Judul buku : Totto Chan’s children
Pengarang : Tesuko Kuroyanagi
Penerbit : Kompas Gramedia
Jakarta
Tahun
Terbit : Februari 2010,
328 halaman
Totto chan,
buku ini tiba tiba ingin saya baca lagi di tahun 2020 ,padahal saya sudah
pernah membacanya sekitar 7 tahun lau. Tapi buku ini tiba tiba menggugah saya
untuk membacanya lagi karena memang bukunya menurut saya cukup menarik. Bagi
yang sudah pernah membaca buku Totto Chan yang pertama, maka membaca buku ini
merupakan suatu anjuran.
Buku totto yang pertama menceritakan masa kecil toto yang unik dan sekolah di kereta yang dijadikan ruang kelas. Buku yang kedua, Totto alias Tetsuko sudah beranjak dewasa, menjadi seorang artis terkenal di Jepang. Pengalaman hidup Totto menjadikan UNICEF tertarik menjadikannya duta kemanusiaan UNICEF yang dengan segera langsung diterima oleh Totto.
Selama
menjabat sebagai duta kemanusiaan UNICEF, Totto sudah mendatangi berbagai
negara , dari tahun 1984 hingga tahun
1996. Ada Tiga belas negara yang dikunjungi oleh Totto dan dituangkan di dalam
buku ini. Mulai dari Tanzania di tahun 1984, Nigeria tahun 1985, India tahun
1986, Mozambik 1987, Kamboja dan Vietnam di tahun 1988, Angola di tahun 1989,
Bangladesh di tahun 1990, Irak I tahun 1991, Etiopia di tahun 1992, Sudan di
tahun 1993, Rwanda di tahun 1994, Haiti di tahun 1995 serta yang terakhir
Bosnia Herzegovina di tahun 1996.
Setiap
negara memiliki permasalahannya sendiri sendiri yang berdampak besar terhadap
anak-anak. Totto melihat bagaimana Bencana kelaparan,kekeringan, perang
saudara, mengakibatkan dampak besar terhadap anak-anak, aik secara fisik maupun
psikologi mereka.
Di
Tanzania, rata rata 600 orang mati karena kelaparan atau penyakit. Banyak
anak-anak yang kekurangan gizi disini. Seorang anak hanya untuk mencari air
saja harus mencari air sejauh 9 Km . Karena tingkat kematian yang tinggi maka rata
rata dalam keluarga memiliki 8 anak karena anak merupakan suatu investasi.
Hanya saja di Tanzania selain factor kematian, juga ada kepercayaan tradisional
bahwa orang yang sudah meninggal akan dilahirkan kembali sebagai cucu atau cucu
buyut dari orang yang meninggal. Hal ini mengakibatkan semakin banyak anak yang
dilahirkan maka semakin besar peluang mereka untuk bisa dilahirkan kembali .
DI Nigeria,
dalam kurun waktu 1957- 1985 terjadi perluasan Gurun Sahara yang mencapai lebih
dari setengah wilayah Nigeria dengan curan hujan hanya 2,5cm/tahun pada tahun
1984. Hal ini mengakibatkan orang-orang kesusahan dalam mencari air. Di negara ini,
ada banyak suku nomad yang memiliki hewan ternak dimana kematian hewan ternak
bagi mereka merupakan suatu bencana besar. Pemerintah dan UNICEF sudah menanam
40ribu pohon . Anak-anak di negara ini banyak yang terkena campak sebagai
akibat dari susahnya mendapat air. Perluasan gurun pasir (desertifikasi) di
negara ini terjadi karena pasokan listrik yang sangat kurang di sehingga
penduduk menebang pohon sebagai bahan bakar di rumah. Totto disebut sebagai
duta kemanusiaan hujan bagi penduduk di sana.
Sementara
itu, Totto melihat angka kematian anak di India sangat besar dan merupakan
terbesar di Asia saat itu. Pada saat itu sekitar24 juta anak lahir di India pertahun
tapi tingkat kematian mencapai lebih dari 10 persen. Penyebab utama kematian
adalah karena tetanus yang memerlukan vaksinasi. Totto yang sangat akrab
(bersentuhan fisik ) dengan anak anak menjadi berita besar di India karena di
India tidak mungkin orang kaya melakukan hal tersebut. Hal ini berkaitan dengan
sistem kasta yang sangat kuat.
Peristiwa
di Mozambik sungguh sangat memilukan karena negara tetangga ikut campur dalam
usaha unuk menghancurkan negara tersebut. Afrika Selatan sebagai pelaku
apartheid kuatir bila negara tetangganya berhasil memerintah dengan baik maka
akan menimbulkan gejolak di dalam Afrika selaan sehingga mereka membantu
tentara anti pemerintah untuk melawan pemerintah.
Dampak dari
perang saudara ini adalah lebih dari setengah klinik hancur dan lebih dari
sepertiga sekolah hancur. Anak-anak banyak yang menjadi korban, mereka tidak
bisa bicara, hilang ingatan maupun kaki hancur atau mata yang buta. Ada satu
hal yang sangat menyentuh saya kala Totto memberikan hadiah kepada presiden
Mozambik ,Chissano, dan sang presiden mengatakan bahwa teropong itu untuk
meneropong masa depan. Suatu hal yang menunjukkan rasa optimis dalam membangun
negeri.
