Judul buku :
Geger Pacinan 1740-1743
Pengarang :
Darajadjadi
Penerbit :
PT. Kompas Media Pratama Jakarta
Tahun terbit :
2013
Jumlah halaman :
293 halaman
Buku ini sebenarnya sudah selesai dibaca sebulan yang lalu,
tapi baru sempat untuk dibuat sinopsisnya pada bulan Maret ini. Membac a buku
ini juga karena saya harus menjelaskan pemberontakan Tionghoa dalam materi
Sejarah Indonesia kelas 11 kurikulum 2013.
Buku ini menjelaskan latar belakang pemberontakan Tionghoa
di Batavia, yang kemudian meluas di Jawa, bagaimana para bupati mendukung
pemberontakan ini, pura-pura mendukung
Batavia namun kenyataannya juga mendukung pemberontakan ini. Bagaimana Paku
Buwono II yang semula mendukung pemberontakan ini berbalik mendukung VOC karena
kuatir dengan posisisnya sebagai raja akan digantikan oleh para pangeran lain.
Buku ini terbagi menjadi 10 bab, bab pertama menjelaskan
tentang posisi Sunan Kuning alias Raden Mas Garendi yang diangkat menjadi raja
dari kaum pemberontak ini, apa yang menjadi latar belakang diangkatnya Raden Mas
Garendi sebagai pemimpin pemberontakan dan raja tandingan dari Paku Buwono(PB)
II. Rden Mas Garendi merupakan keturunan pangeran Teposono, anak Amangkurat III
yang terbunuh dalam konflik internal keraton kerajaan dan dididik dalam
keluarga Tionghoa. Sunan Kuning atau Amangkurat V dibantu oleh Patih Mangunoneng
yang ditawarkan oleh Patih Notokusumo. Amangkurat V juga bekerja sama dengan
pemimpin Tionghoa yaitu Ki sepanjang, yang diduga pelarian dari Tiongkok dalam memimpin
pemberontakan di sana.
Bab II menjelaskan situasi Batavia tahun 1740, bagaimana
awal mula pemberontakan ini berlangsung. Saat itu industri gula berkembang
pesat dan Batavia membutuhkan banyak tenaga kerja, maka didatangkan penduduk
dari Tiongkok untuk menjadi pekerja di sana.posisi bangsa Jawa tidak begitu
dipercayai oleh Batavia. Namun perkembangan penduduk yang sangat pesat
menimbulkan kekuatiran, ditambah lagi jatuhnya harga gula, mengakibatkan tingkat
kriminalitas semakin tinggi yang kebetulan banyak dilakukan oleh kaum Tionghoa
yang pengangguran. VOC melakkan razia terhadap penduduk Tionghoa yang
menibulkan perlawanan dari masyarakat Tionghoa, ditambah dengan adanya
kebakaran di Batavia semakin meningkatkan tensi dari pertentangan sehingga
puncaknya terjadi pembantaian 10000 penduduk Tionghoa di Batavia.
Bab III menjelaskan komunitas Tionghoa abad 18, yang disebut babah dan Tionghoa totok.
