Kalau anda terlahir cacat tidak punya tangan dan kaki, apa yang ada dalam pikiran anda? Kalau anda melahirkan seorang bayi yang tidak memiliki tangan dan kaki, apa yang ada dalam pikiran anda? Itulah yang akan kita pelajari dari kisah hidup Hirotada Otokake dalam bukunya yang berjudul No One’s Perfect yang. Sebenarnya buku ini sudah pernah saya baca dulu sekali, tapi entah kenapa melihat buku ini di rak buku sewaktu pulangkampung, tiba-tiba ingin kembali membaca buku ini (plus memang sudah mulai lupa isinya seperti apa, hehehehe).Akhirnya, saya ambil buku itu dan mulai saya simpan untuk saya baca nanti.
Otokake adalah seorang pria Jepang yang
mampu menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang tidak perlu dikasihani walau dia
terlahir dengan sindrom Tetra melia, yaitu sindrom yang membuat dirinya hampir
tidak memiliki tangan dan kaki (sebenarnya ada sih tangan dan kaki namun dengan
ukuran yang sangat kecil. Sejak kecil, orang tuanya sudah berjuang sedemikian
rupa agar dirinya tidak merasa berbeda dengan anak-anak lain. Orangtuanya
memperlakukan dirinya seperti anak-anak lain. Bahkan Ototake melakukan
aktivitas-aktivitas seperti yang dilakukan oleh anak-anak lain.
Buku ini mengisahkan proses kehidupannya
dari lahir hingga dia masuk ke bangku kuliah di Universitas Waseda. Sejak TK,
karena sifat keras kepalanya, Ototake menjadi seperti seorang raja di
sekelilingnya. Anak-anak yang lain selalu bertanya dengan kondisi fisiknya yang
berbeda dengan dirinya dan dia selalu menjawab hal yang sama. Namun kelemahannya
itu justru mampu dia gunakan untuk bertindak dan seakan-akan menjadi seorang raja.
Ototake selalu dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki pemikiran positif yang
selalu mendukung dirinya.
Masalah mulai muncul kala sudah memasuki
usia SD. Banyak sekolah umum yang menolak dirinya karena kondisi fisiknya. Diterimanya
dia di sekolah Yohga membuat keluarganya mengambil keputusan untuk pindah
tempat tinggal agar lebih dekat dengan SD Yohga. Di sekolah tersebut, dia
dipegang oleh Sensei Takagi yang mengajar dia dari kelas 1 hingga kelas 4.
Sensei Takagi mengajari dirinya agar dia mampu melakukan tugasnya dengan baik dan
tidak mengharap belas kasihan dari orang-orang disekitarnya. Sensei selalu
melibatkan dirinya dalam berbagai aktivitas , termasuk olahraga atau aktivitas
kemping.
Nah, acara kemping ini termasuk seru, karena
dengan perjalanan naik gunung yang lumayan berat. Sensei mampu membuat tidak
ada perbedaan antara Oto-chan dengan anak-anak lain. Anak-anak yang lain merasa
tidak adil kalau hanya oto-Chan yang diijinkan untuk tidak ikut sementara anak
anak lain harus ikut naik gunung. Pada bagian ini, saya sangat salut bagaimana
usaha guru -guru dan termasuk teman-teman Oto chan yang mendukung penuh Oto Chan
untuk sampai naik ke puncak (padahal oto Chan menggunakan kursi roda lho). Di
kelas 5 dan 6 Oto-chan juga dipegang oleh sensei Oka, yang walaupun memiliki
metode yang berbeda dengan sensei Takagi, namun memiliki tujuan yang sama.
Tujuan agar Oto-chan memiliki rasa percaya
diri yang tinggi dan tidak minder dengan apa yang terjadi pada kondisi
fisiknya.
Di Tingkat SMP, Oto dengan cukup percaya
diri bergabung dengan klub basket. Dengan pelatih yang tidak menyepelekan
dirinya, dia ikut Latihan di klub basket. Selama ikut basket pun, tidak ada Tindakan
diskriminasi dari teman-temannya kepadanya. Lebih jauh lagi, Oto kemudian
terlibat dalam anggota osis. Bahkan Oto
mengincar dan mampu menjadi ketua Osis. Bayangkan, seorang yang cacat tidak
memiliki tangan dan kaki, mampu menjadi seorang ketua OSIS. Bagi saya pribadi,
itu benar-benar sesuatu yang wow. Menunjukkan kualitas yang ada pada diri
Oto.Hal yang harusnya kita tiru bukan?
Di tingkat SMA, Oto malah bergabung dengan
tim Futbol di sekolahnya. Walaupun dengan cacat fisiknya, Oto akhirnya menjadi
semacam manajer yang bertugas untuk melakukan analisis permainan lawan yang
akan melawan tim sekolah mereka. Tentu hal seperti ini dibutuhkan kemampuan
berpikir yang sangat kuat dari Oto. Oto mampu berfokus pada tim Futbol, apalagi
saat mereka berjuang untuk bisa lolos dalam kejuaran Kanto dimana hanya 4 tim
saja yang bisa lolos ke Kejuaraan tersebut.
