Labels

Thursday, June 25, 2020

Dangal: kala gadis India menjadi pegulat


Halo semua, kali ini saya ingin membahas film Dangal yang dibintangi Amir Khan di tahun 2016. Semoga tidak bosan-bosan ya kalau saya bahas film India, karena kalau bahas film Amerika, hampir kita semua pasti suka nonton film Hollywood. Film ini pun baru saya bahas sekarang dengan asumsi banyak dari kita yang mungkin tidak menontonnya pada waktu itu.

Film ini diproduseri oleh Amir Khan bekerjasama dengan Disney dan disutradari oleh Nitesh Tiwari. Tentu kita sudah bisa menebak, film buatan Disney tipe tipe seperti apa. Yang jelas film ini adalah film keluarga yang dapat menginspirasi kita semua. Film ini terinspirasi oleh mantan pegulat India bernama Mahavir Singh Poghat, Geeta dan Babita dari Haryana. Geeta adalah pegulat yang meraih emas di Commonwealth tahun 2010 , sementara Babita meraih perak di tahun yang sama dan emas di Commonwealth tahun 2014.
Diluar ketiga tokoh itu, maka ada tokoh tokoh tambahan yang sifatnya fiksi dan adegan yang sifatnya untuk mendramatisir (Ya tentu saja agar filmnya laku dunk) tapi tenang saja, adegan yang sifatnya tambahan tidak akan mengubah dasar utama film ini.

