Labels

Friday, April 1, 2016

kisah kebijaksanaan dalam 5 matahari



Judul buku          .               : 5 matahari
Peenulis                               : Budi S. Tanuwibowo
Penerbit                              : PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Tahun terbit                       : 2010
Jumlah halaman               : 185 halaman
Lima matahari, kenapa judul buku ini seperti itu. Itu membuat saya penasaran dan akhirnya saya meminjam buku ini di perpustakaan. Buku ini berisi banyak cerita yang membawa dan menuntun kitan untuk menjadi lebih bijak setiap hari. Bukan tanpa alasan kalau 5 matahari yang dipilih sebagai judul buku ini.
Lima matahari mengajarkan bahwa kita membutuhkan lima hal dalam kehidupan yaitu matahari itu sendiri,  zhi/kearifan dan kebijaksanaan, ren/ cinta kasih, yong atau keberanian serta ilmu pengetahuan. Buku ini dsampaikan dengan bahasa yang mudah dpahami dengan tokoh tokoh yang menarik, mulai dari guru dan muridnya, putra mahkota dan gurunya, tiga tokoh biru merah dan kuning dimana biru yang menjadi tokoh bijaknya.

Ada banyak kisah selain 5 matahari ini yang bisa menjadi perenungan kita dan membuat kita belajar banyak hal. Misalnya telepon dari Tuhan yang menceritakan seseorang yang sangat jahat pada banyak orang tapi dimata keluarganya dia bagaikan malaikat dimana akhir hidupnya dia justru masuk surga. Hal itu dikarenakan keluarganya terus menerus mendoakan ayahnya agar masuk surge. Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah ini agar kita juga membiasakan diri mendoakan orangtua kita, karena siapa tahu dengan kebaikan yang diberikan pada kita maka pintu surge justru dbukakan walau dimata banyak orang , orangtua kita justru orang yang sangat jahat.
Atau bagaimana memandang pria dan wanita dalam kisah sepasang sayap kehidupan. Bahwa pria dan wanita ibarat sepasang sayap yang tidak dapat berdiri sendiri, tapi saling membutuhkan agar bisa terbang maka proses diskriminasi tidak diijinkan. Bisa jadi justru pria wanita diciptakan agar pria dan wanita saling melengkapi satu sama lain.
Ada lagi kisah sepasang sepatu yang selalu rebut dan iri, namun akhirnya bisa saling menyadari bahwa mereka adalah pasangan yang tidak akan berguna kala hanya satu saja yang ada. Seperti dalam hidup kita, maka kita belajar dalam organisasi tim harus bekerjasama dengan baik dan tidak ada yang lebih dari yang lain karena semua sama memiliki tugasnya masing-masing. Hal ini juga berkait dengan kisah lain memperkuat mata rantai yang lemah dimana  mata rantai yang lemah adalah perempuan, maka sudah seharusnya perempuan itu diberdayakan agar pada akhirnya negara menjadi kuat, karena keberlangsungan ranta tidak ditentukan mata rantai yang kuat tapi justru yang paling lemah.
Atau bagaimana kita harus berhati hati dengan pengabian yangberlebih seperti dalam kisah putra mahkota yang dibantu orang orang kepercayaannya, tapi pengabdian mereka yang sangat berlebihan sampai mengorbankan keluarga, dan tanpa asal usul yang jelas dengan tanpa ada ras abersalah, maka justru harus diwaspadai karena pengabdian yang terlalu berlebih sampai engobrnana keluarga sendiri justru akan menyerang kita di saaat kita terlena.
Ada lagi kisah tentang pedestrian. Memangnya penting ya pedestrian sang putra mahkota diberikan wejangan oleh gurunya bahwa di negaranya wajib dibangun pedestrian karena itu member banyak keuntungan. Adanya jalan khusus untuk pejalan kaki menunjukkan bahwa negara juga berpihak pada seluruh warganya. Selain itu adanya pedestrian juga akan membuat adanya keindahan dan kesejukan di sepanjang jalan, dan karena masyarakat sudah terbiasa jalan kaki maka mereka juga akan lebih banyak berinteraksi satu dengan yang lain. Adanya jalan khusus jalan kaki juga mengakibatkan wisatawan tertarik untuk jalan jalan ke negara tersebut. Bayangkan kalau pedestrian tidak ada, bagaimana wisatawan bisa jalan jalan mengelilingi kota ? tidak mungkin mereka selalu naik kereta atau alat transportasi dalam keliling kota. Masyarakat yang terbiasa berjalan setidaknya juga mengurangi penggunaan sarana transportasi yang pada akhirnya mengurangi polusi.
