Labels

Monday, April 14, 2025

Pabrik Gula: Pola Sama Tapi Lebih Upgrade Dari KKN Desa Penari

 

Akhirnya membuat juga review dari film Pabrik Gula, atau lebih tepatnya synopsis ya, bukan review, karena kemampuan menulis dengan detail saya masih sangat kurang sih, hehehhe. Padahal nonton film ini sejak hari kedua lho. Nonton film ini juga karena sejak awal sudah sangat tertarik dengan jalan ceritanya, mulai dari ceritanya yang viral (aku gak ngikutin cerita viralnya sih hehehe), momen Lebaran yang lagi kosong-kosongnya juga). Film ini dari awal banyak yang pesimis sih kalau baca-baca di sosmed, tapi karena aku tertarik dengan trailernya dan gembar-gembornya yang menggema, maka aku kesampingkan dulu masalah pesimis para deterjen ini, hehehe.

Cerita diawali sekelompok orang yang diangkut truk untuk menjadi buruh musiman Pabrik Gula di Jawa Timur. Mereka adalah Fadil, Endah, Naning, Wati, Hendra, Dwi dan Franky. Mereka akhirnya diterima dan tinggal di mess yang berbeda berdasarkan jenis kelamin. Di Pabrik ini, ada aturan jam kuning dan jam merah. Jika sudah jam merah alias sudah jam 9 malam, maka seluruh penghuni mess tidak diijinkan keluar dari mess. Sementara jam kuning atau sebelum jam 9 malam artinya hati-hati, jika tidak ada keperluan maka tidak diijinkan keluar dari mess.

Namun, aturan ini sejak awal sudah dilanggar oleh Endah. Dia mengikuti sosok misterius yang menyelinap masup ke dalam pabrik padahal sudah jam merah. Sesaat kemudian dia melihat penampakan supranatural. Setelah kejadian itu, terror hantu mulai bermunculan, bahkan ada salah satu buruh yang mati dengan mengenaskan. Satu persatu masalah terror ini mulai telrihat jelas kenapa dan tersusun rapi membentuk cerita yang jelas.

Menonton film ini setelah selesai langsung teringat KKN Desa Penari. Loh, kok polanya mirip banget sekali, bedanya ini sekelompok pemuda jadi buruh di Pabrik Gula sementara di KKN sekelompok mahasiswa di sebuah desa. Belum lagi factor penyebab mereka diteror oleh setan setan kerajaan demit di Pabrik Gula juga sama persis dengan yang terjadi di KKN Penari. Nah, masih ada lagi nih, di KKN Penari ada wilayah demit Angkara Murka, maka di Pabrik Gula ada kerajaan demit. Di KKN ada sosok badarawuhi maka di Pabrik Gula juga ada Maharatu. Di KKN ada Widya yang punya kemampuan batin. Di Pabrik Gula ada Endah dan Fadil yang memiliki kemampuan batin. Orang-orang yang memiliki kemampuan supranatural ini sama sama memiliki kunci untuk menguak apa yang terjadi di desa atau di pabrik gula tersebut. Kalau polanya hampir sama seperti KKN Penari, kenapa ini harus dibuat, atau ditonton ya?

Nah, aku sih saat sadar bahwa factor penyebabnya sama dengan KKN Penari maka ya sudahlah, toh aku terhibur. Jawaban factor penyebabnya ya ada di pemutaran Cut dan Uncut karena ada unsur adegan dewasa di Uncut padahal Cuma satu menit sih. pola Cut dan Uncut ini juga diterapkan di KKN Penari untuk mendapatkan lebih banyak penonton plus membuat para penonton jadi penasaran seperti apa adegan dewasa di rating Uncutnya. Walau setelah nonton maka aku jawabnya yah Cuma gini aja. Namun, di mata orang tua mungkin ini jadi adegan yang berbahaya kali ya makanya dibuat dua versi yang berbeda.