Perjalanan
di Kamboja dan Vietnam membuka hati siapapun, bagaimana di Kamboja terjadi
pembantaian besar-besaran oleh Pol Pot .Semua RS dihancurkan dan hanya ada 35 panti asuhan diseluruh
negeri. Banyak orang oang terpelajar yang dibunuh. Bangunan budaya pun
dihancurkan kala kepalapatung patung di Angkor Wat dihancurkan. Di Vietnam
sekolah malam banyak ditemukan karena anak-anak di pagi hari bekerja dan
malamnya mereka baru belajar.
Di Angola,
perang saudara yang sudah berjalan 15tahun membawa cerita sedih. Perang di
angola sama seperti di Mozambik bahwa tentara anti pemerintah didukung oleh
Afrika Selatan yang tidak ingin pemerintahan kulit hitam berhasil dalam
mengatur negeri mereka masing-masing. Jumlah guru dan dokter yang ada di negara
ini sangat kurang.Walau begitu, Anak-anak tetap haus akan pendidikan walau terpaksa membawa kursi sendiri untuk belajar
disana.
Di
Bangladesh kasus utama adalah seringnya banijr besar yang melanda. Tingkat
kematian anak yang tinggi yaitu 900.000 anak di bawah usia 5 tahun mati tiap
tahunnya. Selain itu memiliki anak perempuan d negara ini dianggap suatu
masalah, sama seperti di India. Hal ini dikarenakan anak perempuan kelak yang
akan membayar mas kawin kepada keluarga laki-laki. Namun anehnya, di
Bangladesh, anak laki-laki cenderung lebih banyak di sekolahkan daripada anak
perempuan. Tingkat kemiskinan di Bangladesh yang begitu tinggi memuat M.Yunus
memiliki ide untuk memuat Bank Grameen yang menyasar para perempuan perempuan
miskin di Bangladesh.
Anak-anak
juga menjadi Korban selama konflik terjadi di Irak . Selesai perang teluk, maka
infrastruktur mengalami kerusakan yang parah. Tidak ada listrik yang mengalir
kesana. Sementara anak-anak yatim piatu digunakan orang dewasa untuk mendeteksi
ranjau darat.
DI Etiopia
, perang saudara mengakibatkan bencana kemanusiaan yang parah. Para pengungsi
dari Somalia datang ke Etiopia karena berpikir kalau di Etiopia ada makanan.
Anak-anak di pengungsian ditimbang untuk menentukan mereka layak diberik atau
tidak. Seperti di Nigeria , di Etiopia kekeringan terjadi parah karena para
penduduknya menebang pohon untuk mengganti listrik . Hal ini mengakibatkan
hutan di Etioia menjadi hilang. Selain itu, hwan-hewan juga memakan pohon yang
tersisa. Saat terjadi banjir mendadak, air mengalir dan menghilang dengan
cepat.
Kekeringan
juga terjadi di Nigeria dimana 60% penduduknya bergantung pada program bantuan
luar negeri. Hal ini juga diperparah dengan perang saudara yang intens.
Anak-anak tidak hanya menjadi korban perang, tapi mereka juga terluka diserang
oleh heyna.
Perang
antar etnis di Rwanda yang melibatkan suku hutu yang mayoritas dengan suku
Tutsi juga berdampak pada anak-anak. Para pengungsi yang dari suku Hutu
melarikan diri ke Zaire karena takut akan balas dendam dai suku Tutsi. Di sini
ditemukan banyak anak-anak yang dijadikan tentara. Begitu besar kengerian yang
terjadi di Rwanda sehingga ada ungkapan “ tidak ada iblis di neraka. Mereka semua
berkumpul di negara kami, Rwanda.”
Di Haiti,
hutan menjadi gundul karena pohon ditebang untuk djijadikan arang. Tingkat pengangguran
di Haiti mencapai 80% sementara pekerja
prositusi anak biasa ditemukan dimana 72 pelacur di Haiti terinfeksi HIV
. Negara ini memang tidak sempat membangun karena sebelum nya dikuasai oleh
militer maupun dikuasai dictator. Pemerintahan yang demokratis hanya bertahan
sebentar di tahun 1990 dan di tahun 1995 akhirnya pemerintahan kembali ke
sipil.
Di Boznia,
perang saudara juga mengakibatkan bencana. Anak –anak berpikir untuk menjadi 0
tahun alias masih ada di dalam perut ibunya karena begitu besar goncangan hidup
yang diterima. Banyak dari mereka yang menjadi korban ranjau darat akibat perang
saudara yang melibatkan tiga etnis di sana.
Fakta yang
mencengangkan adalah anak-anak Afrika tidak tahu hewan Gajah dan Jerapah .
Mereka hanya mampu menggambar lalat dan kaki yang lemah karena hebatnya
kekeringan di wilayah itu. Anak-anak ini walau menjadi korban, tapi banyak yang
melihat sesuatu dengan optimis. Seorang anak perempuan di Vietnam yang
kehilangan dua matanya, tetap rajin dalam belajar. Membaca buku ini membuka
mata kita mengenai kisah pilu di negara negara berkembang dan dampaknya bagi
anak-anak. Silahkan membaca buku ini.
No comments:
Post a Comment