Sudah lama menyimpan film Queen of Katwe buatan Disney,
namun baru sekarang selesai menontonnya. Film ini sendiri berkisah tentang
seorang gadis dari perkampungan kumuh di Uganda, yang berjualan sayur dan
jagung. Hidup dalam kemiskinan, pada suat ketika Phiona, gadis itu, mengikuti
adiknya datang di sebuah kelas yang berisi anak anak yang sedang berlatih
Catur. Phiona awalnya yang tidak tahu apapun tentang catur menjadi tertarik
dengan permainan ini dan mendapat perhatian dari Robert Katende, pelatih
disana, karena kemampuan Phiona yang
berkembang dengan pesat.
Phiona kemudian mulai menjadi pemain tingkat local, nasional
hingga akhirnya mencoba peruntungan untuk mengikuti perlombaan di tingkat
internasional. Film ini menurut saya cukup menginspirasi apalagi kisahnya
memang berasal dari kisah nyata Phiona Mutesi. Perjuangannya, termasuk
tentangan dari sang ibu yang takut anaknya menjadi kecewa apabila mengalami
kegagalan karena mimpi anaknya yang sangat tinggi.
Hal ini bisa saya lihat dalam scene saat ada turnamen di
Rusia. Phiona begitu percaya diri bahwa dia akan menjadi master dan mengalahkan
lawan-lawannya, sementara pelatihnya sudah mengingatkan supaya jangan terlalu
percaya diri atau akan menjadi terpuruk apabila mengalami kegagalan, dan
akhirnya memang benar, Phiona yang di tingkat nasional seolah tiada lawan ,
kemudian harus mengalami kegagalan di situ. Scene yang memperlihatkan kegagalan
dan kekecewaaan Phiona terlihat begitu bagus. Impian yang begitu tinggi dan
seketika langsung menunjam ke bawah. Hanya karena satu kegagalan yang membuat
Phiona berkeinginan untuk tidak bermain catur kembali. Butuhw waktu hingga dia
bisa bangkit dari keterpurukannya.
Adegan yang lucu namun menyebalkan adalah saat Robert Katende
berencana untuk mengikuti turnamen tingkat sekolah pertama kali namun ditolak
oleh panitia karena selain tidak ada uang juga karena bukan dari sekolah
melainkan dari kampong kumuh yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Ekspresi
Barumba selaku ketua panitia yang sangat meremehkan. Apalagi di awal turnamen
memang ada tradisi makan bersama, dimana manner tentu sangat dipertontonkan,
hal yang tidak dimiliki oleh anak anak dari perkampungan kumuh. Bikin ketawa
saat anak anak mulai ambil makanan sebelum waktunya, hingga makan tidak
menggunakan garpu tapi langsung dari tangan. Wkwkwkwkwk
Perlu dilihat juga kondisi keluarga Phiona, dimana memiliki
tiga adik, dan satu kakak perempuan yang pergi dengan kekasihnya namun akhirnya
kembali lagi bersama keluarganya karena kekasihnya sudah bosan dengannya. Begitu
miskinnya , saat adegan Bryan, saudara Phiona tertabrak namun pelakunya
melarikan diri, maka ibunya membawa ke rumah sakit, namun saat proses penjahitan
selesai, mereka melarikan diri dari rumah sakit karena memang tidak memiliki
uang. Uang yang ada sebelumnya sudah dipakai untuk membawa Bryan pulang ke
rumah dan mengabarkan kepada ibunya, Hariet.Adegan yang bikin sedih adalah kala
mereka diusir dari kamar kontrakannya dan harus menggelandang untuk sementara
waktu.
Perubahan pola piker Phiona yang sempat membuat ibunya
kuatir adalah sekembalinya Phiona dari Sudan
untuk mengikuti turnamen catur yang diselenggarakan oleh PBB. Phiona mengalami
perubahan dimana dia berangan angan menjadi gadis yang memiliki segalanya,
dengan mimpi mimpi yang begitu tinggi tanpa sadar bahwa dia masih tinggal di
perkampungan kumuh lengkap dengan semua pekerjaan yang harus dia lakukan, namun
dia tidak lakukan karena dia tidak mau melakukan hal itu. Hal yang membuat
ibunya pada awalnya menemui Robert agar anaknya tidak terpuruk begitu jauh
hanya karena permainan catur.
Tapi ada satu hal yang membuat aku salut dengan phiona,
mengenai janjinya dengan ibunya. Bahwa dia akan memberikan sebuah rumah untuk
mereka tinggali, bukan lagi kamar kontrakan dengan hidup berjejalan di
dalamnya. Yah, sesudah Phiona mampu mencapai kesuksesan dia melakukan apa yang
dia janjikan kepada ibunya, hal yang harusnya memang kita lakukan kepada orang
orang yang kita kasihi. Biar bagaimanapun janji adalah hutang bukan. Hehehehe
Film ini sendiri terhitung masih baru karena settingnya di
tahun 2007 sementara di tahun 2016 sendiri Phiona baru lulus dari
sekolah dan mulai mendaftar di universitas. Tokoh utamanya masih hidup dan
masih sangat muda. Situasi di Uganda pastinya belum mengalami perubahan drastic
dalam 10 tahun ini bukan. LUpita Nyong O mampu memerankan tokoh Hariet dengan
baik. Ibu yang keras terhadap anak anaknya selepas suaminya meninggal. Kisah hidup
Phiona akhirnya juga dibuat bukunya oleh Tim Crother. Mungkin dengan membaca
bukunya maka kita bisa membaca karakter para tokohnya dengan baik.saya melihat
tokoh Phiona dalam film yang diperankan oleh Madina Nalwanga ini seperti tidak
ada gairah. Gaya bicaranya seolah olah mengatakan, ini aku, bukan siapa siapa
dan ini nasibku. Atau memang gaya
bicaranya seperti itu ya? Hmmm Tapi yang jelas di tangan Mira Nair jelas film
ini film yang sangat menjanjikan secara kualitas bukan?
Film ini mengajarkan bahwa bukan karena kemiskinan maka kita
tidak berhasil dalam hidup, namun talenta apa yang kita miliki yang dapat kita
kembangkan untuk bertahan hidup. Lahir dari keluarga miskin bukanlah kesalahan
kita, tapi apakah kita mampu melepaskan diri dari kemiskinan tu, maka itulah
yang menjadi tugas kita. Seperti Phiona yang menemukan jalannya dengan
mengengembangkan talentanya untuk kemudian menjadi jalan keluar dari kemiskinan,
bagaimana dengan anda dan saya, apakah sudah menemukan langkah yang tepat untuk
keluar dari kemiskinan?
No comments:
Post a Comment