Bagaimana sejarah kedatangan bangsa Tionghoa ke Indonesia, mulai dari zaman penyerbuan
Tentara Mongol ke Singasari, dilanjutkan ke perjalanan Laksamana Ceng ho hingga
abad 18 dan bagaimana perkembangan mereka di Indonesia, bagaimana terjadi
pengaruh kebudayaan di Indonesia, sekedar kata nyonya, penggunaan mata uang
yang mengadopsi mata uang di Tiongkok, penggunaan kebaya bercorak Tiongkok daln
lain sebagainya. Peduduk Tionghoa juga ada yang menjadi bupati seperti
Puspanegara, Bupati Batang dan Astrawijaya Bupati Semarang dan Cik Go Ing alias
Martoguno menjadi Bupati Lasem. Kemudian
hubungan antara Jawa, Tionghoa dan Belanda, bagamana dua kelompok ini jmemiliki
rasa persaingan dengan Belanda. Posisi orang Tionghoa yang juga sangat penting
di Mataram terkait dengan ketrampilannya sehingga dalam hukum tradisional Jawa,,
bahwa mereka yang membunuh orang Tionghoa, akan didenda dua kali lipat
daparipada kalau membunuh orang Jawa (hal 61)
Bab IV menjelaskan kKompeni pedagang berpedang. Sejarah
kedatangan Kompeni belanda ke Nusantara yang awalnya hanya berdagang namun
berubah menjadi penguasa. Bagaimana munculnya gubernur jenderal dan raad Van
Indie, bagaimana terjadinya konflik antara VOC dengan Sultan Agung, serta mulai
adanya hubungan manis antara VOC dengan Mataram yang dimulai Amangkurat I
dengan sebuah perdamaian .misalnya isi perjanjiannya tahun 1677 VOC akan
membantu raja melawan musuh musuhnya dengan syarat raja harus membayar semua
biaya yang dikeluarkan dan juga Raja harus
memberikan konsensi ekonomi kepada Kompeni
(hal 88). Akibat hubungan yang baik ini maka terjadi perang Trunojoyo yang
mampu menguasai plered sebagai pusat Maaram dan memaksa Amangkurat 1 melarikan
diri ke tegalwangi dan meninggal di sana. Posisi penting penguasa local bagi VOC demi
keuntungan eknomi mereka, namun di akhiri dengan keruntuhan dari VOC akibat
korupsi yang sangat tinggi dan kelesuan ekonomi. Juga dijelaskan kenapa orang Tionghoa
memiliki posisi penting di mata voc, dimana VOC menganggap imigran Tionghoa
orang yang rajin, tidak suka keributan, terkadang licik namun serba bisa dan
berwatak pemalu (hal 99).
Bab V menjelaskan pasang surut Kerajaan Mataram,. Mulai dari
sejarah munculnya Mataram, dilanjutkan ke Sultan Agung hingga mulai campur
tangan VOC di Mataram pad amasa amangkurat I. Hal ini diikuti dengan terjadi
perebutan tahta di Keraton, mulai dari konflik Amangkurat III dengan Pangeran
Puger, dan VOC mendukung pangeran puger yang merupakan mertua dari amangkurat
III, Pangeran Puger yang bergelar Paku Buwono I naik tahta juga bukan cuma cuma,
tapi harus memberikan imbalan bagi VOC ,
dimana imbalan yang berisi 10 isi itu sangat merugikan Mataram (hal 125), mulai
dari monopoli candu dan teksitik, menyerahkan beras gratis setiap tahun 800 koyan serta larangan prang Jawa berlayar
lebih jauh dari Lombok, Mataram atau Lampung. Perebutan kekuasaan kedua terjadi
pada masa amangkurat IV dengan
saudaranya yaitu Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar yang didukung oleh anak Amangkurat
IV sendiri yaitu Pangeran Arya Mangkunegara dan Raden Lindu. Hal ini yang kelak
menyebabkan pangeran Arya Mangkunegara walau anak sulung tapi tidak menjadi
raja penerus. Alasan dipindahkannya
keraton dari Kartasura ke Surakarta karena PB II merasa banyak pertumpahan
darah yang terus menerus terjadi pertanda Kartasura merupakan tanah yang sangar
dan tidak memberikan berkah (hal 129). Pada masa PB II juga muncul Patih Danurejo
yang sangat berambisi akan kekuasaan, bagaimana intriknya untuk menyingkirkan
Pangeran Arya Mangkunegara untuk dibuang ke Afrika Selatan namun pada akhirnya
beliau tersingkir dan dibuang ke Afrika Selatan juga . Isi bab ini diakhiri
dengan beban utang Mataram yang cukup tinggi , yang awalnya bisa dibayar lancar
tapi pada masa dimana VOC melakukan revaluasi nilai mata uang yang membuat
beban menjadi sangat tinggi sehingga tagihan menjadi membengkak .
