Judul buku :
si cacing dan Kotoran kesayangannya
Penulis : Ajahn Brahm
Penerbit :
Awareness publication
Tahun terbit :
cetakan 26, Des 2012
Jumlah halaman :
307 halaman
Akhirnya membaca (lagi) buku ini setelah sekian tahun.
banyak cerita yang saya sudah lupa. Ya memang cerita dalam buku ini sangat
banyak, ada 108 kisah sehingga tidak mungkin kita bisa mengingat semua. Tapi saya
berpikir ya tidak ada salahnya untuk dibaca lagi, toh saat itu saya juga belum
pernah membuat resensinya. Akhirnya pinjamlah saya ke perpustakaan kota di
Jogjakarta deket deket jalan sudirman, hehehehehe (yuk ke perpustakaan yukkk)
Buku ini berisi 108 kisah yang berasal dari pengalaman diri,
kisah kisah lalu yang kemudian dibukukan. Isi kisahnya juga relevan dengan
situasi zaman. Hal yang paling menarik tentunya karena karena kisah ini ditulis
oleh seorang biksu dari Inggris, yang mendalami tradisi budha di Thailand timur
laut dan rela meninggalkan karirnya dan megganti namanya menjad ajahn brams
yang artinya guru brahm. Sebelumnya beliau bernama peter dan merupakan lulusan
dari fifika teori satu angkatan dengan Peter Hawking dari Cambridge university
dan setahun menjadi guru sebelum akhirnya pergi ke Thailand menjadi biksu tahun
1983 berguru pada Ajahn Chah. Pengalamannya selama 30 tahun menjadi biksu tentu
pantas untuk di amati mengingat latar belakangnya dari eropa dan merupakan
orang terpelajar, bukan orang asia, walau selama pendidikan di Thailand ada
banyak tantangan yang menghadang.
Ajahn bram banyak melakukan pelayanan dengan aktif
mengunjungi penjara, rumah sakit, rumah duka untuk melakukan penghiburan. Ceramahnya
selalu sukses dan dihadiri banyak orang. Tentu saja menjadi keuntungan bagi
penyelenggara apabila mengundang Ajahn brahm karena beliau tidak menarik biaya
untuk ceramahnya. Beliau hanya mengandalkan pemberian makan dari orang-orang, tidak meminta hal yang
lebih.
108 kisah di buku ini terbagi menjadi 11 bagian, yaitu
kesempurnaan dan kesalahan, cinta dan komitmen, rasa takut dan rasa sakit,
kemarahan dan pemaafan, menciptakan kebahagiaan, masalah kritis dan
pemecahannya, kebijaksanaan dan keheningan batin, pikiran dan realita, nilai
dan kehidupan spriritual, kebebasan dan kerendahan hati, penderitaan dan
pelepasan.
Hanya beberapa kisah yang saya ingat karena memiliki makna
yang menancap di pikiran saya, misalnya kisah tentang dua bata jelek yang
dibangun oleh Ajahn Brahm. Dari tembok yang dibangun 100 bata ada dua bata yang
susunannya jelek, dan ajahn focus pada bata yang jelek. Itu seperti kita semua
yang juga memiliki kelemahan dan kelebihan, namuns eringkali kita lebih focus pada
keburukan, entah pad adiri sendiri atau pada orang lain, padahal ada banyak
kelebihan yang bisa dilihat , seperti 2 bata jelek yang dijadikan focus padahal
ada 98 batu yang tertata bagus.
