Akhirnya membuat juga review dari film Pabrik Gula, atau lebih tepatnya synopsis ya, bukan review, karena kemampuan menulis dengan detail saya masih sangat kurang sih, hehehhe. Padahal nonton film ini sejak hari kedua lho. Nonton film ini juga karena sejak awal sudah sangat tertarik dengan jalan ceritanya, mulai dari ceritanya yang viral (aku gak ngikutin cerita viralnya sih hehehe), momen Lebaran yang lagi kosong-kosongnya juga). Film ini dari awal banyak yang pesimis sih kalau baca-baca di sosmed, tapi karena aku tertarik dengan trailernya dan gembar-gembornya yang menggema, maka aku kesampingkan dulu masalah pesimis para deterjen ini, hehehe.
Cerita diawali sekelompok orang yang diangkut truk untuk
menjadi buruh musiman Pabrik Gula di Jawa Timur. Mereka adalah Fadil, Endah,
Naning, Wati, Hendra, Dwi dan Franky. Mereka akhirnya diterima dan tinggal di
mess yang berbeda berdasarkan jenis kelamin. Di Pabrik ini, ada aturan jam
kuning dan jam merah. Jika sudah jam merah alias sudah jam 9 malam, maka
seluruh penghuni mess tidak diijinkan keluar dari mess. Sementara jam kuning
atau sebelum jam 9 malam artinya hati-hati, jika tidak ada keperluan maka tidak
diijinkan keluar dari mess.
Namun, aturan ini sejak awal sudah dilanggar oleh Endah. Dia
mengikuti sosok misterius yang menyelinap masup ke dalam pabrik padahal sudah
jam merah. Sesaat kemudian dia melihat penampakan supranatural. Setelah kejadian
itu, terror hantu mulai bermunculan, bahkan ada salah satu buruh yang mati dengan
mengenaskan. Satu persatu masalah terror ini mulai telrihat jelas kenapa dan tersusun
rapi membentuk cerita yang jelas.
Menonton film ini setelah selesai langsung teringat KKN Desa
Penari. Loh, kok polanya mirip banget sekali, bedanya ini sekelompok pemuda
jadi buruh di Pabrik Gula sementara di KKN sekelompok mahasiswa di sebuah desa.
Belum lagi factor penyebab mereka diteror oleh setan setan kerajaan demit di
Pabrik Gula juga sama persis dengan yang terjadi di KKN Penari. Nah, masih ada
lagi nih, di KKN Penari ada wilayah demit Angkara Murka, maka di Pabrik Gula
ada kerajaan demit. Di KKN ada sosok badarawuhi maka di Pabrik Gula juga ada
Maharatu. Di KKN ada Widya yang punya kemampuan batin. Di Pabrik Gula ada Endah
dan Fadil yang memiliki kemampuan batin. Orang-orang yang memiliki kemampuan supranatural
ini sama sama memiliki kunci untuk menguak apa yang terjadi di desa atau di
pabrik gula tersebut. Kalau polanya hampir sama seperti KKN Penari, kenapa ini
harus dibuat, atau ditonton ya?
Nah, aku sih saat sadar bahwa factor penyebabnya sama dengan
KKN Penari maka ya sudahlah, toh aku terhibur. Jawaban factor penyebabnya ya
ada di pemutaran Cut dan Uncut karena ada unsur adegan dewasa di Uncut padahal Cuma
satu menit sih. pola Cut dan Uncut ini juga diterapkan di KKN Penari untuk
mendapatkan lebih banyak penonton plus membuat para penonton jadi penasaran
seperti apa adegan dewasa di rating Uncutnya. Walau setelah nonton maka aku
jawabnya yah Cuma gini aja. Namun, di mata orang tua mungkin ini jadi adegan
yang berbahaya kali ya makanya dibuat dua versi yang berbeda.