Bab VI menjelaskan Jawa Tengah tahun 1741, bagiamana
hubungan Tionghoa dengan orang Jawa yang berbaur dengan baik, bagaimana raja
kaget mendengar pemberontakan Tionghoa di Batavia dan dukungan patih notokusumo
terhadap pemberontakan Tionghoa.
Bab VII menjelaskan aliansi Mataram dan Tionghoa dalam emnghadapi VOC. Bagaimana benteng VOC
di Kartasura itu jatuh. Sementara disaat yang sama, Bupati Madura, yaitu Cakraningkat
juga membantu VOC karena kebenciannya terhadap PB II, walau dia adalah adik
ipar PB II, karena awalnya akan dijanjikan Pasuruan sewaktu menikahi adik PB
II, tapi tidak diberikan. Dan pedomannya adalah musuh dari musuh adalah
teman. Juga muncul sosok Bupati
Martopuro dari Grobogan yang loyal terhadap notokusumo.
Bab VIII menjelaskan pecahnya persekutuan PB II dengan Laskar
Tionghoa. Akibat kekalahan yang dialami terus menerus oleh lascar Tionghoa,
membuat PB II kuatir dengan posisinya dan berusaha berdamai kembali dengan VOC.
Bab IX menjelaskan runtuhnya Kartasura. Sunan kuning atau
amangkurat V menyerbu Kartasura yang menyebabkan PB II melarikan diri keluar
dari Kartasura ke Ponorogo. Amangkurat V memerintah Kartasura hanya singkat,
satu tahun, dan dibantu Patih Mangunoneng untuk mengendalikan kerajaan, dimana
banyak pihak yang meragukan kemampuan Mangunoneng karena karakter Mangunoneng
yang tidak baik, seperti asyik judi dan minum arak. PB II karena berkuasa di Ponorogo
dan disebut sebagai Sunan Ponorogo akibat pengalaman spiritual akhirnya
menyerahkan tahtanya kepada PB III dan PB II beralih nama menjadi panembahan
brawijaya. Sementara itu , pasukan Cakraningrat, pasukan PB II, dan pasukan VOC
juga sedang bergerak untuk menyerang Kartasura. Hal yang membuat Amangkurat V
kuatir dan berusaha melakukan perdamaian dengan VOC.
BAB X menjelakan
akhir dari kerajaan Mataram. Bagaimana pasukan cakraningkat bergerak menuju ke Kartasura
dan mampu mengusir pasukan sunan kuning dari keraton Kartasura. Dan karena
kekalahan yang bertubi tubi dari pasukan VOC akhirnya Sunan Kuning menyerahkan diri
tahun 1743 di Surabaya. Kemudian dibawa ke Batavia dan dibuang ke Srilanka. VOC
juga kebingungan untuk menentukan sikap. Bagaimana Verijsel mendesak Van Imhoff
menentukan satu diantara dua pilihan, mengganti PB II dengan orang lain atau
memberikan pengampunan kepada PB II. Walau banyak pangeran yang ingin menjadi Raja
Mataram namun tidak ada yang memenuhi kriteria Kompeni, maka diberikanlah
pengampunan, namun untuk memberikan efek jera bagi rakyat Jawa dan tidak ingin
kehilangan muka akibat sekedar memberikan pengampunan kepada PB II, maka Kompeni
memberikan hukuman kepada tiga tokoh yang dianggap berpengaruh terhadap keputusan
PB II saat itu, yaitu Notokusumo, Rajaniti yang menjadi pemimpin operasi dan
ulama keraton Sayid Aluwi, yang mengorbankan semangat islam untuk melakukan
penghinaan terhadap garnisun Kompeni di Kartasura (hal 271). Akibat kekalahan Tionghoa
membawa efek yang besar terhadap Mataram, Karen VOC memberikan rancangan
perjanjian baru untuk PB II, yaitu misalnya para bupati di daerah pesisir walau
diserahkan ke Kartasura tapi diangkat dan ditunjuk oleh Kompeni serta tidak
memiliki kewajiban hadir dalam pisowanan yang
diselenggarakan oleh keraton. Ditambah lagi pengangkatan patih dan bupati utama
di lingkungan keraton hanya dapat dilakukan seizing Kompeni.perjanjian ini juga
menjadi penanda awal runtuhnya kerajaan Mataram.
