Labels

Sunday, January 18, 2015

tragedi 98, sepenggal peristiwa reformasi 98 di Indonesia



Hari kamis siang, mau nonton premiere film di balik 98, di Mandala , salah satu bioskop di Malang. Tapi waktu sudah pukul tiga lebih, dan film sudah main 10 menitan, maka akhirnya memilih menonton pada jam 17.20. Waktu beli tiket, yang pesan jam segitu masih sangat sedikit jadi langsung mencari posisi yang enak, waktu itu mikirnya film ini pasti yang menonton sedikit karena yang pesan untuk tayangan jam 15.20 masih sedikit. Ditambah lagi film ini meurutku agak agak berat di tangan seorang sutradara yang baru menyutradarai film setelah sebelumnya malang melintang di dunia perfilman, Lukman Sardi.

Tapi waktu terus merambat , dan saya menunggu dengan membaca bukunya Nujood, seorang gadis yang jadi janda di usia 10 tahun. Aneh juga membaca buku di tengah keramaian seperti ini sementara yang lain sibuk dengan gadget mereka kalau sedang bĂȘte, mungkin karena saya sedang menonton sendiri jadi tidak ada halangan, bisa focus membaca buku selama kurang lebih dua jam tanpa ada gangguan.

  Saya perhatikan, makin lama penonton semakin banyak, ah, saya piker pasti pada menonton Assalamualaikum Beijing. Film sejenis di balik 98 bukan magnet yang besar untuk remaja, kecuali untuk generasi yang pernah merasakan langsung peristiwa 98. Karena saya sendiri juga tidak tahu kisahnya seperti apa.
Akhirnya selesai juganovel yang say baca dan sudah pukul 5 sore lebih, pintu teater sudah dibuka, maka saya langsung masuk aja, dan tanpa di duga, ternyata kursi penonton hamper full, sesuatu yang tidak saya duga sebelumnya. INi berarti film ini sudah menarik minat para ABG yang sebagian besar saya perhatikan usia mahasiswa untuk menontonnya. Mengingat ini tayangan ketiga, maka sudah diprediksi dua tayangan sebelumnya pasti juga udah full. Awal yang sangat baik,para penonton ini nantinya akan getok tular kepada teman temannya mengenai film yang sudah mereka lihat. Saya sih akhirnya beli pop corn sebagai penghilang rasa bosan.

Film akhirnya diputar, dengan aksi aksi demo, seperti membawa kembali pada suasana masa itu, ya mungkin karena saya waktu itu juga ada di jalan, sebagai seorang anak kecil, jadi kebakaran kebakaran yang ada pernah saya lihat. Mengerikan. Film ini menceritakan Diana seorang aktivis yang berpacaran dengan seorang mahasiswa yang bernama Danial, keduanya mahasiswa trisakti, disaat yang bersamaan Diana merupakan ipar dari bagus, seorang tentara dan juga adik dari Salma , seorang pegawai istana yang sedang hamil besar.
Masa itu adalah masa dimana krisis moneter yang sangat luar biasa, harga barang barang mengalami lonjakan yang sangat besar. Salma akhirnya hilang di saat terjadi kerusuhan, sementara rumah Daniel di jarah massa.Hilangnya Salma membuat Diana menuduh Bagus yang tidak bisa menjaga istrinya dan sibuk dengan tugasnya sebagai tentara yang menjaga keamanan ibukota. Peristiwa demi peristiwa yang akhirnya memaksa Presiden Suharto turun dari kursi kepresidenan dan digantikan oleh B.J. Habibie

Film ini di bagian tertentu mengundang tawa penonton, terutama tokoh tokoh besar yang diperankan banyak orang, misalnya pemeran Suharto, BJ Habibie, Wiranto, Amin Rais, entah, melihat pemeran tokoh tokoh  tersebut banyak membuat penontn menjadi tertawa, karena lucuaja melihat sosok SBY, prabowo yang agak agak mirip (atau sebenarnya tidak mirip, hahahaha) 

Ada sedikit yang mengganggu dalam melihat film ini, misalnya reportase reportase yang sangat menonjolkan RCTI, tapi ya tidak apa apa, bisa dimaafkan, kan RCTI memang sponsor  pendukung film ini jadi ya harus ada sih, walau porsinya sedikit lebih banyak daripada stasiun TV lain, padahal bisa jadi yang banyak mengekspose tragedy saat itu mungkin bukan RCTI. Kemudian mahasiswa mahasiswa yang terbunuh , yaitu mahasiswa trisakti, tidak di sebutkan siapa nama namanya, harusnya Lukman Sardi berani menyebutkan korban mahasiswa tersebut sebagai pengetahuan bagi generasi muda.bukankah ini adalah kisah fiksi dengan latar belakang tragedy 98?

Terus make upnya, Boy William dan Chelsea Islan memang ganteng dan cantik, tapi membayangkan antara tahun 98 sampai januari 2015, selisih 16 tahun, katakanlah pada saat itu mereka usia 20 tahun, harusnya pada saat pertemuan kembali di tahun 2015 mereka sudah berusia 36 tahun . tapi make up anatara tahun 98 dan 2015 tidak terlihat perbedaan tegas antara tahun usia remaja dengan usia sangat dewasa, ini kelemahan make up kita dibanding film Hollywood yang sudah canggih, make up bisa membuat seseorang jauh terlihat tua atau muda. 

Tapi cukup bagus kok para pemeran film tokoh tokoh besar, misalnya peran untuk amin rais, BJ habibie, dua tokoh yang cukup punya porsi untuk dialognya, gesture dan ekspresi BJ habibie yang diperankan Agus kuncoro keren banget menurutku, pemilihan Donny Alamsyah sebagai sosok tentara dengan ekspresi yang kuat dan tegas, dingin sangat pas, jadi teringat film the raid atau merantau. 

Terlepas dari segala kekurangan, film ini menurut saya sangat layak tonton, karena unsure drama dan romantisnya juga cukup dapat. Kalau film ini murni mengenai tragedy 98, saya sangsi film ini akan ditonton banyak orang, tapi film yang dibalut unsure drama ini yang membuat menarik untuk dilihat. Selamat melihat film Indonesia yang lain. salam

No comments:

Post a Comment