Mahavir adalah pegulat nasional India tapi tidak bisa memiliki kesempatan untuk memenangkan Medali di tingkat internasional. Hal ini membuat dia memiliki mimpi agar anak (lelaki)nya yang meneruskan mimpi itu menjadi nyata . tapi apa daya, 4 anak yang dilahirkan Daya Khaur, Istrinya adalah perempuan sehingga dia memupus harapannya.
Sampai disini selesai? Justru ini adalah titik dimana Mahavir menyadari bahwa emas adalah emas, tidak peduli siapa yang membuatnya, emas adalah emas. Dia langsung melatih dua anak perempuannya setelah melihat bakat mereka karena mampu menghajar dua anak laki-laki tetangga mereka. Kita bisa melihat bagaimana Mahavir tidak memedulikan omongan satu desa karena melatih dua anak perempuannya menjadi pegulat. Mulai dari latihan keras, makanan, hingga memangkas rambut mereka menjadi sangat pendek.
Kita bisa melihat bagaimana tekanan batin yang diterima Geeta dan Babita , bagaimana mereka mendapat bullian di sekolah demi ambisi ayahnya. Berbagai cara mereka lakukan untuk membatalkan ambisi ayahnya. Kalau kalian melihat fim film india di kawasan pedesaan , biasanya anak gadis kalau bersekolah selalu memiliki rambut panjang dan dikepang dan tidak ada yang memakai celana. Maka bisa dibayangkan tiba tiba dua anak gadis ini tiap pagi harus olahraga lari keliling desa memakai celana pendek dan rambut yang sangat pendek. Sang pemeran tokoh Geeta kecil, Zaira Wasim, merasa sangat tidak nyaman saat dia harus memotong rambutnya menjadi sangat pendek.
Perubahan cara berpikir mulai terjadi saat mereka menghadiri teman mereka Sunita yang dijodohkan oleh keluarganya. Apa yang kita pikir bagus ternyata bagi orang lain justru itu yang diinginkan. Bagaimana Geeta ingin seperti anak anak gadis pada umumnya, sementara Sunita justru ingin seperti Geeta yang memiliki ayah keras namun memedulikan masa depannya. Dalam budaya masyarakat disana, anak gadis hanya dibesarkan hingga usia cukup matang untuk akhirnya dinikahkan agar tidak terus menerus menjadi beban dalam keluarga. Mereka menjadi ibu rumah tangga yang mengurus anak dan suami, tidak lebih dari itu. Maka apa yang dilakukan oleh Mahavir merupakan sesuatu yang beda. Hal yang akhirnya membuat dua gadis ini menjadi bersemangat untuk berlatih gulat dengan baik.
Kita bisa melihat konflik yang terjadi  antara Daya dan Mahavir .Biar bagaimanapun Daya awalnya tidak setuju anak gadisnya dilatih menjadi seorang pegulat, tapi Mahavir meminta waktu satu tahun, jika dia berhasil maka akan jalan terus, jika gagal, maka Mahavir akan menghapus mimpinya selamanya.
Kita bisa melihat cara berpikir generasi muda yang memiliki pengetahuan baru, dalam hal ini Geeta, sesudah berada di camp atlet Patiala, merasa bahwa teknik ayahnya adalah teknik kuno yang tidak akan bisa membawanya kelevel lebih tinggi. Begitu juga gaya hidup ketat yang dulu dibuat oleh ayahnya luntur seketika kala hidup di mess atlit. Suatu hal yang tidak salah sih. Apalagi beda pelatih pasti beda carapenanganan. Cara berpikir generasi tua yang diwakili Mahavir dengan generasi muda yang diwakili Geeta menimbulkan konflik besar sampai akhirnya dua belah pihak bisa menurunkan egonya.
Jika kita terpuruk, siapa yang akan dapat menolong kita kalau bukan keluarga? Hubungan yang semula renggang antara Geeta dan Mahavir menjadi kembali akur saat Geeta terpuruk akibat kalah berkali kali di level internasional. Geeta yang awalnya begitu angkuh bahwa cara bertarung ayahnya tidak benar akhirnya meminta maaf kepada Mahavir via telepon (momen ini pada saat dua belah pihak sama sama menangis, sangat mengharukan sih bagi saya, karena bagaimanapun Mahavir juga sebenarnya sangat memikirkan anak gadisnya cuma dia menunggu anaknya dulu yang bertindak).
Nah sosok pelatih tingkat nasional  yang bernama Pramod Khadam digambarkan sangat menyebalkan sekali, seolah olah dirinya adalah yang terhebat, dan Mahavir hanyalah pegulat kelas daerah sehingga tidak pantas untuk mengajarinya. Bagaimana dia berusaha menjegal tindakan Mahavir hanya karena iri. Puncaknya pada pertandingan final commonwealth tahun 2010 di India, dia mengunci Mahavir di suatu ruangan agar tidak ikut campur dalam memberikan arahan kepada Geeta. (sosok pelatih ini fiktif lho ya, bukan real).
Dan seperti halnya film india, ada bagian yang bagi saya cukup menyebalkan, yaitu adegan slow motion. Hahahahaha saya selalu teringat adegan slow motion di banyak serial india sih dan dijadikan bahan guyonan. Di film ini juga ada walau porsinya tidak banyak. Dalam hati saya berkata” untung tidak banyak, bisa bikin stress saya melihat tayangan yang lambat seperti itu.”
Masalah lagu, disini banyak lagu yang enak didengar tentu saja, tapi lagu yang menjadi soundtrack, bukan karena para pemainnya bernyanyi dan menari (kecuali pas adegan di pesta pernikahan Sunita, itupun keceriaan lagu digambarkan dengan pas, tidak lebai). Entah kenapa beberapa kali saya melihat film yang benar bnar bagus dari india, kebetulan penempatan lagu dan musiknya benar benar menyatu dengan cerita film. Tidak harus ada adegan tarian dan nyanyian, tapi lagu pengisi latara sudah cukup menjelaskan jalan cerita di adegan itu.
Saya cukup salut dengan Amir Khan sebagai actor di film ini, dia mampu berakting dengan baik. Dia mampu bertransformasi secara fisik, dari pria yang memiliki tubuh yang sangat berotot berubah menjadi pria tambun dan gendut tambun khas tubuh bapak-bapak. Begitu juga Fatima Sana Shaikh sebagai Geeta di usia dewasa. Dia harus berlatih gulat delapan bulan secara intens agar bisa berakting degan baik karena adegan gulat yang dijalani benar benar teknik gulat.
Mahavir sendiri sebagai orang tua, saya cukup salut karena dia berusaha menyediakan semua yang dia mampu untuk menjadikan kedua anaknya menjadi juara. Mulai dari nego dengan penjual ayam agar bisa menjual ayam dengan harga jauh dibawah standar, membuka sebagian lahan sawahnya untuk dijadikan tempat berlatih. Dia juga menyediakan Kasur sendiri Karena matras yang dia minta dari otoritas gulat disana tidak diberi (menjengkelkan banget pejabat ini, tidak bisa membantu dan malah menyindir Mahavir karena hanya membawakannya manisan tapi meminta timbal balik yang lebih). Bahkan dia harus berhenti bekerja agar bisa memiliki waktu lebih banyak untuk melatih dua anaknya.
Film Dangal sendiri adalah film terlaris India sampai saat ini dengan pendapatan skitar 4 triliun lho. Walau durasinya 2 jam 40 menit dijamin kalian tidak akan bosan. Film ini membawa pesan utama bagi saya adalah tidak peduli apapun jenis kelamin, mereka bisa bersinar di bidangnya masing-masing asal mendapatkan dukungan penuh dari orang tua. Sebagai orang tua , kita tidak perlu menggolongkan jenis kelamin tertentu harus bekerja di sector ini begitu juga jenis kelamin lain. Kenyataannya kita bisa mengamati banyak anak gadis yang menjadi pemain sepakbola, tinju  atau bidang-bidang lain yang identic dengan laki-laki.




No comments:

Post a Comment