Jika di KKN Penari itu desa KKN seolah hanya jadi pajangan,
maka di Pabrik gula, kita bisa melihat aktivitas buruh di dalamnya dari sekadar
memotong tebu , mengumpulkan tebu, dan aktivitas lain terkait industry Pabrik
Gula. Hal ini justru upgrade bagi saya karena Pabrik Gula bukan sekadar tempelan
belaka tapi ada adegan yang menunjukkan aktivitas kerja di dalam pabrik itu.
Setingnya tahun 2003, itu adalah jaman di mana belum ada
media sosial. Entah ya, aku selalu suka dengan film film berseting masa lalu. Melihat
logatnya, kostumnya, jadi ya suka aja, bagiku sih ini jadi nilai tambah untuk
ditonton. Aksen Bahasa jawa yang diucapkan oleh pemain utama walau kurang luwes
tapi bagiku ya ok ok saja karena ya mereka bukanlah orang jawa yang terbiasa berbahasa
jawa jadi ya harusnya bisa diterima. Salut juga buat tim make up sehingga walau
aslinya memang sudah cantic dan ganteng tapi mampu dipoles agar terkesan lebih
ndeso lagi gitu.
Nah, Sosok Franky, Dwi, Rano dan Karno memberikan daya tarik
tersendiri dari film ini. Mereka memberikan unsur humor dengan porsi yang pas
dan bikin kita selalu ketawa tapi tidak sampai mendominasi film ini. Unsur humor
ini tidak ada di KKN Penari seingatku. Setidaknya dengan masuknya unsur humor
dalam film horror ini tidak membuat pabrik gula menjadi film yang membosankan. Subjektif
sekali sebenarnya. Bagi orang yang suka film horror dengan ketegangan yang
intens, maka scene scene humor ini terasa mengganggu banget, tapi kalau aku sih
terhibur dengan adegan humor ini toh porsi yang disajikan dalam takaran yang
pas. JUstru kalau ful horror kayaknya filmnya jadi kurang gimana gitu, apalagi sosok
sosok pasukan setan yang ada di pabrik atau di jalan itu gimana ya, bagiku sih
tampilannya aneh aja.
Sosok MBah Jinah dan Pak Samin yang lebih seperti orang
pintar ini benar-benar mencuri perhatian. Adegan mereka berkomunikasi dengan
demit di Pohon beringin atau adegan proses tumbal di ruang keramat benar -benar
bikin merinding. Puncak dari acting mereka adalah saat ritual sepasang
penganten tebu . itu benar bener bikin dag dig dug kok bisa seperti itu. Salut
mereka bisa tampil total dan mencuri perhatian, karena di KKN pemeran yang jadi
orang pintarnya tidak membawa energi yang bikin merinding gitu (ini menurutku
lho).
Sosok Naning yang diperankan oleh Erika Carlina dari awal sudah mencuri perhatian. Sejak awal
menonton , dengan postur tubuh yang langsing seksi dan pakaian yang seksi aku
sudah menduga kayaknya adegan dewasa seperti di poster jadulnya itu bakal
melibatkan dirinya, Cuma waktu itu aku mikir dia kesambet setan atau ada setan
yang malsu jadi dirinya (maaf karena tidak membaca kisahnya di X jadi tidak tahu
cerita aslinya. Yang jelas Erika memaksimal waktu 1 menit untuk benar-benar
mencuri perhatian penonton.
Dibandingkan KKN Penari, maka jelas film Pabrik Gula
mengalami peningkatan kualitas. Alwi Suryadi sebagai sutradara sudah belajar
banyak untuk memperbaiki film sebelumnya . Hal ini juga didukung oleh Lele
sebagai penulis naskah. Ditunjang PH besar dan momen lebaran, maka film ini
hampir pasti jadi boks office Indonesia (sekarang sudah lebih dari 2 juta
penonton lho). Untuk ukuran menghibur maka film ini patut untuk dijadikan
tontonan. Saya tidak terlalu muluk muluk film harus yang berkualitas gimana,
yang penting bikin betah di depan layar bioskop maka ya sudah selesai. Yuk,
nonton Pabrik Gula, bagi yang belum nonton. Dijamin tidak akan menyesal kok.
No comments:
Post a Comment