sinopsisfilmindia.com |
Phineas Taylor Barnum atau yang disebut juga dengan P.T. Barnum, siapa dia? Itu yang ada dalam pikiran saya kala memutuskan untuk menonton film musical yang berjudul The Greatest Showman. Bagi saya, sangat penting untuk melihat kisah film itu, apakah fiksi atau real. Berhubung saya menyukai film-film yang berdasar kisah nyata, maka begitu membaca sekilas sosok Barnum, maka saya putuskan untuk menonton film ini. Sebelum film ini dibuat dan disutradari oleh Michael Gracey, sudah ada beberapa film lain yang mengisahkan perjalanan hidup dari Barnum, misalnya The Mighty Barnum (1934) dan juga serial TV berjudul Barnum yang dibuat di tahun 1986.
Kisah diawali dengan Barnum muda yang
merupakan anak seorang penjahit dan bekerja pada seorang kaya Bernama Hallets. Barnum
sejak muda sudah menyukai anak Hallets yang Bernama Charity, namun untuk
sementara waktu mereka terpisah karena Charity harus sekolah. Setelah dewasa,
Barnum menikahi Charity dan hidup sederhana dengan dikaruniai dua putri yaitu
Caroline dan Hellen dan bekerja sebagai seorang akuntan di sebuah perusahaan.
Masalah mulai muncul kala perusahaannya mengalami kebangkrutan karena kapal-kapal
mereka tenggelam di Laut Tiongkok Selatan sehingga Barnum dipecat dari
kantornya
Dengan sedikit berkas dari kantor yang
dibawahnya , Barnum berhasil meminjam uang di bank untuk membeli sebuah museum .
Namun pertunjukkannya tidak menarik sehingga tidak laku. Ide muncul dari dua
putrinya agar dia menunjukkan show yang lebih nyata dan lebih aneh. Akhirnya
Barnum mengumpulkan berbagai orang-orang aneh untuk menjadi bagian dari
pertunjukkannya. Mulai dari pria gendut, pria yang sangat tinggi, orang cebol, Wanita
berjenggot dan Wanita yang seluruhnya berbulu dan banyak lagi orang-orang aneh
yang menjadi bagian dari pertunjukkannya. Dengan segera Pertunjukkannya menjadi
ramai dan mendatangkan banyak uang. Barnum bisa memberikan kehidupan yang layak
kepada keluarganya dan tidak merasa minder dengan mertuanya yang merupakan
keluarga kaya.
Pada suatu pesta, barnum bertemu dengan
pria dari keluarga kaya yang Bernama Philip Charlyle. Mereka akhirnya membuat
kesepakatan untuk menjadi rekan dan membuat P.T. Barnum Circus menjadi semakin
terkenal. Charlyle juga mampu membawa tim sirkus Barnum ke Inggris atas
undangan ratu Inggris. Pada saat pesta karena undangan Ratu Inggris tersebut,
Barnum bertemu dengan penyanyi yang sangat kondang di Eropa Bernama Jenny Lind.
Barnum melihat peluang bisnis dari Jenny yang memiliki suara merdu dan cantik.
Akhirnya Jenny di bawa ke Amerika untuk mengadakan konser di Amerika. Konser
yang dilakukan sangat sukses sehingga dilakukan tur Amerika Bersama Barnum.
Hanya saja, selama konser tersebut, Jenny
mulai menyukai barnum. Barnum menolak merayakan kesuksesan Bersama Lind memutuskan
pulang. Kepulangan Barnum diikuti dengan berbagai bencana yang bertubi-tubi.
Tempat sirkusnya terbakar karena ulah preman setempat yang tidak suka dengan
keberadaan Barnum dan orang-orang aneh tersebut. Kemudian diikuti dengan
perginya anak-istrinya ke rumah mertuanya karena rumah mereka disita oleh bank karena
mengetahui penipuan yang dilakukan oleh Barnum. Belum cukup, foto Lind dan
dirinya yang berciuman sebelum konser terakhirnya terpublish oleh media cetak New
York yang membuat Namanya semakin hancur.
Apa yang harus dilakukan oleh Barnum untuk
mengangkat dirinya lagi? Itulah yang harus kalian tonton sampai selesai. Tapi
aku suka film ini. Menurut saya, Hugh Jackman mampu memerankan tokoh Barnum
dengan baik. Apalagi Hugh Jackman pernah bermain di film musical sebelumnya yaitu
Les Miserables. Selain Huch Jackman, acting para pemain lain seperti Michelle
Williams sebagai Charity, Charlyle yang diperankan oleh Zac Efron serta Zendaya
cukup sukses disini. Zac Efron sudah terbiasa di film musical juga karena
sebelumnya bermain di high school musical. Sementara itu Zendaya memang seorang
penyanyi jadi ya ok-ok saja bermain di film ini.