Mendekati kelulusan, Oto mengikuti sekolah
pra kuliah untuk persiapan memasuki bangku kuliah. AKu tidak tahu bagaimana
sekolah seperti ini kalau d Indonesia. Apakah semacam Bimbel gitu ya? Tapi yang
jelas, Oto mengalami kesulitan mencari sekolah pra kuliah karena , yah lagi-lagi
berkaitan dengan kondisi fisiknya. Hingga akhirnya dia menemukan sekolah pra
kuliah Sundai yang mau untuk memberikan pelajaran baginya. Dengan usaha yang
keras (karena nilai-nilai sebelumnya yang rendah) dia akhirnya mampu menembus
Universitas Waseda di Fakultas Sosial dan Politik.
Saya salut dengan orang tua Otochan. Saat
ayahnya berusaha memberitahu ibunya bahwa Oto terlahir dengan hal yang berbeda,
dia berpikir bahwa istrinya akan pingsan saat melihat kondisi fisik bayinya.
Tapi ternyata ibunya sejak awal sudah menyiapkan mental dan tidak pingsan,
bahkan mampu menerima Oto dengan lapang dada. Saat pertama kali melihat
bayinya, dia malah berkata kalau bayinya sangat tampan. Disini sejak awal, aku
melihat ibunya sudah sangat tegar dan sudah berpikir positif untuk membesarkan
anaknya (apalagi anaknya kelak hanya satu-satunya lho). Sering saya membaca
kisah orang tua yang memiliki anak autis, awal-awalnya mereka selalu menyangkal
bahwa itu terjadi pada anak mereka. Butuh waktu yang lama sampai akhirnya bisa
menerima bahwa anak-anak mereka cacat. Hal yang tidak saya temukan pada ibu
Otochan.
Orang tua Oto mendidik dengan cara yang
seperti anak pada umumnya. Mereka tidak membuat semacam pembedaan. Hal ini
terlihat saat Oto ijin untuk bertamasya Bersama temannya pada saat kelas 7.
Alih-alih orangtuanya melarang atau malah minta ikut. Jusru hal ini
dimanfaatkan oleh orangtua Oto untuk pergi bertamasya ke Hongkong berdua. Hal
yang aneh bukan? Kalau anaknya cacat, umumnya orangtua akan melarang dengan
berbagai cara, atau mereka ingin ikut untuk menjaga anaknya. Tapi hal itu tidak
ditemukan. Termasuk pada saat mereka sekolah di SD Yohga. Mereka mempercayakan
semuanya kepada guru Oto, yaitu Sensei Ototake. Mereka tidak rewel sekolah harus ini itu mengingat Oto terlahir berbeda dibanding
anak yang lain.
Orang tua oto mendidik dengan pemikiran
bahwa Oto harus bisa melakukan hal-hal yang sifatnya umum dan mereka tidak
ingin Oto tumbuh menjadi pribadi yang minder karena kondisi fisiknya. Mereka
bahkan termasuk percaya dengan Otochan. Hal itu terlihat saat Oto ingin kuliah
di Waseda. Fokusnya di Waseda. Mereka sudah melakukan kontrak sewa apartemen yang
dekat dengan Waseda.Kalau sampai gagal masuk Waseda, mereka dalam masalah besar
secara finansial dan tempat tinggal. Padahal posisi Oto saat itu belum juga tes
di waseda, masih semacam ikut program bimbel. Saya kalau jadi orangtuanya
mungkin tidak akan berani mengambil risiko seperti itu. Atau mungkin justru tekanan
seperti ini membuat seseorang, dalam hal ini Oto makin terpacu untuk bisa
diterima di Waseda?
Sebagai pribadi yang penuh percaya diri dan
sangat aktif, membuat Oto memiliki penggemar rahasia di kelas 9. Walaupun Oto
tidak tahu siapa anak kelas 7 yang mengirimi surat cinta itu, tapi itu membuka
persepsi saya di sisi lain . Seorang Oto yang memiliki cacat fisik seperti itu,
ternyata tetap memiliki seorang idola. Bukankah umumnya di usia seperti itu,
orang tertarik atau jatuh cinta atau cinta monyet karena fisiknya? Ternyata ada
orang yang melihat dirinya dari kacamata yang lain, bukan karena fisiknya. Bayangkan,
hal seperti ini kalau saya sih itu membangkitkan rasa percaya diri saya
hahahaha.
Sesudah kehidupan di Waseda, kisahnya mulai
tidak menarik sih, apa ya, bukan sesuatu yang wow. Walau ada prestasi prestasi
lain sih, misalnya juara pidato dalam bahasa inggris, kemudian ikut menjadi
semacam panitia festival gitu dan menjadi pembicara di depan publik , menjadi
ketua komite abad 21 dan lain sebagainya, tapi bukan sesuatu yang perlu saya
tulis disini, karena perjuangan dan pembentukan karakter Otochan sangat terlihat menarik dari
TK hingga memasuki perguruan tinggi saja. Saya sarankan kalian untuk
membacanya, terutama bagi kalian yang merasa minder dengan diri kalian.Kalau
Otochan yang cacat seperti ini saja sangat percaya diri dengan hidupnya, kenapa
kalian para pemuda yang memiliki organ tubuh lengkap merasa hidupnya merana dan
tersisih? Bangunnnnnnnn dan berjalanlah dengan sikap yang optimis menyongsong
masa depan!
No comments:
Post a Comment