Epilognya adalah Raden Mas Said yang sebelumnya membantu
pemberontakan Sunan Kuning tetap melanjutkan pemberontakan dan akhirnya
melakukan perjanjian denganPB III disaksikan oleh Kompeni di Salatiga tahub
1757 yang pada intinya Raden Mas said
diberikan wilayah dengan gelar KGPAA mangkunegara I dengan pusat di Surakarta
dengan istananya dikenal Puro mangkunegaran.sementara Pangeran Mangkubumi
yangsebelumnya mendukung PB II kecewa melihat Pb II membayar begitu banyak
untuk VOC namun janji PB II untuk memberikan tanah Sukowati (sekarang Sragen)
apabila dapat menumpas Martopuro dan pengikutnya tidak dilaksanakan, sehingga
terus melakukan pemberontan. Pangeran mangkubumi akhirnya melakukan perjanjian
dengan PB III disaksikan oleh Kompeni di Giyanti Karanganyar tahun 1755 yang
intinya Pangeran Mangkubumi diberi hak untuk memerintah Mataram barat dengan
pusat Ngayogyakarto dan bergelar Hamengkbuwono I. Sementara Bupati Cakraningrat yang merasa dihianati VOC akhirnya berbalik
menyerang VOC namun akhirnya ditangkap dan diasingkan ke Afrika Selatan sampai
akhir hayatnya.
Membaca buku ini , otomati s tidak hanya membaca sejarah Geger
Perang Pacinan yang bisa dibilang perang Jawa versi pertama abad 18 sebelum adanya
Perang Diponegoro yang juga disebut perang Jawa pada abad 19 . mungkin karena
penamaan Tionghoa sehingga sejarah berusaha dikaburkan. Mungkin lho ya. Begitu
juga saya melihat bagaiaman pengalaman spritiual bisa memengaruhi seseorang
untuk turun tahta atau naik tahta. Atau sewaktu Pangeran Mangkubumi dan Raden
Mas Said saat memasuki keraton Kartasura yang berhasil membawa masing masing
satu buah pusaka. Pangeran mangkubumi mengamankan Tombak Kyai Plered dari laskar
Tionghoa, sementara Raden Mas Said mengambil pusaka Kyai Beludak (hal 225)Dimana
dalam keyakinan bangsa Jawa, siapapun yang memiliki pusaka keraton juga memiliki
hak untuk menjadi raja walau bukan keturunan raja yang sedang berkuasa. Di akhir
kisah, Mangkubumi mampu menjadi raja di Yogyakarta sementara Raden Mas Said
menjadi raja Mangkunegara. Pengalaman spiritual yang tidak akan bisa dinalar
oleh pemikiran Kompeni, termasuk rencana awal pemindahan keraton Kartasura yang
dilatarbelakangi pengalaman mistis.
Bahasa dalam buku ini mudah dicerna sehingga kita tidak akan
mengernyitkan dahi kala membaca buku ini. Dan membaca buku ini otomatis kita
juga akan memelajari sejarah singkat kedatangan bangsa Tionghoa ke Indonesia,
bagaimana pengaruh mereka dalam budaya Indonesia, serta sejarah kedatangan
bangsa Belanda ke Indonesia dan juga sejarah kelahiran Mataram. Akhir kata,
buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca oleh teman teman semua yang
tetarik mempelajari sejarah Mataram dan awal kejatuhannya. terimakasih
No comments:
Post a Comment