Apa yang anda tahu tentang Taj Mahal? Sekedar kuburan ? tempat wisata di India? Atau apalagi? Taj Mahal, adalah suatu kuburan yang dibuat oleh seorang raja Shah Jehan untuk istrinya Mumtaz Mahal. Nah, film ini juga merupakan bukti kisah cinta seorang suami terhadap mendiang istrinya dalam bentuk lain. Tidak dengan membuat bangunan makam yang indah, tapi membuat karya lain yang bisa digunakan oleh banyak orang.
Film ini
berjudul Manjhi, the mountain man,
diambil dari tokoh utamanya yang dirilis pada tahun 2015. Film ini diambil dari
kisah nyata yang menceritakan Sosok Dashrath Manjhi dalam membelah sebuah
gunung yang memisahkan desanya dengan kota terdekat Waziganj dan para pemainnya
bukanlah sosok sosok yang terkenal di sana. Pemain utamanya adalah Nawazuddin Siddiqui
dan Radhika Apte serta disutradarai oleh Ketan Mehta.
Manjhi
melakukan tindakan gila dan dianggap sinting oleh penduduk desa setelah dia
berniat membelah gunung yang menghalangi akses desanya menuju ke kota terdekat.
Jika penduduk desa mau ke kota maka mereka harus mengitari deretan gunung
sehingga jaraknya menjadi jauh. Jarak Gehlore dengan Waziganj hanya 4 mil, tapi
untuk mencapai kesana , penduduk harus menempuh jarak 40 mil mengitari
bukit/gunung tersebut.
Pada saat
istrinya, Paguniya yang sedang hamil anak kedua naik gunung untuk mengantarkan
makanan pada suaminya yang mengolah ladang di sisi gunung lain, dia terjatuh.
AKhirnya Manjhi membawa Istrinya dengan menggunakan tandu untuk ke kota , tapi
nahas, istrinya tidak tertolong ( walau anak keduanya, perempuan bisa lahir dengan selamat).
Sejak itu
Manjhi langsung berniat untuk membelah gunung agar tidak ada lagi penduduk di
desanya yang bernasib sama seperti istrinya dan agar dapat memperpendek waktu
dan jarak tempuh ke kota terdekat. Butuh waktu 22 tahun bagi Manjhi untuk
membelah gunung tersebut dengan lebar 9 meter dan jarak 100 meter. Hal yang
awalnya dianggap mustahil namun ternyata menjadi kenyataan (mengingat dia
membelah bukit hanya dengan pemukul batu saja).
Karakter
Manjhi sendiri sejak awal memang digambarkan sebagai pria pemberani, keras
kepala, dan tidak pantang menyerang. Dia Lahir dari kasta bawah masyarakat di
Desa Gelhore Bihar, India. Dia berasal dari kasta terendah, kasta Moosahar atau
pemakan tikus. Belum lagi sewaktu ayahnya yang terjerat hutang pada tuan
tanah menyerahkan dia untuk jadi budak, tapi dia melarikan diri ke Dalbard
menjadi buruh tambang (tujuh tahun kemudian baru balik ke Gehlore). Sifat pemberani
Manjhi juga ditunjukkan kala dia berani kawin lari dengan Paguniya yang akan
dinikahkan dengan pria lain yang lebih mapan.
Contoh
Sifat keras kepalanya adalah saat semua penduduk desa melakukan migrasi ke
daerah lain karena musim kemarau terjadi begitu parah sehingga sumber-sumber
air mengering. Dia tetap bertahan di desa itu walau harus memakan rerumputan.
