Labels

Sunday, June 21, 2020

Kisah pria Di Bihar India yang membelah gunung demi cinta


 Apa yang anda tahu tentang Taj Mahal? Sekedar kuburan ? tempat wisata di India? Atau apalagi? Taj Mahal, adalah suatu kuburan yang dibuat oleh seorang raja Shah Jehan untuk istrinya Mumtaz Mahal. Nah, film ini juga merupakan bukti kisah cinta seorang suami terhadap mendiang istrinya dalam bentuk lain. Tidak dengan membuat bangunan makam yang indah, tapi membuat karya lain yang bisa digunakan oleh banyak orang.
Film ini berjudul Manjhi, the mountain man, diambil dari tokoh utamanya yang dirilis pada tahun 2015. Film ini diambil dari kisah nyata yang menceritakan Sosok Dashrath Manjhi dalam membelah sebuah gunung yang memisahkan desanya dengan kota terdekat Waziganj dan para pemainnya bukanlah sosok sosok yang terkenal di sana. Pemain utamanya adalah Nawazuddin Siddiqui dan Radhika Apte serta disutradarai oleh Ketan Mehta.

Manjhi melakukan tindakan gila dan dianggap sinting oleh penduduk desa setelah dia berniat membelah gunung yang menghalangi akses desanya menuju ke kota terdekat. Jika penduduk desa mau ke kota maka mereka harus mengitari deretan gunung sehingga jaraknya menjadi jauh. Jarak Gehlore dengan Waziganj hanya 4 mil, tapi untuk mencapai kesana , penduduk harus menempuh jarak 40 mil mengitari bukit/gunung tersebut.
Pada saat istrinya, Paguniya yang sedang hamil anak kedua naik gunung untuk mengantarkan makanan pada suaminya yang mengolah ladang di sisi gunung lain, dia terjatuh. AKhirnya Manjhi membawa Istrinya dengan menggunakan tandu untuk ke kota , tapi nahas, istrinya tidak tertolong ( walau anak keduanya, perempuan  bisa lahir dengan selamat).
Sejak itu Manjhi langsung berniat untuk membelah gunung agar tidak ada lagi penduduk di desanya yang bernasib sama seperti istrinya dan agar dapat memperpendek waktu dan jarak tempuh ke kota terdekat. Butuh waktu 22 tahun bagi Manjhi untuk membelah gunung tersebut dengan lebar 9 meter dan jarak 100 meter. Hal yang awalnya dianggap mustahil namun ternyata menjadi kenyataan (mengingat dia membelah bukit hanya dengan pemukul batu saja).
Karakter Manjhi sendiri sejak awal memang digambarkan sebagai pria pemberani, keras kepala, dan tidak pantang menyerang. Dia Lahir dari kasta bawah masyarakat di Desa Gelhore Bihar, India. Dia berasal dari kasta terendah, kasta Moosahar atau pemakan tikus.  Belum lagi  sewaktu ayahnya yang terjerat hutang pada tuan tanah menyerahkan dia untuk jadi budak, tapi dia melarikan diri ke Dalbard menjadi buruh tambang (tujuh tahun kemudian baru balik ke Gehlore). Sifat pemberani Manjhi juga ditunjukkan kala dia berani kawin lari dengan Paguniya yang akan dinikahkan dengan pria lain yang lebih mapan.
Contoh Sifat keras kepalanya adalah saat semua penduduk desa melakukan migrasi ke daerah lain karena musim kemarau terjadi begitu parah sehingga sumber-sumber air mengering. Dia tetap bertahan di desa itu walau harus memakan rerumputan.
Ada beberapa adegan lain yang mungkin saya tidak akan melakukannya, Adegan dimana Manjhi harus jalan kaki dari Bihar ke New Delhi dengan jarak 1300 km hanya karena tidak memiliki tiket (tapi sedihnya saat sampai di istana negara, dia tidak berhasil menemui Perdana menteri india ). Atau adegan saat dia sampai di desanya dia memeluk tuan tanah dengan alasan saat itu ada undang-undang kesetaraan untuk semua kasta (dan dia dengan naifnya langsung memeluk tuan tanah dan berakibat langsung dihajar deh)
