Newton,
saat membaca judul film ini, pikiran saya sudah membayangkan pasti berkaitan
dengan ilmu fisika, entah di bagian apanya. Ternyata salah besar, film ini
tidak ada kaitannya dengan ilmu fisika maupun relativitas. Eh, ada sih,
sebenarnya karena Newton yang ada di film ini ternyata adalah nama seorang pemuda
dengan gelar master Fisika. Karena namanya Nutan Kumar yang diperankan oleh
Rajkumar Rao ,sering ditertawakan maka dia mengubah namanya menjadi Newton.jadi
yah, masih nyambung. Hehehe
Tapi fokus
film ini berkisah tentang upaya Newton seorang pegawai pemerintahan tingkat
rendah yang ditugaskan ke daerah terpencil Chattigarh dengan jumlah 76 penduduk
saja utuk melaksanakan pemilu di sana.Untuk menjalankan tugasnya tersebut, dia
ditemani oleh kelompok militer yang dipimpin oleh atma Singh yang diperankan
oleh Pankaj Tripathi.
Newton yang
merupakan sosok yang masih sangat idealis berupaya untuk benar benar melakukan
pemilu dengan benar walau di daerah yang akan dia datangi hanya berisi 76 orang
yang memiliki suara. Apalagi penduduk di sana adalah penduduk yang tidak
berpendidikan serta miskin.Sementara itu Atma mengatakan dia bisa mengisi data semua pemilu itu. Newton juga mendapatkan bantuan dari penduduk local
setempat yaitu Malko (Anjali Patil) walau dia awalnya tidak dipercaya oleh
Atma.
Konflik antara
Newton dengan Atma semakin menguat saat sudah sampai di lokasi. Masalah menjadi
runyam karena para penduduk tidak ada yang datang ke sana. Mereka sibuk pergi
ke ladang sementara yang tua masih ada
di rumah. Begitu ada info bahwa pers asing akan datang untuk meliput pemungutan
suara di sana, Militer bergerak memaksa penduduk untuk mendatangi lokasi
pemungutan suara.
Masalah
tidak berhenti sampai di situ. Penduduk tidak ada yang memahami tata cara
pemilihan dan juga cara menggunakan mesin pemungutan suara. Penduduk juga tidak
ada yang paham gambar maupun mengenal para wakil rakyat yang ada tertera di
gambar.. Newton mengalami kesusahan untuk menjelaskan hal itu. Atma akhirnya
turun tangan dengan menjelaskan kalau mereka suka gambar apa, ya mereka tinggal
pilih gambar itu selesai. Suatu hal yang diprotes keras oleh Newton.
Saat sudah
selesai, maka anak buah atma membuat ledakan palsu seolah-olah pasukan Maois
sedang menyerbu . hal yang menyebabkan rombongan panitia pemilu harus dengan
cepat pergi meninggalkan tempat tersebut. Saat di perjalanan, mereka bertemu
dengan 4 orang penduduk Kampung yang belum melakukan pemilihan sementara waktu
belum menunjukkan pukul 3 sore, jadi mereka masih punya hak menggunakan hak
suaranya.. Newton ngotot untuk mengambil suara mereka dengan merebut senjata
milik seorang tentara (hal yang membuat dia akhirnya dipukuli ramai –ramai oleh
para tentara sesudah para penduduk selesai meenggunakan hak suaranya).
Film ini
bagi saya merupakan suatu kritikan dari sistem demokrasi yang terjadi di India,
atau mungkin di negara lain seperti Indonesia. Bagaimana pemilu hanyalah suatu
upacara demokrasi agar orang-orang dipilih menjadi wakil rakyat, sementara para
penduduk, terutama di daerah pedesaan sama sekali tidak mengenal mereka.
Hanya karena
ingin dilihat bahwa pemilu berhasil dengan sukses, maka saat ada informasi pers
asing akan datang meliput, maka militer melakukan pemaksaan pada penduduk di
rumahnya untuk mendatangi kotak suara. Hal yang bertentangan dengan idealisme
Newton. Menurutku dia berpikir bahwa orang orang datang ke bilik suara harusnya
atas kesadaran sendiri, bukan karena paksaan. Padahal sebelum dipaksa oleh
militer, para panitia pemungutan suara menunggu sangat lama di lokasi namun
tidak ada yang hadir kesana.