Jika di KKN Penari itu desa KKN seolah hanya jadi pajangan, maka di Pabrik gula, kita bisa melihat aktivitas buruh di dalamnya dari sekadar memotong tebu , mengumpulkan tebu, dan aktivitas lain terkait industry Pabrik Gula. Hal ini justru upgrade bagi saya karena Pabrik Gula bukan sekadar tempelan belaka tapi ada adegan yang menunjukkan aktivitas kerja di dalam pabrik itu.

Setingnya tahun 2003, itu adalah jaman di mana belum ada media sosial. Entah ya, aku selalu suka dengan film film berseting masa lalu. Melihat logatnya, kostumnya, jadi ya suka aja, bagiku sih ini jadi nilai tambah untuk ditonton. Aksen Bahasa jawa yang diucapkan oleh pemain utama walau kurang luwes tapi bagiku ya ok ok saja karena ya mereka bukanlah orang jawa yang terbiasa berbahasa jawa jadi ya harusnya bisa diterima. Salut juga buat tim make up sehingga walau aslinya memang sudah cantic dan ganteng tapi mampu dipoles agar terkesan lebih ndeso lagi gitu.

Nah, Sosok Franky, Dwi, Rano dan Karno memberikan daya tarik tersendiri dari film ini. Mereka memberikan unsur humor dengan porsi yang pas dan bikin kita selalu ketawa tapi tidak sampai mendominasi film ini. Unsur humor ini tidak ada di KKN Penari seingatku. Setidaknya dengan masuknya unsur humor dalam film horror ini tidak membuat pabrik gula menjadi film yang membosankan. Subjektif sekali sebenarnya. Bagi orang yang suka film horror dengan ketegangan yang intens, maka scene scene humor ini terasa mengganggu banget, tapi kalau aku sih terhibur dengan adegan humor ini toh porsi yang disajikan dalam takaran yang pas. JUstru kalau ful horror kayaknya filmnya jadi kurang gimana gitu, apalagi sosok sosok pasukan setan yang ada di pabrik atau di jalan itu gimana ya, bagiku sih tampilannya aneh aja.

Sosok MBah Jinah dan Pak Samin yang lebih seperti orang pintar ini benar-benar mencuri perhatian. Adegan mereka berkomunikasi dengan demit di Pohon beringin atau adegan proses tumbal di ruang keramat benar -benar bikin merinding. Puncak dari acting mereka adalah saat ritual sepasang penganten tebu . itu benar bener bikin dag dig dug kok bisa seperti itu. Salut mereka bisa tampil total dan mencuri perhatian, karena di KKN pemeran yang jadi orang pintarnya tidak membawa energi yang bikin merinding gitu (ini menurutku lho).

Sosok Naning yang diperankan oleh Erika Carlina  dari awal sudah mencuri perhatian. Sejak awal menonton , dengan postur tubuh yang langsing seksi dan pakaian yang seksi aku sudah menduga kayaknya adegan dewasa seperti di poster jadulnya itu bakal melibatkan dirinya, Cuma waktu itu aku mikir dia kesambet setan atau ada setan yang malsu jadi dirinya (maaf karena tidak membaca kisahnya di X jadi tidak tahu cerita aslinya. Yang jelas Erika memaksimal waktu 1 menit untuk benar-benar mencuri perhatian penonton.

Dibandingkan KKN Penari, maka jelas film Pabrik Gula mengalami peningkatan kualitas. Alwi Suryadi sebagai sutradara sudah belajar banyak untuk memperbaiki film sebelumnya . Hal ini juga didukung oleh Lele sebagai penulis naskah. Ditunjang PH besar dan momen lebaran, maka film ini hampir pasti jadi boks office Indonesia (sekarang sudah lebih dari 2 juta penonton lho). Untuk ukuran menghibur maka film ini patut untuk dijadikan tontonan. Saya tidak terlalu muluk muluk film harus yang berkualitas gimana, yang penting bikin betah di depan layar bioskop maka ya sudah selesai. Yuk, nonton Pabrik Gula, bagi yang belum nonton. Dijamin tidak akan menyesal kok.

No comments:

Post a Comment