Labels

Sunday, August 2, 2020

72 Hours: Kepahlawanan Jaswant Singh dalam perang Cina-India tahun 1962


Kali ini saya ingin membahas tentang film biografi dari india yang berjudul 72 hours. Film ini mengisahkan tentang sosok prajurit India yang bernama Jaswant Singh dalam perang antara Cina-India tahun 1962. Ekspektasi saya di film ini awalnya cukup tinggi walau saya tidak mengenal para pemainnya sih, hehehe. Tapi ya ternyata tidak sesuai harapan saya.

Adegan diawali dengan pengiriman barang-barang Jaswant Singh ke rumahnya lalu flash back ke masa kecil Jaswant. Jaswant merupakan sosok yang berasal dari keluarga hindu yang miskin di Gharwal, Uttarakhand. Diceritakan bagaimana untuk makan susah, ayahnya terjebak hutang, sekadar untuk membeli baju pramuka susah. Bahkan dia ditipu orang kala mau membeli sepeda.


Jaswant akhirnya bergabung dengan militer dan dikirimkan dalam pos perbatasan dengan Cina karena wilayah India Timur laut ini dianggap bagian dari Tibet. Saat terjadi konfrontasi dengan pasukan Cina , Jaswant menolak untukmeninggalkan pos dan bertahan selama 72 jam seorang diri di sana hingga meninggal.

Kisah romantic juga dimunculkan di film ini. Saat berada di daerah konflik, Jaswant berkenalan dengan Noora, gadis desa setempat. Walau kisah romantisnya sangat singkat tapi aku jadi penasaran, sosok Noora ini benar ada atau dramatisasi dari film itu. Mengingat mereka baru kenal dan mereka langsung jatuh cinta gitu. Adegan nyanyi nyanyi layaknya film india, itu cukup mengganggu saya sih mengingat ini film kisah nyata bukan film fiksi, jadi ngapain harus ada adegan  menyanyi segala. Dan sosok Noora ini pun dikisahkan mati di medan pertempuran lho.

Nah, ini yang menjadi greget, karena saya yang menontonnya jadi greget. Di saaat anggota pasukan lain mundur menuju Sella Pass alias di pos lain, Jaswant Singh seorang diri berperang melawan pasukan Cina. Aku tidak tahu apa yang menjadi jalan pikiran dari Jaswant. Apakah karena dia memang sepemberani itu atau gimana sehingga menolak untuk meninggalkan pos menuju pos lain yang masih tersedia amunisi senjata. Mungkin karena dia masih usia 21 tahun, jadi jiwa anak mudanya tertantang untuk menjadi seorang hero di medan perang tidak peduli dengan realita kenyataan.

Saat temannya menujukkan temannya-temannya yang lain dalam kondisi yang sangat payah, dia tetap dengan yakin berperang hingga titik darah penghabisan, pimpinan pasukan, Chandra Mohan yang semula akan langsung bergerak meninggalkan pos , jadi termotivasi untuk tetap bertahan di pos (walau akhirnya tetap mundur k epos lain sih)

Ada adegan yang juga tidak masuk akal. Saat Noora, gadis desa setempat mendatangi pos tempat baku hantam terjadi, mereka masih bisa berbicang bincang dalam posisi berdiri ditengah kecamuk perang (dan itu sendiri lho si Jaswant) duh, langsung teringat dengan film film India yang lebainya luar biasa deh. Belum lagi adegan slow motion yang terlalu banyak , aku yang melihat aja misal adegan melempar granat dengan gerakan slow motion, bisa aku tembak itu orang sebelum orang itu berhasil melempar granat atau lari ke tempat lain.

Dan anehnya saat si Jaswant kakinya sudah tertembak, dia masih bisa bergerak cepat dan berlari (dengan adegan slow motion pula, aduhhhhhhhh pusing). Di medan pertempuran, Jaswant akhirnya ditemani oleh Noora berperang melawan Pasukan Cina. Noora anehnya dengan yang baru pertama kali belajar menembak, di beberapa adegan berikutnya mampu menewaskan prajurit Tiongkok lho. AKu yang melihatnya berpikir kok bisa? Mana pasukan tiongkok ini kayak posisinya sama terus gak gerak gerak dalam menyerbu sampai ke pos penjagaan, padahal disitu hanya ada Si Jaswant dan Noora. Logikaku langsung bertanya saja sih, “ kok bisa?”

Kemudian adegan Jaswant di film ini jadi kayak film ramboo atau apalah itu, film Amerika, yang seorang diri mampu membunuh pasukan Cina dalam jumlah yang sangat besar. Aku bertanya, memangnya pasukan cina sebodoh itu sehingga mudah sekali dibantai oleh Jaswant seorang diri. Memangnya mereka tidak memiliki kemampuan strategi atau gimana gitu sehingga begitu mudahnya di tembak dan dibunuh dalam jumlah yang sangat besar oleh Jaswant.

Saat adegan terakhir dimana Jaswant juga dikeroyok oleh pasukan Cina, dia masih sempat membunuh beberapa prajurit dan dengan gagah nya dia mampu bertahan dari tusukan bayonet pasukan cina berkali kali. Ingat, tidak hanya sekali dua kali lho, tapi berkali-kali. Aku sampai geleng geleng kepala. Padahal kalau saja aku di posisi itu, aku bakal langsung tembak Jaswant selesai, tidak perlu kayak jadi barang mainan dengan ditusuk tusuk pake bayonet gitu.

Oh ya, ada addegan adegan sekilas dimana pasukan Cina itu terlihat tidak seperti orang Cina, tapi seperti orang India pada umumnya. Sutradaranya sepertinya kurang jeli mengambil gambar walau di adedgan terakhir saat Jaswan udah dikepung  itu pasukannya ya seperti orang cina pada umumnya sih, tapi pas ada adegan tembak menembak dan sekilas terlihat para pasukan cina ini berkulit agak gelap yah seperti orang india langsung mengganggu sih hehehe. 

Tapi ya sudahlah, mungkin memang adegan dramatisasi itu perlu sih bagi yang suka. Tapi kalau aku sih, kayak mengganggu malahan. Film ini disutradarai oleh Avinash Dyani yang juga berperan sebagai Jaswant dan dirilis di tahun 2019. Seandainya tindakan-tindakan Jaswant itu masih bisa dilogika dan tetap berjuang , maka itu malah bagus. Misalnya Jaswant tetap posisi mundur sambil terus membela diri, bukan malah seperti seorang pahlawan yang cari mati dengan tetap sendirian di pos penjagaan.mungkin karena aku pake logikaku sih, buat apa tetap bertahan di situ sendirian kalau gak mau cari mati, mending tetap hidup sambil terus berjuang . mundur bukan berarti kalah bukan?  Ah gak taulah, Jaswant sendiri akhirnya dianugerahi gelar Mahavir Cakra oleh pemerintah India. Tapi untuk sebuah film hiburan, maka ok lah. Saya memberi skor film ini 6.0 dari skala 1-10. Akhir kata selamat menyaksikan.


No comments:

Post a Comment