Labels

Monday, September 18, 2023

I Not Stupid (2002): Orang tua otoriter dan anak yang ingin kebebasan

 

Ok, lanjut part 3. Bagian ini saya ingin membahas banyak hal sih, yang berkaitan dengan sosok Mrs. Khoo alias Ibu Terry. Banyak sekali hal yang saya pikir kalau Mrs. Khoo ini sebenarnya merupakan sebuah negara yang membuat aturan demi kebaikan bersama. Berkali kali, Mrs. Khoo ini selalu membuat aturan dan mengatakan kepada dua anaknya, this is for your own good, ini untuk kebaikanmu sendiri. Terkesan sepele namun saya membayangkan ini seperti bagaimana pemerintah bertindak. Pemerintah seringkali membuat aturan yang tidak disetujui oleh rakyatnya. Rakyatnya selalu merasa bahwa kebijakan pemerintah sifatnya otoriter, mereka tidak diberi kebebasan dalam banyak hal ,mereka seperti dikekang harus ini itu ini itu . Mrs. Khoo adalah sosok ibu yang terkesan memberikan kebebasan tapi sebenarnya sangat otoriter. Bukankah orang tua selalu berpikir mereka tahu apa yang terbaik bagi anak-anaknya itu?

Hal ini terlihat bagaimana Mrs. Khoo selalu konflik dengan anak perempuannya, Selena. Selena menurutku adalah gambaran kita semua, atau dalam hal ini merupakan gambaran dari Masyarakat Singapura. Selena merasa dia sudah jadi gadis dewasa, bukan gadis kecil, harusnya dia sudah mampu mengambil keputusan. Mrs. Khoo selalu mengatakan memberikan kebebasan kepada Selena, tapi saat apa yang dipilih Selena tidak sesuai dengan keinginannya, maka Mrs Khoo langsung memaksakan kehendaknya dan pada akhirnya Selena dalam posisi yang kalah. Ambil contoh saat Selena ingin menghias kamarnya. Mrs Khoo mengatakan bahwa Selena boleh menghias kamarnya sebebas mungkin, tapi saat hiasannya tidak diterima oleh Selena, maka endingnya Mrs. Khoo selalu mengatakan bahwa rumah itu adalah rumahnya, jadi semua orang harus tunduk pada aturannya. See, dua hal yang kontras. Sebuah kebebasan semu, karena sebenarnya tidak benar-benar bebas. Hal ini karena ada satu adegan dimana Selena sudah muak bagaimana ibunya selalu memperlakukannya seperti anak kecil, apa yang harus dia pakai, bahkan sampai celdam nya harus seperti apa ibunya yang menentukan.

Mr. Khoo merupakan sosok ayah yang berusaha menengahi antara anak dan istrinya. Dia mengatakan bahwa cara mendidik yang diterapkan oleh istrinya tidak bisa terus menerus dilakukan karena sudah ketinggalan zaman. Namun, Mrs. Khoo yakin bahwa dia bisa mengatasi anak-anaknya. Mr. Khoo ibaratnya sosok politikus yang berusaha untuk menerima perubahan zaman, berusaha untuk memberikan kebebasan namun dia terbentur oleh sebuah penghalang besar yaitu Mrs. Khoo yang memiliki otoritas tertinggi dalam pengambilan keputusan terhadap anak-anaknya. Bukankah dalam kebijakan pemerintah seringkali kita juga berpikir demikian? Kita berpikir bahwa pemerintah terlalu ketat dalam mengatur dan membatasi Tindakan kita. Sebaliknya, ada politikus-politikus yang berusaha menyuarakan pelonggaran terhadap aturan dan menerima ide-ide baru dalam mengelola negara. Namun, bisa jadi generasi muda atau orang-orang yang punya ide baru ini juga terbentur dengan kelompok politikus konservatif yang tidak menginginkan perubahan.

Bisa jadi, perubahan itu tidak diperlukan. Pada saat konflik di kantor polisi antara Selena dan Mrs. Khoo, Selena menuntut kebebasan, hal yang tidak pernah dia dapatkan dari ibunya. Namun,  Mrs. Khoo mengatakan bahwa dia akan memberikan kebebasan sedikit demi sedikit terhadap putrinya, bukan langsung memberikan kebebasan penuh atau dia akan meledak seperti balon. Semua orang menginginkan kebebasan, namun haruslah bertahap. Sewaktu membaca bagian ini, saya langsung berpikir, bukankah kebebasan memang haruslah dilakukan sedikit demi sedikit. Saat kebebasan terjadi begitu cepat yang ada malah justru kekacauan karena setiap orang merasa bebas dalam mengemukakan pendapatnya tanpa melihat aturan norma yang berlaku dalam Masyarakat. Aku rasa ini sebuah kritikan film terhadap kondisi di Singapura (menurutku lho). Bukankah di Singapura masyarakatnya terbiasa hidup teratur sesuai dengan aturan pemerintah.

Mungkin karena terbiasa mengikuti peraturan pemerintah, maka  cara berpikir mereka menjadi lurus. Hmmmm di satu scene ada adegan dimana Boong Hock dan Terry dikejar oleh penjahat di dalam hutan. Mereka berdua berpikir akan selamat dari pengejaran dengan cara sembunyi melalui Semak-semak, disebabkan mereka yakin penjahat yang merupakan orang Singapura akan terus mencari melalui jalur umum. Salah satu penjahat mencoba mengejar dengan terus mengikuti jalan lurus , sementara salah satu penjahat yang merupakan orang dari Tiongkok justru mencari di jalan setapak. Sewaktu aku melihat adegan ini, aku menjadi berpikir, adakah kaitannya antara cara berpikir orang Singapura yang lurus saja dengan berbagai peraturan yang sangat ketat dibuat oleh pemerintah? Tiba-tiba saya ingat saya penah baca Quora, orang Singapura pas lagi jalan di depan kalau ada antrian, mereka ikut aja masuk mengikuti antrian tanpa mengetahui kira-kira mengapa ya ada antrian. Kayak alam bawah sadarnya auto mengikuti aturan gitu sih.

Btw, ternyata tidak hanya di Indonesia saja ya, nafsu menjadi PNS itu ada. Di Singapura hal itu juga terjadi. Mengingat standar hidup PNS mengalami peningkatan, maka keluarga Khoo juga ingin anaknya jadi PNS. Kukira masalah orang ingin menjadi PNS hanya jamak terjadi di Indonesia saja, ternyata di negara sekaya Singapura juga orang banyak yang tertarik untuk menjadi PNS. BTW, konteks peningkatan standar hidup PNS di Singapura berdasarkan film ini hampir sama waktunya dengan yang ada di Indonesia, yaitu awal 2000an. Selain masalah PNS, aku juga menyoroti kebijakan pemerintah yang memberikan “uang” kepada para pengusaha padahal ekonomi sedang buruk. Suami istri Khoo menyadari hal ini karena pemilu yang sebentar lagi akan datang, sehingga pemerintah menurunkan gaji pensiun masyarakatnya serta memberikan saham baru kepada mereka (para pengusaha maksudnya kali ya). hmmm ya standar, mendekati pemilu pemerintah pasti membuat kebijakan agar Masyarakat mendukung dan memilih mereka kali ya. hal yang sudah dihafali oleh Masyarakat, terutama para pengusaha wkwkwkwk. Jadi, kalau mendekati pemilu, di negara manapun, siap-siap saja pemerintah membuat kebijakan yang terkesan menguntungkan kita. Yah, kalau bisa mendapatkan keuntungan, mengapa tidak? wkwkwkwk. Ok lanjut di part 4 ya.

No comments:

Post a Comment