Film ini bersetting dari tahun awal 1960 (saat dimulainya membelah gunung) dan maju mundur alurnya .Situasi dimana India baru merdeka, hubungan antara tuan tanah dan rakyat yang seperti tidak tersentuh. Tuan tanah yang terbiasa menindas masyarakat dan juga anak anak mereka sejak kecil sudah dididik untuk menjadi sama seperti mereka. Ditambah lagi situasi Desa gehlore yang tidak ada jalan, sekolah maupun rumah sakit karena sangat terisolir. Situasi ini mendapat balasan di tahun 1969 saat ada gerakan revolusioner yang memancung tuan tanah di desa Gehlore, karena ingin menerapkan hukum kesetaraan yang belum diterapkan sepenuhnya di sana. Banjir darah terjadi di desa itu, termasuk ayah Manjhi sebagai korban.
Hal paling menyebalkan adalah adanya sosok sosok yang memanfaatkan keluguan dari Manjhi. Pada masa kampanye politik Indira Gandhi di tahun 1970an, orang-orang tersebut (salah satunya adalah kepala desa, anak dari tuan tanah di Desa Gehlore ) menggunakan cap jempol Manjhi untuk menipu pemerintah dengan alasan membuat jalan membelah bukit yang menelan biaya 2 juta rupee. Manjhi dengan lugu memberikan cap jempol nya dengan pikiran bahwa kepala desa benar benar akan membantunya untuk mendapatkan dana karena sudah membelah gunung. Saat Manjhi mengetahui kecurangan itu dan menuntut keadilan, dia terusir dan memaksa dia pergi ke New Delhi untuk meminta keadilan.
Saat dia kembali dari New Delhi dengan kecewa maka semangatnya kembali meningkat karena penduduk desa mulai membantunya melihat usahanya yang sudah cukup berhasil. Tapi lagi lagi si kepala desa yang licik melaporkan kepada otoritas terkait bahwa Manjhi mencuri batu dan menjual untuk kepentingannya. Saya betul betul gemas melihat kepala desa ini.
Hal ini membuat Manjhi akhirnya dipenjara. Dengan bantuan jurnalis yang meliput berita itu (sang jurnalis sudah mengenal Manjhi sejak awal manjhi mulai membelah gunung) dan penduduk desa, akhirnya Manjhi bisa terbebas dari penjara. Manjhi akhirnya meninggal di usia 73 tahun pada 2007 karena kanker kandung kemih. Di Tahun 2011 akhirnya Pemerintah India membangun jalan utama di kawasan itu.
Film ini hampir tidak ada lagu lagu, kalaupun ada lagu, itu benar benar bisa menyatu. Jadi kalau nonton film India jangan dipikir semua akan ada lagu dan tarian yang tidak tahu waktu. Film ini mampu menempatkan lagu dengan situasi yang tepat.
Saya suka adegan saat Paguniya dan Manjhi melakukan kawin lari. Sebelum pergi dari rumah , Paguniya membawa replica murahan Taj mahal pemberian manjhi. Hal yang menurut saya secara simbolis menunjukkan harapan Paguniya akan Manjhi sebagai suaminya kelak, mengingat dia berani menentang keluarganya dan melarikan diri bersama manjhi.
Film ini mengajarkan pada saya bahwa untuk berbuat baik itu harus diiringi dengan kepandaian. Bukan sekadar semangat. Setidaknya kita harus memahami aturan, dan tidak buta huruf tentunya. Kita harus memahami dengan siapa kita melakukan kebaikan agar pekerjaan kita tidak menjadi sia-sia. Sama seperti Manjhi yang justru dimanfaatkan oleh Pria kasta atas di desanya untuk keuntungan pribadi.
Begitu juga saat dia ke New Delhi dengan berjalan kaki yang memunculkan empati bagi banyak orang sehingga mereka ikut jalan kaki menuju istana negara.Kelompok yang mengiringi makin lama makin banyak dan digunakan oleh kelompok politik tertentu untuk kepentingan mereka sehingga terjadi kerusuhan di depan istana negara . Bukankah sebenarnya di negara kita pun ada banyak anak bangsa yang mencoba berjuang untuk hal hal baik tapi akhirnya jatuh oleh para politisi yang tidak segolongan?

No comments:

Post a Comment