Cuma saya kurang tahu, entah mengapa
lagu-lagu yang dinyanyikan seperti berjarak bagi saya. Duh, bingung ngomongnya
tapi nuansa lagu-lagunya itu tidak seperti harapan saya sih, bukan berarti
lagu-lagu yang mengiringi jelek lho ya. Saya hanya suka lagu this is me
saja. Feelnya dapat banget sih kalau menurutku.Dan setelah saya browsing-browsing
, lagu ini juga memenangkan piala Golden Globe di tahun 2017 sebagai lagu
original terbaik. Bagaimana mereka tidak malu dengan diri mereka yang dianggap
aneh dan bersuara pada dunia bahwa inilah mereka. Kostumnya juga pas
menunjukkan suasana Amerika di era akhir tahun 1800an.
Film ini hampir tidak menunjukkan kegetiran
hidup. Apa ya, sejak awal film ini membawa pesan positif dan optimis. Padahal
bayangan awal saya, film ini akan membawa nuansa dark terlebih dahulu sebelum
akhirnya menjadi happy ending. Ternyata tidak sama sekali. Barnum muda yang
semangat dalam menjalani hidup dan mengirimkan surat kepada Charity. Charity
yang hanya tersenyum saat membaca surat dari Barnum. Sikap kedua anak Barnum
kala memangun musium dari nol, begitu juga Charity. Semua membawa nuansa
optimis dalam menjalani kehidupan. Bukankah kita memang membutuhkan keceriaan,
apalagi selama pandemic seperti ini, kalau terus dicekam ketakutan, yang ada
justru semakin melemahkan kekebalan tubuh kita (loh, kok malah larinya kesitu? Hehehe)
Orang-orang aneh yang dikumpulkan oleh
Barnum ini juga digambarkan membawa kesan positif. Ada beberapa adegan yang
menunjukkan kekecewaan mereka terhadap barnum yang sepertinya mengeksploitasi
mereka, atau bahkan malu kepada mereka kala mereka tidak bisa masuk ke suatu
pesta yang hanya dihadiri orang-orang kalangan kelas atas. Namun, disisi lain,
saya juga melihat bagaimana mereka menjadi bersemangat dalam menjalani hidup.
Di bagian akhir , mereka menyebutkan bagaimana mereka bisa memiliki keluarga
yang tidak menganggap diri mereka aneh, mereka adalah orang yang normal pada
umumnya.
Pada titik ini saya merasa terharu. Saya pernah
baca artikel, di abad 18 dan 19, kalau seseorang terlahir cacat, maka pilihan
mereka hanya ada dua, melanjutkan hidup dengan penuh cemoohan dan dikucilkan
dari masyarakat atau bergabung dalam suatu sirkus yang tengah digandrungi
masyarakat pada saat itu. Dan umumnya orang-orangyang terlahir cacat ini akan
lebih memilih untuk bergabung dengan sirkus , setidaknya mereka mendapatkan
uang dan mendapatkan teman-teman yang bernasib serupa. Bagi saya, hidup dalam
komunitas yang serupa itu lebih aman karena kita bisa diterima daripada tidak.
Lagu This Is Me menjadi puncak bagaimana para
orang aneh ini ingin dianggap sama seperti orang lain, bahwa mereka bukan
sesuatu yang mengerikan dan menjijikkan, tapi mereka itu sama dengan yang lain.
Nuansa lagu This Is Me ini bener bener membuat saya bersemangat kala
menyanyikannya sih, hahahaha.
Saya juga belajar bahwa terlalu rakus akan
uang justru akan menghancurkan diri sendiri. Barnum yang hanya melihat potensi
bisnis dari Lind, akhirnya justru membuat Lind jatuh cinta. Langkah apapun yang
Barnum pilih akan membawa konsekuensi buruk dalam kehidupan pribadinya. Dia
tidak memperhitungkan faktor X kala melihat potensi bisnis dari sosok Lind.
Mungkin itu yang perlu menjadi perhatian bagi kita semua. Walau akhirnya Barnum
memilih keluarganya dibanding Lind, tapi membawa konsekuensi Namanya yang
tercoreng di publik.
Sang penulis naskah yaitu Bill Condon ternyata adalah orang yang
sudah menghasilkan film-film musical yang berkualitas. Sebut saja film Chichago
(2002), dreamgirls (2006) serta Beauty and The Beast (2017). Dengan pengalaman
seperti itu, wajar saja jika film musical ini cukup baik untuk dinikmati.
No comments:
Post a Comment