Ada yang masih ingat petualangan Sherina di tahun 2000? Aku sudah lupa sih kisahnya jujur, padahal aku menonton filmnya saat masih remaja hehehehe. Cuma ingat pas joget jogetnya tapi yang jelas cukup menghibur. Nah, sekarang dibuat sekuelnya setelah 23 tahun berlalu. Tentu penasaran seperti apa filmnya, apakah masih musical yang enak ditonton seperti masa lalu, ataukah ada yang mengalami penurunan? Tentu aku yang pernah nonton kisah pertamanya, sayang jika dilewatkan begitu saja.
Sherina yang
sudah dewasa bekerja sebagai jurnalis dan sedang dalam persiapan untuk meliput
world economic forum di Swiss bersama kameramennya, si adit. Namun, rencana
mendadak berubah. Si bos meminta untuk meliput penyelamatan orangutan di
Kalimantan. Setibanya di Kalimantan, Sherina justru bertemu dengan sahabat masa
kecil (sampai remaja), Sadam yang menjadi pemimpin organisasi penyelamatan
orangutan. Ia menyambut baik liputan pelepasan orangutan kea lam liar. Namun,
pelepasan orang utan yang bernama Sayu ini mengalami hambatan karena dicuri
oleh komplotan penjahat yang dipimpin oleh Dedi.
Dedi menangkap
Sayu atas pesanan suami istri miliader yaitu Syalendra dan Ratih yang selalu
dijaga oleh bodiguardnya, Pingkan. Ratih yang tergabung dalam komunitas
istri-istri konglomerat berambisi agar dirinya selalu menjadi pusat perhatian. Setelah
sebelumnya selalu pamer kucing-kucing mahal, maka dia ingin sesuatu yang lain,
yaitu satwa langka agar bisa mengundang decak kagum dari para istri konglomerat
dan demi gengsi.
Riri Reza menjadi
sutradara di film ini dan berharap bisa mengulang kesuksesan film pertama, dan
yah berhasil. aku menonton di siang hari sih, jadi tidak terlalu ramai
penontonnya. Hehehehe jam orang kerja siapa juga yang mau menonton. Tapi ada
beberapa yang aku notice. Sherina sepertinya seorang jurnalis yang punya bargaining
besar, karena saat mendengar bosnya dan mitra kerjanya berdiskusi masalah
penugasan, tiba-tiba dia nyelonong memotong pembicaraan. Seumur-umur bekerja jadi
budak korporat, belum pernah melihat kasus kayak gini, tapi mungkin memang yang
namanya film harus tidak sesuai dengan aslinya kali ya. hehehehe
Adegan Sherina
yang berencana resign dari kerjaannya hanya karena tidak mendapat apa yang dia
inginkan, hmmmm khas banget ya generasi milenial, kalau tidak cocok denga napa yang
dipikirkan maka langsung main resign saja. Mathias Muchus yang berperan sebagai
ayah Sherina mengingatkan, kalau dia jadi bosnya Sherina dia bakal nyerah deh
punya anak buah seperti Sherina karena sukar diatur, semua harus bergerak sesuai
dengan apa yang diinginkan. dari situ aku melihat ada dua generasi dengan dua
cara pandang yang berbeda. Generasi tua yang ingin kita belajar untuk legawa
dengan segala keputusan atasan, generasi muda yang selalu berpikiran bahwa
mereka itu selalu benar dan harus selalu mendapat apa yang mereka inginkan.
Isyana Saraswati
sepertinya kembali berperan dengan hal-hal yang unik, apa ya sebutannya,
sedikit bloon? Menyebalkan atau apa ya, tapi dia cocok berperan sebagai istri
konglomerat yang selalu menyanyi dan rambutnya tibat-tiba mengingatkan saya
pada telenovela jadul yaitu tante rambut palsu (aduh, saya tua banget ya).
begitu juga syalendra yang diperankan oleh Chandra Satria, sosok gemuk kaya
raya khas banget orang kaya. Wkwkwkwk. Pasangan miliader yang menurutku lucu
aja. Apalagi lagu yang dinyanyikan mereka berdua itu juga mengandung kritikan
sosial sebenarnya. Jujur prananto dan Mira Lesmana mampu membuat naskah agar
bisa nyambung dengan film pertamanya sih. Riri Reza masih menjadi sutradara
film kedua ini.
