Halo semua,
kali ini aku akan membahas tentang film yang memiliki kritik social cukup pedas
, tapi filmnya adalah film India lho, film yang menyoroti perbedaan dalam kasta
di masyarakat yang masih sangat kental. Filmnya berjudul Article 15 yang tayang tahun 2019 kemarin. Kok bisa
berjudul seperti itu? Kalian akan mengetahui nanti kalau sudah melihatnya.
hehehe
Film ini menceritakan sosok Ayan Ranjana, seorang perwira polisi dari Delhi yang dipindah tugaskan di wilayah pedesaaan/kota kecil Laalgon, Kawasan di negara bagian uttar Pradesh. Ayan yang berpendidikan luar negeri serta menghabiskan hidup di kota besar terkejut bagaimana dia melihat perbedaan kasta yang sangat kental dalam masyarakat.
Kemudian di
desa tersebut, terdapat 3 gadis yang diperkosa, dua gadis gantung diri di pohon
sementara satu gadis bernama Pooja masih menghilang. Mereka berasal dari kasta
Dalit, kasta yang sangat rendah derajatnya diluar 4 kasta yang ada, dimana pekerjaan pekerjaan rendahan dilakukan
oleh mereka, mulai dari menguliti, membersihkan hal yangberkaian dengan limbah
atau sampah .
Masalah
menjadi pelik karena polisi berusaha menutupi kasus kematian dua gadis yang
masih di bawah umur itu dan memaksa orangtua sang gadis membuat laporan kalau
mereka yang membunuh anak gadisnya sendiri karena ada rumor buruk bahwa
keduanya melakukan hubungan lesbian.
Hal yang
sangat konyol kala kedua orangtua sang gadis yang justru di penjara karena
tekanan dari polisi.Ternyata di desa itu hal yang sudah biasa untuk mencari
kambing hitam dengan menyalahkan orangtua sang gadis. Itu semua hanya karena
mereka berasal dari kasta rendah.
Polisi
senior , Brahmadatt berupaya membuat Ayan untuk menutup kasus ini karena mereka
berhadapan dengan seorang dari kasta tinggi, Anshu Naharia. Apalagi ayahnya
juga merupakan seorang politisi. Para polisi mengkuatirkan dirinya karena Ayan
hanya akan sebentar disana, sementara sesudah itu, para polisi akan kena
getahnya.
Ayan yang
tidak peduli dengan tekanan Brahmadatt, termasuk tekanan dari Panicker, petugas
CBI ( ini semacam FBI di India) untuk melepaskan kasus ini. Panicker sebagai
wakil CBI mengingatkan Ayan bahwa Ayan harus memelajari tatanan social dalam
masyarakat sebelum membuat keputusan besar.
Ayan yang
marah dengan ketatnya sistem kasta di tempat itu kemudian menegaskan tentang
pasal 15 UU di India yang berkaitan dengan tidak boleh adanya diskriminasi
seseorang berdasarkan suku agama ras kasta yang ada. Apalagi dia melihat hasil
visum bagaimana para gadis itu diperkosa massal selama beberapa hari sebelum
akhirnya digantung hidup hidup diatas pohon.
Ayan
terkejut saat mengetahui bahwa para gadis itu hanya menuntut kenaikan 3 rupee
saja dari pekerjaannya di tempat Anshu Naharia, dan justru akibatnya begitu
besar bagi hidup mereka. Ayan semakin shock saat ada polisi yang juga terlibat
dalam peristiwa kematian para gadis itu.
Melihat
film ini dari awal sampai akhir membuat saya agak deg degan. Saya membayangkan
keputusan apa yang harus saya lakukan jika saya menjadi ayan. Apakah saya akan
mengikuti hukum yang berlaku dalam tatanan masyarakat, atau hukum negara.
