Labels

Friday, April 1, 2016

si cacing dan kotorannya



Judul buku                          : si cacing dan Kotoran kesayangannya
Penulis                                 : Ajahn Brahm
Penerbit                              : Awareness publication
Tahun terbit                       : cetakan 26, Des 2012
Jumlah halaman               : 307 halaman
Akhirnya membaca (lagi) buku ini setelah sekian tahun. banyak cerita yang saya sudah lupa. Ya memang cerita dalam buku ini sangat banyak, ada 108 kisah sehingga tidak mungkin kita bisa mengingat semua. Tapi saya berpikir ya tidak ada salahnya untuk dibaca lagi, toh saat itu saya juga belum pernah membuat resensinya. Akhirnya pinjamlah saya ke perpustakaan kota di Jogjakarta deket deket jalan sudirman, hehehehehe (yuk ke perpustakaan yukkk)

Buku ini berisi 108 kisah yang berasal dari pengalaman diri, kisah kisah lalu yang kemudian dibukukan. Isi kisahnya juga relevan dengan situasi zaman. Hal yang paling menarik tentunya karena karena kisah ini ditulis oleh seorang biksu dari Inggris, yang mendalami tradisi budha di Thailand timur laut dan rela meninggalkan karirnya dan megganti namanya menjad ajahn brams yang artinya guru brahm. Sebelumnya beliau bernama peter dan merupakan lulusan dari fifika teori satu angkatan dengan Peter Hawking dari Cambridge university dan setahun menjadi guru sebelum akhirnya pergi ke Thailand menjadi biksu tahun 1983 berguru pada Ajahn Chah. Pengalamannya selama 30 tahun menjadi biksu tentu pantas untuk di amati mengingat latar belakangnya dari eropa dan merupakan orang terpelajar, bukan orang asia, walau selama pendidikan di Thailand ada banyak tantangan yang menghadang.
Ajahn bram banyak melakukan pelayanan dengan aktif mengunjungi penjara, rumah sakit, rumah duka untuk melakukan penghiburan. Ceramahnya selalu sukses dan dihadiri banyak orang. Tentu saja menjadi keuntungan bagi penyelenggara apabila mengundang Ajahn brahm karena beliau tidak menarik biaya untuk ceramahnya. Beliau hanya mengandalkan pemberian makan  dari orang-orang, tidak meminta hal yang lebih.
108 kisah di buku ini terbagi menjadi 11 bagian, yaitu kesempurnaan dan kesalahan, cinta dan komitmen, rasa takut dan rasa sakit, kemarahan dan pemaafan, menciptakan kebahagiaan, masalah kritis dan pemecahannya, kebijaksanaan dan keheningan batin, pikiran dan realita, nilai dan kehidupan spriritual, kebebasan dan kerendahan hati, penderitaan dan pelepasan.
Hanya beberapa kisah yang saya ingat karena memiliki makna yang menancap di pikiran saya, misalnya kisah tentang dua bata jelek yang dibangun oleh Ajahn Brahm. Dari tembok yang dibangun 100 bata ada dua bata yang susunannya jelek, dan ajahn focus pada bata yang jelek. Itu seperti kita semua yang juga memiliki kelemahan dan kelebihan, namuns eringkali kita lebih focus pada keburukan, entah pad adiri sendiri atau pada orang lain, padahal ada banyak kelebihan yang bisa dilihat , seperti 2 bata jelek yang dijadikan focus padahal ada 98 batu yang tertata bagus.
Begitu juga tentang bagian cinta dan komitmen, ada kisah tentang pasangan suami istri yang ribut tentang suara ayam atau bebek. Dalam hubungan relationship seringkali kita harus mengalah untuk memepertahankan cinta kita, karena bukan benar atau tidak dari suatu perebatan, tapi kira kira apakah itu akan mempengaruhi hubungan kita dengan pasangan tidak. Bisa jadi kita memang benar dan pasangan kita salah, tapi apa gunanya kalau hubungan kita kemudian menjadi buruk dan tidak harmonis?

 bagaimana cara untuk meredakan amarah? Ya dengan menerima dan menyambut amrah itu sama seperti kisah siluman yang masuk ke istana dan duduk di singgasana raja, dikeroyok oleh prajurit banyak, siluman itu makin lama makin besar, dan sang kaisar kemudian berganti taktik dengan menyambut siluman itu dan memperlakukan dengan baik.s emakin disambut ukuran silmuan itu makin lama makin kecil dan akhirnya menghilang. Sama seperti saat ada masalah dalam diri kita, maka kita harus menerima dengan berlapang dada, bukan menentang dan protes kenapa harus kita yang menerima itu karena protes tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi saat kita bisa menerima ada masalah dan mencoba mencari jalan keluar maka masalah itu dengan segera justru akan lebih mudah diselesaikan.
Rasa takut, justru bisa merusak daripada segala persiapan yang sudah dilakukan, seperti kisah biksu muda yang di tes untuk melewati ebuah kolam berisi air asam yang berbahaya melalui sebuah titian. Sang murid sebelum mulai melakukan berbagai latihan  terus menerus  dan itu dapat dilakukannya degan mudah, tapi begitu mulai dihadapkan pad akolam air asam yang sebenarnya , dimana didasar kolam terdapat banyak tulang tulang manusia, maka timbul rasa takut yang luar biasa dan akhirnya dia jatuh ke kolam (yang sebenarnya hanya tipuan karena melalui kolam itu merupakan suatu bentuk ujian semata). Kitapun sering dihinggapi rasa takut saat akan melakukan sesuatu seolah olah kita tidak bisa, padahal sebelumnya kita sudah melakukan persiapan dengan sangat baik. Kita belajar untuk bisa menguasai diri dan menguasai takut itu sendiri sehingga tidak mendominasi pikiran kita agar kita dapat melakukan segala sesuatunya dengan baik.
Ajahn Brams juga memasukkan cerita cerita dari gurunya, Ajahn Chah, yang esensinya adalah jangan lekati apapun, lepaskanlah dan ikhlaskanlah apa adanya.buku ini sebelumnya berjudul Membuka PIntu Hatiterbitan dari Karaniya ehipassiko tahun 2005 namun kemudian saat berganti penerbit dipilih cerita terakhir sebagai judul. Saya berpikir sih kalau judul membuka pintu hati terkesan tidak menjual (bagi saya lho) dan terasa seperti buku pengembangan diri biasa, tapi begitu menggunakan judul sic acing dan kotorannya, justru membuat orang menjadi ertarik kira kira isinya tentang apa ya.
Si cacing dan kotorannya menceritakan dua orang yang berbeda nasib, biksu satu menjadi dewa, dan satunya justru menjad cacing. Si dewa berusaha mengajak si cacin dan membawanya ke surge tapi sic acing lebih suka tinggal di dalam kotoran yang menjadi makanannya dan tidak mau melihat surge yang lebih abadi.akhirnya sang dewa meninggalkan sic acing dan kembali ke surga. Dan makna cerita ini sangat menohok bagi saya pribadi, bukankah manusia juga seperti itu, lebih suka hidup dalam nafsu duniawi dan tidak mau melepaskan diri dari nafsu itu walau sudah diberi jalan yang lebih baik agar kelak bisa masuk surga , tapi kita lebih memilih berkubang dalam nafsu dan kenikmatan duniawi yang sebenarnya fana?
Karena memiliki makna yang mendalam, saya menyarankan buku ini untuk menajdi buku bacaan kita agar menjadi makanan bagi jiwa kita dan menjadi lebih bijak dalam segala hal. Akhir kata selamat membaca.

No comments:

Post a Comment