Labels

Friday, September 11, 2015

stop bullying di sekolah-sekolah



Judul buku                          : Bencana Sekolah
Penulis                                 : Jodee Blanco
Penerbit                              : PT Pustaka Alvabet
Tahun terbit                       : Cetakan 1, Mei 2013
Jumlah halaman               : 352 halaman
                Apakah anda pernah dibully dan tidak dianggap dalam pergaulan sewaktu masih remaja dulu? Membaca sekilas tentang isi buku ini mengingatkan saya akan masa kecil soalnya sehingga saya ingin langsung membacanya waktu menemukannya di perpustakaan Propinsi DIY. Buku ini ditulis oleh Jodee yang pernah merasakan langsung bagaimana dia mendapatkan perlakuan bully oleh teman temannya, sejak masih SD hingga dia SMA.

Jodee yang awalnya merupakan anak populer sewaktu SD katolik Holy Ascensionberubah drastic menjadi siswa yang tidak populer. Itu hanya karena keputusannya terlibat sebagai sukarelawan di kelas khusus anak anak tuna rungu di sekolahnya membuat dia mulai dijauhi oleh teman. Saat dia mulai bisa kembali masuk dalam suatu kelompok, dia kembali terlempar hanya karena tidak mau melakukan kenakalan seperti layaknya anak anak dalam kelompok itu. Akhirnya orangtuanya memindahkannya ke Morgan Hills dan dia menemukan teman teman baru dan berharap bisa melupakan kenangan buruk di sekolah sebelumnya. Satu titik balik dia bisa kembali menjadi anak populer saat bergabung dengan kelompok anak populer  tapi hancur seketika karena dia mengadukan peristiwa yang mengarah ke hubungan seks dalam kelompok itu saat merek melakukan suatu pesta khusus kelompok itu kepada orangtuanya yang membuat dia akhirnya tersingkir dalam pergaulan. 


Akhirnya dia pindah dari Morgan hill menuju SMP northwest tapi hasilnya juga sama saja hanya karena dia tidak mau melakukan tindakan seperti kenakalan remaja dalam kelompoknya maka dia diasingkan dan diperlakukan dengan tidak semena mena. Bahkan kebenciannya memuncak menjadi ingin bunuh diri setelah dia mengikuti lomba monolog dan disitu ada Dara, anak gadis di sekolahnya dulu di Morgan Hills yang juga menjadi pelaku bullying kepadanya justru lolos ke final. Rasa frustasi hingga ada masalah kejiwaan dan akhirnya membuat orangtua Jodee membawanya berlibur ke Santorini Yunani untuk mengembalikan semangatnya.
Selama di SMA Samuels perlakuan  sangat buruk terjadi padanya, apalagi dia terlibat sebagai sukarelawan dalam anak anak khusus yang idiot, bahkan protesnya terhadap seorang guru yang menghina  anak anak khusus tersebut semakin membuatnya dibully tidak mendapat dukungan dari hampir semua guru. Padahal sang guru sendiri juga cacat fisiknya.Pada akhirnya di berteman dengan annie yang member kekuatan dan kelompok yang membuatnya nyaman bahwa dia tidak sendiri. 

Membaca buku ini sangat mengaduk emosi, bagaimana kenakalan anak anak dianggap sebagai sebuah kenakalan, tanpa melihat dampak bagi korban bullying sementara bagi pelaku, mereka bersikap seolah olah itu perlakuan yang biasa biasa saja. Hanya saja yang perlu digaris bawahi  bahwa system social di Amerika sangat berbeda dengan Indonesia. Di Indonesia, bisa jadi seorang anak akan memiliki kelompoknya tapi dia tetap bergaul baik dengan teman teman yang lain,s ementara di amerika sepertinya semua akan berkelompok dan berusaha agar menuruti aturan dalam kelompok, karena saat melanggar aturan kelompok maka dia tidak hanya dikeluarkan tapi jugakelompok populer akan berusaha menghasut anak anak lain untuk juga membenci korban dan menjadi musuh yang sangat mengganggu. 

Tidak ada hal yang baik yang dilakukan karena perilaku baik Jodee yang ingin terlibat dalam kelas khusus anak anak berkebutuhan khusus justru membuat dia menjadi sasaran cemooh, tidak hanya kasar secara verbal tapi juga secara fisik. Hal ini diperparah dengan kondisi tubuh Jodee yang mengalami perbedaan dimana salah satu payudaranya tidak tumbuh normal yang itu menjadi sasaran bullying dari teman temannya.
Alam setiap sekolah, anak anak populer yang keren akan berusaha untuk mencari mangsa yang terlihat lemah dan tidak bisa melawan, celakanya jodee juga tidak ingin melawan karena dalam keluarganya selalu ditanamkan bahwa lebih baik menghindar daripada melawan, cara berpikir orang dewasa yang tidak cocok dengan cara berpikir anak remaja karena semakin diam maka semakin orang akan suka membully karena merasa tidak mendapat perlawanan.

Ada banyak cara agar anak terhindar dari kasus bullying di sekolah, mulai dari mengikuti kelompok anak keren atau justru bertindak seprti anak berandalan, seperti yang dilakukan Annie, walau dia tidak punya teman di sekolah tapi dia juga tidak mengalami gangguan karena penampilannya yang sungguh menakutkan dengan pakaian yang ada rantai dan juga tato. Begitu juga Dave teman Jodee sewaktu SD yang dulu juga menjadi sasaran Bully mengubah caraberpakaiannya  seperti anak punk.

Dengan membaca buku ini menyadarkan pentingnya betapa berbahaya bullying bagi perkembangan jiwa seorang korban di kemudian hari. Dendam dan amarah, ketakutan yang selalu melanda karena perlakuan yang tidak manusiawi akan terus diingat seumur hidupnya. Maka penting bagi kita, orang tua dan guru guru agar selalu mengawasi dan bertindak cepat apabila menemukan kasus seperti ini agar tidak menjadi semakin membesar.

Buku ini sangat saya sarankan terutama bagi praktisi pendidikan mengingat kasus bullying ini hampir semuanya terjadi di lingkungan sekolah. Jika di jaman jodee maka guru membiarkan nya karena menganggap itu bagian dari fase pertumbuhan seorang remaja dimana remaja harus melaluinya dan mencari jalan keluarnya agar bisa diterima dalam kelompok, tapi kita tahu bahwa itu tidak benar.  Akhir kata selamat membaca.

No comments:

Post a Comment