Kali ini
saya ingin membahas tentang film biografi dari india yang berjudul 72 hours. Film
ini mengisahkan tentang sosok prajurit India yang bernama Jaswant Singh dalam
perang antara Cina-India tahun 1962. Ekspektasi saya di film ini awalnya cukup
tinggi walau saya tidak mengenal para pemainnya sih, hehehe. Tapi ya ternyata
tidak sesuai harapan saya.
Adegan
diawali dengan pengiriman barang-barang Jaswant Singh ke rumahnya lalu flash
back ke masa kecil Jaswant. Jaswant merupakan sosok yang berasal dari keluarga
hindu yang miskin di Gharwal, Uttarakhand. Diceritakan bagaimana untuk makan
susah, ayahnya terjebak hutang, sekadar untuk membeli baju pramuka susah.
Bahkan dia ditipu orang kala mau membeli sepeda.
Jaswant
akhirnya bergabung dengan militer dan dikirimkan dalam pos perbatasan dengan
Cina karena wilayah India Timur laut ini dianggap bagian dari Tibet. Saat
terjadi konfrontasi dengan pasukan Cina , Jaswant menolak untukmeninggalkan pos
dan bertahan selama 72 jam seorang diri di sana hingga meninggal.
Kisah romantic
juga dimunculkan di film ini. Saat berada di daerah konflik, Jaswant berkenalan
dengan Noora, gadis desa setempat. Walau kisah romantisnya sangat singkat tapi
aku jadi penasaran, sosok Noora ini benar ada atau dramatisasi dari film itu. Mengingat
mereka baru kenal dan mereka langsung jatuh cinta gitu. Adegan nyanyi nyanyi
layaknya film india, itu cukup mengganggu saya sih mengingat ini film kisah
nyata bukan film fiksi, jadi ngapain harus ada adegan menyanyi segala. Dan sosok Noora ini pun dikisahkan mati di medan pertempuran lho.
Nah, ini
yang menjadi greget, karena saya yang menontonnya jadi greget. Di saaat anggota
pasukan lain mundur menuju Sella Pass alias di pos lain, Jaswant Singh seorang diri
berperang melawan pasukan Cina. Aku tidak tahu apa yang menjadi jalan pikiran
dari Jaswant. Apakah karena dia memang sepemberani itu atau gimana sehingga
menolak untuk meninggalkan pos menuju pos lain yang masih tersedia amunisi
senjata. Mungkin karena dia masih usia 21 tahun, jadi jiwa anak mudanya
tertantang untuk menjadi seorang hero di medan perang tidak peduli dengan
realita kenyataan.
Saat
temannya menujukkan temannya-temannya yang lain dalam kondisi yang sangat
payah, dia tetap dengan yakin berperang hingga titik darah penghabisan,
pimpinan pasukan, Chandra Mohan yang semula akan langsung bergerak meninggalkan
pos , jadi termotivasi untuk tetap bertahan di pos (walau akhirnya tetap mundur
k epos lain sih)
Ada adegan
yang juga tidak masuk akal. Saat Noora, gadis desa setempat mendatangi pos
tempat baku hantam terjadi, mereka masih bisa berbicang bincang dalam posisi
berdiri ditengah kecamuk perang (dan itu sendiri lho si Jaswant) duh, langsung
teringat dengan film film India yang lebainya luar biasa deh. Belum lagi adegan
slow motion yang terlalu banyak , aku yang melihat aja misal adegan melempar
granat dengan gerakan slow motion, bisa aku tembak itu orang sebelum orang itu
berhasil melempar granat atau lari ke tempat lain.
Dan anehnya
saat si Jaswant kakinya sudah tertembak, dia masih bisa bergerak cepat dan
berlari (dengan adegan slow motion pula, aduhhhhhhhh pusing). Di medan
pertempuran, Jaswant akhirnya ditemani oleh Noora berperang melawan Pasukan
Cina. Noora anehnya dengan yang baru pertama kali belajar menembak, di beberapa
adegan berikutnya mampu menewaskan prajurit Tiongkok lho. AKu yang melihatnya
berpikir kok bisa? Mana pasukan tiongkok ini kayak posisinya sama terus gak
gerak gerak dalam menyerbu sampai ke pos penjagaan, padahal disitu hanya ada Si
Jaswant dan Noora. Logikaku langsung bertanya saja sih, “ kok bisa?”
Kemudian
adegan Jaswant di film ini jadi kayak film ramboo atau apalah itu, film
Amerika, yang seorang diri mampu membunuh pasukan Cina dalam jumlah yang sangat
besar. Aku bertanya, memangnya pasukan cina sebodoh itu sehingga mudah sekali dibantai
oleh Jaswant seorang diri. Memangnya mereka tidak memiliki kemampuan strategi
atau gimana gitu sehingga begitu mudahnya di tembak dan dibunuh dalam jumlah
yang sangat besar oleh Jaswant.
Saat adegan
terakhir dimana Jaswant juga dikeroyok oleh pasukan Cina, dia masih sempat membunuh
beberapa prajurit dan dengan gagah nya dia mampu bertahan dari tusukan bayonet
pasukan cina berkali kali. Ingat, tidak hanya sekali dua kali lho, tapi
berkali-kali. Aku sampai geleng geleng kepala. Padahal kalau saja aku di posisi
itu, aku bakal langsung tembak Jaswant selesai, tidak perlu kayak jadi barang
mainan dengan ditusuk tusuk pake bayonet gitu.
Oh ya, ada addegan adegan sekilas dimana pasukan Cina itu terlihat tidak seperti orang Cina, tapi seperti orang India pada umumnya. Sutradaranya sepertinya kurang jeli mengambil gambar walau di adedgan terakhir saat Jaswan udah dikepung itu pasukannya ya seperti orang cina pada umumnya sih, tapi pas ada adegan tembak menembak dan sekilas terlihat para pasukan cina ini berkulit agak gelap yah seperti orang india langsung mengganggu sih hehehe.
Tapi ya
sudahlah, mungkin memang adegan dramatisasi itu perlu sih bagi yang suka. Tapi kalau
aku sih, kayak mengganggu malahan. Film ini disutradarai oleh Avinash Dyani
yang juga berperan sebagai Jaswant dan dirilis di tahun 2019. Seandainya
tindakan-tindakan Jaswant itu masih bisa dilogika dan tetap berjuang , maka itu
malah bagus. Misalnya Jaswant tetap posisi mundur sambil terus membela diri,
bukan malah seperti seorang pahlawan yang cari mati dengan tetap sendirian di
pos penjagaan.mungkin karena aku pake logikaku sih, buat apa tetap bertahan di
situ sendirian kalau gak mau cari mati, mending tetap hidup sambil terus
berjuang . mundur bukan berarti kalah bukan? Ah gak taulah, Jaswant sendiri akhirnya
dianugerahi gelar Mahavir Cakra oleh pemerintah India. Tapi untuk sebuah film
hiburan, maka ok lah. Saya memberi skor film ini 6.0 dari skala 1-10. Akhir
kata selamat menyaksikan.
No comments:
Post a Comment