Masih ada lagi kisah tentang usaha perjuangan yang dilakukan oleh dua keluarga dalam judul memandikan dan menyembelih kerbau. Da keluarga yang sama sama kaya raya namun memiliki cara pandang yang berbeda dalam melakukan suksesi perusahaan dan berdampak pada usahanya. Keluarga satu , semua anak anaknya disekolahkan sangat tinggi sampai keluar negeri dan begitu lulus langsung diminta mengisi posisi di perusahaan, sementara keluarga lain membiarkan anak anaknya bekerja di perusahaan lain selama lima tahun dan baru bekerja di perusahaan keluarga setelah lima tahun, itupun mereka harus merangkak dari bawah. Dan pada akhirnya justru perusahaan milik keluarga A menyusut drastic sementara perusahaan keluarga B terus berkembang. Kisah ini mengajarkan agar anak tidak langsung menurusi perusahaan sendiri dan diposisi penting karena mereka belum memiliki pengalaman dan hanya kuat secara teori sementara antara realita dengan teori bisa sangat berbeda, selain itu mereka belum teruji secara mental dan berada dalam zona nyaman, sangat berbeda dengan anak anak dari keluarga lain yang telah teruji mentalnya di perusahaan lain.
Bagaimana dengan masalah pluralitas yang menjadi masalah seperti di Indonesia. Dalam kisah kamar ketujuh inilah kita mendapatkan jawabannya, lima sahabat yang sudah selalu bersama sejak kecil hingga mati dan mereka berkumpul di surge kecuali satu sahabat yang ada di kamar lain dan tidak bersama mereka karena satu orang itu juga juga tinggal di surga berkumpul dengan teman teman yang satu agamanya, karena mereka tidak mungkin disatukan, mengingat teman temannya pasti akan kaget bahwa mereka yang mengatakan bahwa agamanya yang benar dan agama lain salah serta pasti masuk surga ternyata tidak seperti itu.  Bukankah kita juga seperti itu, kita sering berteriak kafir kafir kafir dan menganggap pemeluk agama lain pasti kelak akan masuk neraka dan kita masuk surge apdahal bisa jadi sebaliknya kita tidak tahu itu.
Bagamana dengan kran demokrasi yang ada di Indonesia? Begitu banyak orang yang bersuara dan kegaduhan muncul. Ini seperti muncul dalam kisah berjudul kata-kata dan empat ekor kuda. Bagi masyarakat yang sudah terbiasa di tempat sunyi pasti akan kaget saat berada di daerah yang ramai, begitu juga sebaliknya dengan masyarakat yang biasa d tempat yang ramai pasti akan kaget dengan daerah sepi. Ibarat bayi yang baru bisa ngomong maka mereka akan menjad cerewet dan terus bersuara karena negeri kita yang baru lepas dari tirani serta pintu demokrasi terbuka lebar maka semua orang menjadi merasa bebas bersuara sebebas bebasnya yang justru akan membuat gaduh dan stress. Butuh waktu bagi masyarakat kita untuk bisa mengerem segala yang dikatakannya.
Ada kisah yang dituturkan si biru, kuning dan merah mengenai siapa yang lebih dalam permainan barongsai, apakah pemain depan, belakang atau justru pemain music. Tidak diduga yang terpenting adalah pemain music, karena pemain depan ibarat pemimpin negara/perusahaan, pemain belakang ibarat pengikut atau menteri menterinya, dan pemain music ibarat hukum, undang undang dan rakyat atau AD/ART. Bahwa kita harus belajar diatas semua itu, hukum/konstitusi merupakan hal terpenting dalam menegakkan aturan, bukan presiden atau menteri, atau direktur.
Bagaimana dengan proses untuk belajar sesuai tingkatan kita? Dalam kisah burung Hua Mei yang bersiul nyaring, sang putra mahkota membawa burungnya untuk diadu dengan burung milik gurunya. Peringatan sang guru agar jangan diadu tidak digubris, dan begitu burung hua mei berkicau setelah mendengar kicauan milik putra mahkota dengan segera burung milik putra makhota menjadi sangat penakut, bahkan kicauan itu tidak berhenti  sampai burung milik putra mahkota dibawa pergi. Pelajaran yang dapat dipetik adalah bahwa setiap individu memiliki kapasitas masingmasing sehingga saat ditandingkan haruslah mengetahui kekuatan lawan karena jika tidak maka bisa sangat depresi dan kehilangan motivasi apapun karena sudah kalah mental. Ibarat kemampuannya baru sebatas tingkat RT, maka ya harus bertanding level RT, jangan langsung level kota karena apabila kalah, maka bisa jadi indiviu sudah kapok untuk ikutan bertanding lagi.
Buku ini bagi saya pribadi sangat bagus dan layak untuk dibaca. Pengalaman penulis yang memang keturunan tionghoa dan tergabung dengan berbagai organisasi tionghoa seperti organisasi PERMATA, PSMTI, Persobarin dll tentu saja membuat semua karya karya ini juga sangat dipengaruhi oleh budaya tionghoa. Walau begitu, semua kisah ini sangat relevan untuk kita di berbagai negara manapun karena tema temanya sangat universal, akhir kata selamat membaca.

No comments:

Post a Comment