani Buras. Semua terpisah dalam rangka melarikan diri dari sultan Agung yang sudah menghancurkan Padepokan Giri. Syekh Amongraga yang rela meninggalkan istrinya untuk mencari kedua saudaranya, Rancangkapti dan jayengsari yang berpetualang mencari Syekh amongraga. Jayengsari dan Jayengraga dalam mencari Syekh amongraga, dan Tambangraras yang nekat meninggalkan rumah disertai Centhini untuk mencari suaminya. 


Sebelum melakukan pengembaraan mencari Syekh amongraga, Nuripin menceritakan pengembaraannya dan pengalamannya  kepada Centhini dalam rangka mencari Syekh Amongraga. Masing masing petualangan membawa pengetahuan yang berbeda beda dan menambah kasanah hidup masing masing.
Rancangkapti akhirnya menikah dengan Cebolang, putra  Syekh Akhadiat pemilik padepokan Sokayasa , yang melakukan pengembaraan dan mengalami petualangan liar dalam hal seks, yang akhirnya kembali ke Padepokan Sokayasa. Dan pada akhirnyas etelah semua petualangan bertemu di hutan Tunjung Bang, Syekh Amongraga dan  Tembangraras berubah menjadi sepasang ulat yang ditangkap oleh Tumenggung Wiraguna dan dimakan oleh Sultan Agung dan permaisurinya.

 Ada banyak tembang disini dan istilah jawa yang saya sukar untuk membacanya.untung saja setiap omongan atau tembang yang dijawakan sudah diterjemahkan. Di buku ini petualangan setiap kelompok disertai dengan pelajaran mengenai katuranggan wanita, kisah kerajaan Pengging dan Rara jonggrang, ramalan dari jangka jayabaya. Juga dijelaskan mengenai perwatakan Pandawa dan Kurawa yang lahir dari sifat rakus Gandari.
Petualangan seks yang ada di dalam buku ini mengenai kisah percintaan jayengraga, Kulawirya, endhuk, Nyi gendra, mbok Wulanjar, ki Suradigdaya beserta tiga selirnya. Hmmmm, tata bahasanya yang bagus dan tertata, menurut saya sih sangat sastra sekali jadi agak berat membacanya , dan juga berbagai petuah petuah hidup dan filsafat yang saya masih belum paham, hehehe, tapi terlepas dari semua itu, tidak ada salahnya untuk membaca buku ini, 

Akhir kata, selamat membaca

No comments:

Post a Comment