Adegan saat
Sadam dan Sherina disekap dalam bangunan tua itu kalau aku pikir kok terlalu
lama ya, kan bisa dipotong ya. betul sih , bagian itu mereka mengenang masa
lalu (sambil nyanyi nyanyi pastinya) dan juga alasan mengapa Sadam menjauh dari
Sherina , perbedaan cara berpikir yang Sadam tidak bisa menerima, dan ternyata
sikap Sherina sekarang masih sama dengan yang lama yang membuat Sadam menjauh
darinya. Adegan pas di Bintang bintangnya juga malah kayak tidak real, apa ya,
CGI nya kurang bagus sih , malah terasa dibawa balik ke teknologi jadul. Mungkin
harapan pembuat filmnya agar terlihat lebih modern. Masalahnya kalau teknologi
kurang mendukung seperti yang di barat, jatuhnya mengganggu sih.
Karakter yang
tidak aku duga bakal bagus adalah si pingkan yang dimainkan oleh Kelly
Tandiono. Mbak Kely keren banget jadi bodyguardnya. Badannya kurus tapi padat
tinggi dengan ekspresi wajah yang bengis. Cocok banget dia jadi bodyguard yang
jago bertarung. Berharap banget dia akan main di film film lain yang sesuai
dengan karakter wajahnya. Aku masih bingun kenapa si anak kecil (aduh aku lupa
namanya) tetap saja ditangkap padahal kan bisa langsung disingkirkan gitu. Padahal
penjahat lho, masak masih mikir kasihan kasihan gitu ya? atau aku yang terlalu
ekstrim aja mikirnya? Hehehehe.
Derby Romero dan
Sherina mampu memerankan karakter Sadam dan Sherina dengan baik. Aku melihat
Sadam mewakili sosok pria matang yang pas di film ini, sementara Sherina seperti
tidak mengalami perubahan di film anak-anaknya, sosok yang ceria dan selalu
bersemangat begitu. Aku sih lebih memilih karakter Sadam yang sepertinya mampu
melepaskan diri dari Sadam kecil. Entah ya, nuansa Sherina kecil dan saat
dewasa kok menurutku sama. sama sama keras kepala tidak mengalami perubahan
nyata akibat pengalaman hidup sih, wkwkwkw.
Aku suka sih
dengan ide ceritanya, tentang penyelamatan satwa langka dan itu sangat relevan
dengan masa sekarang. Bukankah hutan-hutan di Kalimantan mengalami kerusakan
parah oleh para pengusaha sawit yang membuka lahan secara besar-besaran. Konflik
antara satwa langka dan manusia sangat besar terjadi. Aku rasa mira Lesmana
berusaha menyelipkan pesan moral tetang lingkungan hidup di sini. Bedanya di
film ini, si Sayu ditangkap untuk dijadikan barang pamer orang kaya, sementara
aslinya orang utan pada dibunuh karena tidak ada tempat lagi. Walau hanya
sedikit sedikitnya Masyarakat jadi lebih aware dengan masalah lingkungan yang
terjadi di Indonesia sekarang ini.
Film ini walau
film musical tapi mampu menarik banyak penonton, terutama penonton jadul yang
sudah menonton yang pertama. Jarang-jarang kan penonton menyukai film musical di
indonesia. jadi kalau aku sih kalau disuruh untuk menilai, yah dari 1-10 aku
kasih nilai 7, karena bagiku cukup menghibur walau durasinya terlalu lama dan
bisa dipotong. Setidaknya lagu-lagunya enak didengar gitu. Kalau kalian, berapa
akan kasih nilai skornya? Silahkan koment di bawah.
No comments:
Post a Comment