Labels

Wednesday, March 11, 2015

Rumah Kaca, pentingnya pengarsipan pada masa kolonial



Judul                                     : Rumah Kaca
Pengarang                          : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit                              Lentera Dipantara Jakarta Timur
Tahun terbit                       September 2006
Jumlah halaman               : 646 halaman
               
Akhirnya menyelesaikan buku tetralogi dari pramoedya ananta toer (PAT). Jika ketiga buku sebelumnya yang menjadi tokoh utama adalah aku, si Minke, maka pada buku yang keempat ini yang menjadi tokoh utama adalah Pangemanann, seorang komisaris polisi.
Di Buku ketiga, Jejak langkah, Minke ditangkap oleh Pangemanann dan diasingkan di ambon, maka buku ke empat ini menceritakan bagaimana Pangemanann yang naik tingkat menajdi anggota dari Algemenee Secretary (AS), dewan yang berpengaruh terhadap nasihat nasihat yang dberikan kepada Gubernur jenderal, atau disini dsebut sebagai tuan besar., posisi yang sebelumnya dijabat oleh De lange namun bunuh diri di ruangan kerjanya (sudah muncul di buku buku sebelumnya, namun baru diketahui bahwa dia menduduki posisi penting d buku ke empat ini)

Bagaimana HIndia menjad rumah kaca bagi Pangemanann yang selalu diamati dan dipelajari, pergerakan pergerakan yang ada. Setelah sebelumnya mengamati pergerakan Minke, dan berbuah keputusan untuk mengasingkannya, maka Pangemanann memelajari orang orang terpelajar yang ada di Hindia. Pangemanann juga mengamati pergerakan organisasi organisasi yang ada di HIndia .
Ada tiga organisasi utama yang menjadi pengamatan, yaitu Syarikat Islam (SI) ,  Budi Moeljo, ditambah dengan indische partij (IP). Jika Budi Moelyo dibiarkan karena mendukung pemerintahan colonial, maka Syarikat dibuat untuk tidak berkembang, apalagi pemimpin yang tiba tiba berganti ke tangan mas Cokro, yang disebut sebagai kaisar tanpa mahkota, seoang tokoh yang kurang terkenal dan sbelumnya tidak terlibat dalam hal yang besar dengan  SI. Kemudian di tengah peranakan eropa, muncul IP yang ingin memerintah sendiri, . Pemerintah membiarkan IP karena tidak akan berbahaya mengingat dia hanya menyasar pada kelompok peranakan, sementara peranakan tidak terlalu antusias untuk memerintah sendiri seperti halnya Afrika selatan.
Namun pergerakan IP yang dimotori oleh Douwager, Wardi, dan tjiptomangun (DWT)semakin lantang menyuarakan pendapatnya membuat Pangemanann memutuskan untuk menyarankan agar dibubarkan dan dua orang pemimpinnya dbuang ke Nederland selain Tjiptomangun. Organisasi organisasi yang berkembang masih bersifat etnis, dimana Pangemanann mengamati mereka dan member saran pada gubjen agar organisasi yang bersifat etnis ini dibiarkan dan dibuat untuk bertentangan.
Kemudian muncul dua orang yang menjadi penerus Minke dan menjadi amatan Algemenee Seretary (AS), yaitu siti soendari dan Marko. Marko yang berasal dari keluarga miskin dan kemudian mengabdi kepada Minke, berseru seru dengan sangat lantang dan menjadi bagian dalam SI, sementara Siti Soendari seorang gadis yang terpelajar yang menyerukan nasionalisme. Dan seperti layaknya gadis jepara, maka pemerintah colonial memaksa sang ayah yang merupakan pegawai di Pemalang agar segera menikahkannya supaya dapat dikendalikan.
Pada suatu titik pergantian Gubernur Jenderal juga terjadi pergantian kebijakan, setelah Van Limburg Stirum menggantikan Idenburg, maka pemerintah menjadi lebih lunak terhadap pergerakan organisasi karena ditakutkan akan menjadi semakin berbahaya kalau ditindas mengingat zaman sudah mngalami perubahan. Dan satu tindakan penting adalah dibebaskannya para tahanan politik yang dibuang.