Ada
beberapa adegan lain yang mungkin saya tidak akan melakukannya, Adegan dimana
Manjhi harus jalan kaki dari Bihar ke New Delhi dengan jarak 1300 km hanya
karena tidak memiliki tiket (tapi sedihnya saat sampai di istana negara, dia
tidak berhasil menemui Perdana menteri india ). Atau adegan saat dia sampai di
desanya dia memeluk tuan tanah dengan alasan saat itu ada undang-undang kesetaraan
untuk semua kasta (dan dia dengan naifnya langsung memeluk tuan tanah dan
berakibat langsung dihajar deh)
Film ini
bersetting dari tahun awal 1960 (saat dimulainya membelah gunung) dan maju
mundur alurnya .Situasi dimana India baru merdeka, hubungan antara tuan tanah
dan rakyat yang seperti tidak tersentuh. Tuan tanah yang terbiasa menindas
masyarakat dan juga anak anak mereka sejak kecil sudah dididik untuk menjadi
sama seperti mereka. Ditambah lagi situasi Desa gehlore yang tidak ada jalan,
sekolah maupun rumah sakit karena sangat terisolir. Situasi ini mendapat
balasan di tahun 1969 saat ada gerakan revolusioner yang memancung tuan tanah
di desa Gehlore, karena ingin menerapkan hukum kesetaraan yang belum diterapkan
sepenuhnya di sana. Banjir darah terjadi di desa itu, termasuk ayah Manjhi
sebagai korban.
Hal paling
menyebalkan adalah adanya sosok sosok yang memanfaatkan keluguan dari Manjhi. Pada
masa kampanye politik Indira Gandhi di tahun 1970an, orang-orang tersebut (salah
satunya adalah kepala desa, anak dari tuan tanah di Desa Gehlore ) menggunakan
cap jempol Manjhi untuk menipu pemerintah dengan alasan membuat jalan membelah
bukit yang menelan biaya 2 juta rupee. Manjhi dengan lugu memberikan cap jempol
nya dengan pikiran bahwa kepala desa benar benar akan membantunya untuk
mendapatkan dana karena sudah membelah gunung. Saat Manjhi mengetahui
kecurangan itu dan menuntut keadilan, dia terusir dan memaksa dia pergi ke New
Delhi untuk meminta keadilan.
Saat dia
kembali dari New Delhi dengan kecewa maka semangatnya kembali meningkat karena
penduduk desa mulai membantunya melihat usahanya yang sudah cukup berhasil. Tapi
lagi lagi si kepala desa yang licik melaporkan kepada otoritas terkait bahwa
Manjhi mencuri batu dan menjual untuk kepentingannya. Saya betul betul gemas
melihat kepala desa ini.
Hal ini
membuat Manjhi akhirnya dipenjara. Dengan bantuan jurnalis yang meliput berita
itu (sang jurnalis sudah mengenal Manjhi sejak awal manjhi mulai membelah
gunung) dan penduduk desa, akhirnya Manjhi bisa terbebas dari penjara. Manjhi
akhirnya meninggal di usia 73 tahun pada 2007 karena kanker kandung kemih. Di Tahun
2011 akhirnya Pemerintah India membangun jalan utama di kawasan itu.
Film ini
hampir tidak ada lagu lagu, kalaupun ada lagu, itu benar benar bisa menyatu.
Jadi kalau nonton film India jangan dipikir semua akan ada lagu dan tarian yang
tidak tahu waktu. Film ini mampu menempatkan lagu dengan situasi yang tepat.
Saya suka
adegan saat Paguniya dan Manjhi melakukan kawin lari. Sebelum pergi dari rumah
, Paguniya membawa replica murahan Taj mahal pemberian manjhi. Hal yang menurut
saya secara simbolis menunjukkan harapan Paguniya akan Manjhi sebagai suaminya
kelak, mengingat dia berani menentang keluarganya dan melarikan diri bersama
manjhi.
Film ini
mengajarkan pada saya bahwa untuk berbuat baik itu harus diiringi dengan
kepandaian. Bukan sekadar semangat. Setidaknya kita harus memahami aturan, dan
tidak buta huruf tentunya. Kita harus memahami dengan siapa kita melakukan
kebaikan agar pekerjaan kita tidak menjadi sia-sia. Sama seperti Manjhi yang
justru dimanfaatkan oleh Pria kasta atas di desanya untuk keuntungan pribadi.
Begitu juga
saat dia ke New Delhi dengan berjalan kaki yang memunculkan empati bagi banyak
orang sehingga mereka ikut jalan kaki menuju istana negara.Kelompok yang
mengiringi makin lama makin banyak dan digunakan oleh kelompok politik tertentu
untuk kepentingan mereka sehingga terjadi kerusuhan di depan istana negara .
Bukankah sebenarnya di negara kita pun ada banyak anak bangsa yang mencoba
berjuang untuk hal hal baik tapi akhirnya jatuh oleh para politisi yang tidak
segolongan?
No comments:
Post a Comment