Begitu juga tentang bagian cinta dan komitmen, ada kisah
tentang pasangan suami istri yang ribut tentang suara ayam atau bebek. Dalam hubungan
relationship seringkali kita harus
mengalah untuk memepertahankan cinta kita, karena bukan benar atau tidak dari
suatu perebatan, tapi kira kira apakah itu akan mempengaruhi hubungan kita
dengan pasangan tidak. Bisa jadi kita memang benar dan pasangan kita salah,
tapi apa gunanya kalau hubungan kita kemudian menjadi buruk dan tidak harmonis?
bagaimana cara untuk meredakan amarah? Ya dengan menerima dan menyambut amrah itu sama seperti kisah siluman yang masuk ke istana dan duduk di singgasana raja, dikeroyok oleh prajurit banyak, siluman itu makin lama makin besar, dan sang kaisar kemudian berganti taktik dengan menyambut siluman itu dan memperlakukan dengan baik.s emakin disambut ukuran silmuan itu makin lama makin kecil dan akhirnya menghilang. Sama seperti saat ada masalah dalam diri kita, maka kita harus menerima dengan berlapang dada, bukan menentang dan protes kenapa harus kita yang menerima itu karena protes tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi saat kita bisa menerima ada masalah dan mencoba mencari jalan keluar maka masalah itu dengan segera justru akan lebih mudah diselesaikan.
Rasa takut, justru bisa merusak daripada segala persiapan
yang sudah dilakukan, seperti kisah biksu muda yang di tes untuk melewati ebuah
kolam berisi air asam yang berbahaya melalui sebuah titian. Sang murid sebelum
mulai melakukan berbagai latihan terus
menerus dan itu dapat dilakukannya degan
mudah, tapi begitu mulai dihadapkan pad akolam air asam yang sebenarnya ,
dimana didasar kolam terdapat banyak tulang tulang manusia, maka timbul rasa
takut yang luar biasa dan akhirnya dia jatuh ke kolam (yang sebenarnya hanya
tipuan karena melalui kolam itu merupakan suatu bentuk ujian semata). Kitapun sering
dihinggapi rasa takut saat akan melakukan sesuatu seolah olah kita tidak bisa,
padahal sebelumnya kita sudah melakukan persiapan dengan sangat baik. Kita belajar
untuk bisa menguasai diri dan menguasai takut itu sendiri sehingga tidak
mendominasi pikiran kita agar kita dapat melakukan segala sesuatunya dengan
baik.
Ajahn Brams juga memasukkan cerita cerita dari gurunya,
Ajahn Chah, yang esensinya adalah jangan lekati apapun, lepaskanlah dan
ikhlaskanlah apa adanya.buku ini sebelumnya berjudul Membuka PIntu Hatiterbitan
dari Karaniya ehipassiko tahun 2005 namun kemudian saat berganti penerbit
dipilih cerita terakhir sebagai judul. Saya berpikir sih kalau judul membuka
pintu hati terkesan tidak menjual (bagi saya lho) dan terasa seperti buku
pengembangan diri biasa, tapi begitu menggunakan judul sic acing dan
kotorannya, justru membuat orang menjadi ertarik kira kira isinya tentang apa
ya.
Si cacing dan kotorannya menceritakan dua orang yang berbeda
nasib, biksu satu menjadi dewa, dan satunya justru menjad cacing. Si dewa
berusaha mengajak si cacin dan membawanya ke surge tapi sic acing lebih suka
tinggal di dalam kotoran yang menjadi makanannya dan tidak mau melihat surge yang
lebih abadi.akhirnya sang dewa meninggalkan sic acing dan kembali ke surga. Dan
makna cerita ini sangat menohok bagi saya pribadi, bukankah manusia juga
seperti itu, lebih suka hidup dalam nafsu duniawi dan tidak mau melepaskan diri
dari nafsu itu walau sudah diberi jalan yang lebih baik agar kelak bisa masuk surga
, tapi kita lebih memilih berkubang dalam nafsu dan kenikmatan duniawi yang
sebenarnya fana?
Karena memiliki makna yang mendalam, saya menyarankan buku
ini untuk menajdi buku bacaan kita agar menjadi makanan bagi jiwa kita dan
menjadi lebih bijak dalam segala hal. Akhir kata selamat membaca.
No comments:
Post a Comment