Penduduk
juga merasa tidak ada manfaatnya mengikuti pemilu. Bagi mereka pemilu bukanlah
hal yang penting, sangat berbeda pemikiran dengan Newton. Jelas tidak ada
manfaat karena mereka memang tidak mengenal sama sekali para wakil rakyat
tersebut. Saat Newton mengatakan bahwa mereka memilih wakil rakyat yang akan
pergi ke Delhi, maka pikiran polos para penduduk langsung menyodorkan kepala
desa mereka untuk pergi ke Delhi karena dia yang paling tahu apa yang mereka
inginkan.
Enam bulan
kemudian, Newton masih bekerja di kantornya dengan jabatan yang sama, dengan
leher yang digips atau apalah itu kayak diperban tapi bukan diperban sih, tapi
yang jelas menunjukkan seberapa parah luka Newton akibat dikeroyok oleh para
tentara sehingga lehernya masih di gips walau sudah enam bulan berlalu. Yah,
bagaimana ya, aku sebagai tentaranya juga pasti gemes geregetan dengan sosok
Newton yang terlalu idealis dan terlalu kaku dengan aturan yang harus
dijalankan sebagaimana mestinya (bukan berarti itu salah lho).
Kita
sebagai orang awam selalu melihat kesuksesan dari demokrasi adalah dengan
besarnya partisipasi rakyat dalam mengikuti pemilu. Kita tidak peduli cara apa
yang perlu ditempuh agar partisipasi masyarakat tinggi. Bukankah dalam
masyarakat kita berlaku pemikiran bahwa banyaknya masyarakat yang abstain dalam
pemilu artinya mereka tidak percaya pada pemilu?
Karakter
Newton sebagai sosok pemuda yang baru lulus kuliah masih sangat idealis tidak
melihat fakta di lapangan. Hal ini berbenturan dengan Atma yang sudah jauh
lebih berpengalaman sehingga lebih realistis dalam mengatasi masalah ini.
Hal itu
bisa dilihat saat Atma membuat ledakan palsu jam 12 siang agar mereka segera
meninggalkan tempat itu sementara waktu pemungutan suara berjalan hingga jam 3
sore. Newton yang idealis memaksa kembali ke tempat itu sampai pukul 3, sementara
Atma tidak mengijinkan. Atma menyadari bahwa kalau mereka sampai malam ada di
kawasan itu, maka bisa berbahaya bagi mereka, jangan jangan kelompok pemberontak
Maois akan menyergap mereka. Hal yang tidak dipedulikan oleh Newton sehingga
dia mencoba kembali ke lokasi walau akhirnya pasrah karena dipaksa oleh pihak
militer.
Idealisme
Newton juga terlihat di awal film bagaimana dia menolak dijodohkan oleh
orangtuanya dengan seorang gadis yang masih dibawah umur, walau ayah sang gadisakan
memberikan maskawain dalam jumlah yang sangat besar. Idealisme Newton
menginginkan dia menikah dengan seorang sarjana juga, hal yang dikritik keras
oleh ayahnya.
Kita juga
bisa melihat mengapa penduduk di Cattigarh apatis dengan pemilu. Pemilu yang
selalu terjadi setiap lima tahun sekali (jika di Indonesia) apakah sudah
mengubah situasi kehidupan penduduk? Mungkin mereka masih saja terbelakang,
masih kurang berpendidikan, masih miskin, tidak mengalami kemauan berarti, dan
kita sebagai orang kota atau wakil rakyat hanya melihat rakyat sebagai alat
saja untuk mencapai kekuasaan. Begitu kita sudah mendapatkan kekuasaan maka
dengan mudahnya kita melupakan orang-orang tadi yang sudah memilih kita.
Karena tema
yang cukup unik, tentang wajah palsu demokrasi di suatu negara yang diakui
sebagai negara demokrasi terbesar di dunia, maka film yang disutradari oleh
Amit Masurkar dan diproduksioleh Drishyam Film ini mewakili India untuk
diseleksi dalam kompetisi film Oscar tahun 2018 (walau akhinya tidak lolos
dalam babak akhir sih). Akhir kata, selamat menonton.
No comments:
Post a Comment