Judul buku :
Madame mao
Pengarang :
Anchee Min
Penerbit :
Q Press, Bandung
Tahun terbit :
Cetakan 1 September 2007
Jumlah halaman :
544 halaman
Saat membaca kover ini, saya kurang tertarik, namun melihat
nama pengarangnya saya langsung ingin tahu tentang isisnya. Saya pernah membaca
bukunya yang lain yaitu Maharani yang menceritakan sosok maharani Ci Xi
sewaktu masih gadis hingga menjadi
seorang maharani dan gaya bahasanya cukup saya sukai. Madame Mao, tentu menarik
perhatian karena dia adalah seorang wanita yang berperan besar dalam Revolusi Kebudayaan
di TIongkok yang menelan begitu banyak korban.
Madame Mao memiliki tiga nama sepanjang hidupnya, sebagai
Yunhe, seorang gadis lugu antara tahun 1919-1933, kemudian berubah menjadi Lan
Ping saat menjadi artis di Shanghai, dan mengalami perubahan menjad Jiang Ching
di tahun 1938-1991) atas saran dari Kang Sheng.
Yun he sebagai seorang gadis yang akan diikat kakinya
seperti kebanyakan gadis saat itu namun berani menolak keinginan ibunya. Suatu
budaya yang membekas dan kelak
mempengaruhi jalan hidupnya, kemudian dia menikah dengan seorang pria, yang
hanya di sebut sebagai Tuan Fei, namun pernikahannya begitu singkat. Yun he
kemudian mengenal Yu Qi wei, seorang pria tampan dan cerdas yang akan menjadi
suami keduanya, namun pernikahan ini juga mengalami kegagalan. Yun He pergi ke
Shanghai untuk mengembangkan drinya sebagai artis namun dia hanya menjadi artis
kurang ternama. Di sana dia menikah dengan Tang Nah, yang dikiranya akan
membantu jalannya menjadi seorang artis, namun dia justru salah besar.
Yun He kemudian mengubah nama menjadi lan Ping, dia semakin terlibat
dalam kegiatan Komunis, serta mencoba untuk mengembangkan diri dengan berharap
bantuan Tang Nah yang memiliki koneksi dengan dunia industri film, tapi tidak
berhasil. Saat Yun He pergi bergabung dalam kelompok Komunis di Yenan, atas bantuan Kan Sheng , dia
berkenalan dengan mao Tse tung yang saat itu masih memiliki istri namun
akhirnya ditinggalkannya dan Yun he kemudian menjadi istri ketiga Mao, dimana
namanya sudah berubah menjadi Jiang Ching.
Jiang Ching harus tahan dengan kenyataan bahwa Mao memiliki
banyak hubungan gelap dengan para wanita terutama yang masih perawan, mengingat
Mao memiliki pemikiran seperti kaisar kaisar kuno untuk bisa panjang umur harus
banyak bercinta dengan gadis gadis yang masih perawan dan masih muda. Salah
satunya seoran artis bernama Sangguan, artis Shanghai yang dijadikan selir Mao,
namun dia tidak pernah bertemu Mao, bahkan menderita depresi karena dia tidak
bisa bebas pergi kemana mana, sementara di berbagai tempat dia selalu melihat
foto Mao dan Jiang Ching. Shangguan akhirnya bunuh diri di dalam kamarnya
dengan mencampur sebotol Shaoju dan pil tidur.
Jiang ching akhirnya memiliki kekuatan besar untuk mengatur
Tiongkok, bagaimana dia terlibat dalam proses Revolusi Industri, menyingkirkan
lawan lawan politiknya, misalnya Liu Shao Qi dan istrinya Wang Guang mei. Bahkan Madame mao menyingkirkan keluarga Liu
hanya karena rasa iri melihat Wang Guang Mei yang lebih dikenal daripada Madame Mao yang
saat itu masih belum tampil di public, Istri Liu yang merupakan wakil ketua
dianggap lebih sering tampil, apalagi dia dari keluarga terpelajar dan
bangsawan sementara Jiang Ching hanyalah seorang artis yang tidak terkenal. Dijelaskan bagaimana Madame Mao sangat iri
dengan Wang Guang mei dan Deng Yen Chao, istri Perdana mentri Zhou En Lai.
Bedanya adalah Deng Yen Chao tidak berusaha untuk konfrontasi dengan Jiang
Ching, bahkan selalu berusaha mengambil hati Jiang Ching, sementara Wang Guang
Mei, memosisikan dirinya sebagai seorang istri wakil ketua yang cerdas dan
tidak berusaha untuk mengambil hati Jiang Ching.
Mao sendiri hanya diam saja karena seperti kaisar, Mao
menganggap bahwa pertikaian yang terjadi pada bawahannya itu digunakan untuk
memperkuat dirinya, sehingga Mao secara diam diam juga mendukung bawahan
bawahannya yang saling menyerang.
Jiang Ching akhirnya bersekutu dengan chun Qiao, seorng penulis
dan editor Shanghai wenhui , bahkan bersamanya, jiang Ching membentuk kelompok
empat, dimana dua diantaranya merupakan murid Chun Qiao,kelompok yang pada
masanya sangat ditakuti oleh lawan lawan
politiknya. Deng Zao Ping akhirnya di asingkan. Dua lawan politiknya paling
kuat setelah tersingkirnya wakil ketua liu Shao Qi adalah perdana menteri Zhou En lai dan marsekal Lin Biao.
Salah satu kisah yang paling mengerikan menurutku adalah
saat terjadi makan malam antara pasagan suami istri Lin Biao, Zhou en lai , mao
ze dong dan Jiang ching, Bagaimana pada saat itu Mao seperti sedang memuji muji
keluarga Lin Biao dan tidak ada suatu firasat buruk, namun keesokan harinya
keluarga Lin Bao sudah tewas. Setelah selesai makan malam, mereka dibantai
dalam perjalanan pulang ke rumah atas
perintah Mao dengan alasan mau melakukan tindakan kudeta. Hmmmm, Suatu hal yang
sangat tidak di duga menurutku.
Pada akhirnya Madame
Mao jatuh seiring dengan kematian Mao Ze dong tahun 1975 sehingga tidak ada
lagi yang melindunginya, akhirnya dia ditangkap dan diadili atas perbuatan
perbuatannya. Hal yang sangat tragis adalah Jiang Ching dijatuhkan sendri oleh
Kang Sheng, orang yang dulu juga pertama kali bersekutu dengannya untuk meraih
tujuan politik yang lebih tinggi, namun di saat kematiannya, KangSheng
menyadari keinginan politiknya tidak akan tercapai sehingga dia menyerang balik
Jiang Ching.
Banyak hal yang bisa kita petik dari buku ini, bagaimana
sikap Jiang ching yang sangat dipengaruhi oleh
masa kecilnya yang akan diikat kakinya, yang dianggapnya suatu bentuk
pengekangan. Rasa bencinya terhadap ayahnya yang dianggapnya itu juga sebagai
bagian dari budayanya. Kehidupanny semasa menjadi artis yang depresi karrena
peluang untuk menjadi artis papan atas tidak kunjung tiba walau dia menikah
dengan seseorang yang dianggapnya bisa mengangkatnya menjadi artis papan atas,
sementara itu dia menganggap bahwa dirinya adalah burung merak diantara ayam
ayam biasa (benar gak kalau yang ini, lupa, maaf nih, mau nyari di perpustakaan
lagi susah ketemunya
No comments:
Post a Comment