Minke akhirnya kembali ke Jawa, dari Surabaya menuju betawi. Pangemanann kuatir tindakannya akan kembali ke politik, sehingga menyiapkan surat perjanjian agar Minke tidak kembali terjun dalam politik. Begitu kuatnya jaringan yang dikuasai leh Pangemannn sebagai orang penting AS, membuat Minke terlunta lunta di betawi dan akhirnya harus berakhir tragis tanpa dikenal lagi dengan orang orang yang dulu pernah dia pimpin , orang orang yang dulu mengelu-elukanya akhirnya lenyap tak berbekas, dia bukan siapa siapa.
Membaca novel yang keempat ini benar benar mempermainkan emosi saya, bagaimana zaman itu , pemerintah colonial dalam mengambil keputusan keputusan tidak didasar dari pengamatan dan mempelajari arsip arsip  ang tersedia, bahkan harus mempelajari budaya yang ada disuatu daerah. Begitu banyak arsip yang bisa 7 km panjangnya andai itu dilakukan. Dan Pangemanann harus mempelajari arsip arsip yang disediakan sehubungan dengan suatu permasalahan, karena keputusan yang akan diambil oleh Gubjen harus mendapatkan tandatangannya sebagai seorang tenaga ahli.
Demi pekerjaan seperti itu, pangemanann juga harus mengorbankan prinsip dan keluarga. Keluarganya akhirnya berada di Nederland, meninggakannya karena sikapnya yang sudah berubah., perubahan yang terjadi karena posisinya sebagai seorang penting dalam AS. Saya bisa merasakan bagaimana pergulatan batin Pangemanann, seoang pribumi Manado yang belajar d Perancis, harus memberikan saran saran kepada pemerintah colonial , sementara dalam hati dia membenci saran saran tersebut, namun demi kekuasaan dan jabatan, itu semua harus dlakukan, dan pada akhirnya, ia tidak mendapatkan suatu perlakukan yang hebat sebagaimana mestinya.
Dengan jabatannya pula, dia mengamati bagaimana dia diperas oleh mantan bawahannya dalam kepolisian, Sarimin, seorang pribumi dalam kasus pembunuhan pelacur terkenal Rientche de Roo, yang menyadarkannya bahwa seorang pribumi masa kini sudah mengalami perubahan menjadi lebih pintar dan berani dibandingkan pada masa masa sebelumnya.
Kita juga belajar bagaimana pergerakan organisasi awal masih sangat mentah dan hanya tahu sedikit tentang eropa, namun bingung dengan bangsa seperti apa yang akan dibuat, bahkan mungkin hanya saling sikut sikutan dalam tubuh organisasi demi kepentingan pribadi.
Membaca buku ini, jangan terlalu  focus bahwa di dalamnya pasti benaar, misalnya indische partij, dan Syarikat Islam, karena bisa jadi tokoh tokoh di dalamnya dengan yang ada d dalam buku sejarah mengalami perbedaan. Bahkan saya sendiri juga agak sulit membedakan mana yang fiksi dan mana yang fakta, kalau bukan karena saya juga mempelajari sedikit sejarah.
Begitu juga dalam keluarga, gadis jepara, yang pati merujuk pada kartini, menunjukkan bahwa gadis gadis yang vocal harus dikendalikan, dan seperti saat ini, gadis gadis hanya bisa dikendalikan di ranjang pengantin, kalau menyebut dalam novel ini. Kalau dilogika betul juga, seseorang yangs udah berkeluarga pasti akan berpikir ulang akan suatu nilai nilai dan mulai mengikuti aturan aturan umum yang berlaku dalam masyarakat. Hal yang sama juga dilakukan kepada Tokoh yang bernama Siti Soendari, walau sang ayah sejak awal berusah aagar anaknya cerdas dan maju, namun tekanan dari atasan dan colonial membuat dia tidak mampu berbuat apapun.
Novel ini menjadi sumbangan yang sangat penting dalam bangsa ini, sangat sayang kalau novel ini hilang karena merekam kehidupan zaman itu, dan saya sangat yakin ini juga disertai riset yang kuat dari Pramoedya. , akhirnya selamat mmbaca buku ini.


No comments:

Post a Comment