Jika saya
mencoba menggunakan hukum negara, apakah saya bisa melawan kekuatan besar itu? Masyarakat
itu sendiri. Di film ini, ada tokoh Nishad, seorang revolusioner yang berusaha
melakukan kegiatan untuk kesetaraan antara kasta atas dan bawah (tapi dia akhirnya
mengalami kegagalan saat dia diculik dan akhirnya tewas dibunuh, entah oleh
siapa)
Tewasnya
dua gadis itu juga sebagai cara untuk menakut nakuti para penduduk dari kasta
bawah agar mereka tidak macam-macam dengan sistem social yang sudah mengakar
kuat disana. Mereka bisa disembunyikan mayatnya, tapi kenapa harus di
perlihatkan dan dengan cara digantung untuk kemudian ditemukan. Jawabannya
hanya karena mereka adalah para gadis dari kasta bawah yang tidak punya power
apapun dalam masyarakat dan supaya orang lain juga tidak membangkang dengan
segala perilaku yang dilakukan oleh masyarakat dari atasnya. Mereka digantung
di sana hanya untuk mengingatkan dari kasta apa mereka berasal.
Ayan
berusaha membuat perbedaan. Sebagai seorang pria dari kasta brahmana, dia
harusnya tidak masuk ke dalam lumpur/rawa rawa untuk mencari satu gadis yang
masing terhilang. Ya, di tempat itu, hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh
para penduduk dari kasta atas. Apalagi disaat yang sama mereka kekurangan orang
karena ada mogok massal pekerja yang dilakukan oleh masyarakat dari kasta Dalit
sehingga menghambat pekerjaan mereka. Mungkin karena pendidikannya yang tinggi
dan juga terbiasa hidup di kota besar maka sistem kasta yang begitu ketat tidak
begitu dia temukan seperti di sini.
Perbedaan
antara kasta atas dan bawah yang begitu kental juga dibawa ke dalam pemilihan
politik. Suatu strategi politik yang hanya topeng saja. Mahanji dari kasta
brahmana bersekutu dengan shanti prasa dari kasta dalit dan mengatakan bahwa
dua kasta bisa bersatu dan bekerjasama. Tewasnya dua gadis itu dijadikan
senjata politik Mahanji untuk mencapai tujuannya. Tapi disisi lain, itu semua
hanya topeng saja, karena dibelakang layar, Mahanji membawa peralatan makannya sendiri
sewaktu dia makan bersama Shanti Prasad dari
kasta Dalit. Shanti Prasad sebagai politikus menggunakan kasta Dalit untuk
mengangkat dirinya sendiri.
Sejak awal
kita sudah disuguhkan dengan betapa perbedaaan kasta yang begitu besar terjadi
saat Ayan mulai memasuki desa itu. Saat dia mau membeli air mineral itu, para
polisi berusaha melewati toko yang menjual air mineral hanya karena yang
menjual adalah seorang kasta Dalit dan mereka tidak diijinkan untuk membeli
minuman di toko itu. Kemudian ada adegan bagaimana penduduk dari kasta Dalit
tidak diijinkan masuk ke dalam kuil atau mereka akan dipukuli (dan memang dipukuli sih). Selain itu juga
ditunjukkan bahwa mereka juga tidak diijinkan makan makanan dari piring yang
berasal dari kasta Dalit.Ayan disediakan piring baru saat mencoba makan dari
piring bawahannya.
Begitu
abainya polisi dalam menangani kasus ini terlihat bagaimana polisi sendiri
tidak mengetahui wajah dari gadis yang hilang dan mereka juga tidak meminta
fotonya dari keluarga sang gadis. Sejak awal, Brahmadatt berusaha untuk
menutup-nutupi kasus ini agar tidak semakin membesar karena dia sendiri
ternyata terlibat dalam pembunuhan terhadap para gadis itu.
Film ini
karena membawa pesan social yang sangat besar maka saaat penayangannya,
sejumlah negara bagian di india melarang penayangan film ini. Tapi memang film
yang disutradari oleh Anubhav Sinha menyasar pada generasi muda yang mungkin
tidak menyadari tentang perbedaan kasta ini yang sangat kental di India. Ayushman
Khurana mampu memainkan Ayan dengan baik. Sebagai pria berpendidikan tinggi
namun menghadapi banteng social yang sangat ketat.
Melihat
film ini jangan membayangkan adegan polisi India melawan gangster atau ala ala
polisi Thakur. Tidak ada semua itu. Termasuk di sini tidak ada adegan nyanyi
dan menari yang menurut saya juga tidak penting untuk tema seperti ini. Akhir
kata, selamat menikmati dan selamat menonton.
No comments:
Post a Comment