Judul buku :
Sekolah untuk kaum miskin, pelajaran menakjubkan dari masyarakat paling miskin
di Dunia
Pengarang :
James Tooley
Penerbit :
PT. PUstaka Alfabet Jakarta
Tahun terbit :
Cetakan ke-1 Februari 2013
Jumlah halaman :
476 halaman
Sekolah
Swasta? Bagaimana bisa mereka menyediakan pendidikan untuk orang miskin? Yang benar
saja ! sekolah swasta pasti hanya bertujuan untuk orang kelas menengah ke atas
dan mereka tidak akan peduli dengan masyarakat miskin. Itulah yang akan ada
dalam pikiran banyak orang termasuk kita dan para pakar pembangunan. Tapi
sekali lagi, penelitian James Memutar balikkan semua itu, dan pengamatannya
dilakukan pada awal 2000an, jadi masa yang masih relevan pada masa sekarang.
Sekolah swasta ternyata berkembang pesat di berbagai Negara miskin
di India dan Afrika. Namun para pakar pembangunan menolak itu semua, mereka
beralasan bahwa tidak mungkin ada sekolah seperti itu. Hal ini ternyata
dikarenakan para pakar ibarat menara gading yang tidak pernah mendatangi
berbagai tempat kumuh yang banyak tersebar di Negara Negara miskin, padahal di
berbagai kawasan kumuhlah banyak muncul sekolah swasta yang bertujuan untuk
melayani kaum miskin di sana, misalnya di Hyderabad india , kota kumuh Makoko ,
kota Ga, di Ghana dan lain sebagainya.
Kemudian menjadi pertanyaan, apakah mereka diminati? Ternyata
jawabannya adalah ……. YA! Mereka sangat diminati oleh kaum miskin di sana. Bagaimana
bisa mereka menyuka sekolah swasta yang membayar daripada sekoah negeri yang
gratis dan murah para pakar pembangunan di berbagai Negara tersebut kemudian
menolak bahwa mereka orang miskin. Kembali lagi karena mereka percaya bahwa
orang miskin tidakmungkin bisa sekolah swasta dan pasti masuk sekolah negeri.
James kemudian melihat dan melakukan wawancara. Berbagai
alasan kenapa orang tua menyekolahkan anak anaknya ke sekolah swasta, bahkan
memindahkan kembali dari sekolah negeri ke sekolah swasta. Berbagai alasan yang
dulu juga saya temukan di Indonesia atau lebih tepatnya sewaktu saya masih
sekolah dulu (saya kuliah tahun 2000an). Beberapa alasan adalah, orangtua
melihat anak anak mereka tidak mendapatkan apapun di sekolah negeri, dan banyak
guru negeri yang membolos atau datang terlambat, atau jarang masuk . mereka
jarang memberikan pelajaran kepada murid murid, hanya banyak mencatat saa dan
anak anak kemudian bermain. Bahkan ada kasus kasus yang dilihat sendiri oleh
James bagaimana guru guru negeri itu tidak masuk kelas dan hanya memberikan
catatan dan mereka sibuk membaca surat kabar atau ngobrol. Ada kasus dimana
guru tersebut tidak bisa berbahasa local dan selalu berbicara bahasa inggris
(kebetulan di Negara tersebut Negara inggris menjadi pengantar dan beliau guru
bahasa inggris) . banyak guru negeri yang tidak pernah tahu dan mendatangi
kawasan kawasan kumuh tempat murid murid mereka tinggal. Orang tua merasa bahwa
anak mereka tidak diperhatikan dengan baik. Sangat berbeda dengan sekolah swasta
walau mereka membayar (dengan biaya yang murah) namun mereka punya kuasa dan
bisa melakukan protes . kepala sekolah berusaha agar bis amemberikan yang
terbaik bagi murid muridnya, karena jika menurut orang tua , sekolah tidak
memberikan yang terbaik maka mereka akan memindahkan anak mereka ke sekolah
lain dan itu sama asaja dengan kematian sekoalh tersebu. Oleh karena itu
sekolah sangat ketat dalam hal pembelajaran. Guru benar benar mengajar dengan
baik dan tidak akan berani membolos , karena membolos atau datang terlambat
sangat besar kemungkinan maka akan mendapatkan teguran bahkan bisa di
berhentikan.
Bagaimana di sekolah negeri? Kasusnya sangat sama dengan Indonesia.
Guru guru negeri digaji berkali kali lipat dari guru swasta namun secara pembelajaran
sangat rendah karena guru guru berada di zona nyaman. Apabila guru melakukan
pelanggaran (bahkan ada kasus berat dimana guru menghamili murid) maka mereka
hanya akan dimutasi ke sekolah lain, tidak akan bisa diberhentikan karena
mereka tidak memiliki wewenang. Guru guru negeri memiliki etos kerja yang
rendah, sangat berbeda dengan sekolah swasta guru guru memiliki etos kerja
tinggi karena jika buruk mereka akan di pecat. Sungguh sangat ironis karena
secara umum guru guru negeri di Negara Negara tersebut umumnya memiliki
kualifikasi pendidikan yang baik yang disyaratkan oleh pemerintah, hal yang
tidak dimiliki oleh guru swasta. Begitu juga banyak sekali di sekolah negeri
dimana guru guru memperlakukan murid murid mereka dengan tidak manusiawi. Mulai
dari kekerasan hingga penghinaan karena berasal dari keluarga miskin sering
terjadi. Sementara itu yang namanya gethok
tular menjadi hal yang sangat kuat, dimana orang tua akan selalu
membandngkan pendidikan anaknya dengan anak anak di sekitarnya.. kala mereka
merasa bahwa anak mereka tidak akan mendapatkan apapun di sekolah swasta maka
mereka akan mengeluarkannya untuk dipindahkan di sekolah swasta atau membantu
mereka bekerja. Sekedar contoh di Afrika (saya lupa ini di Ghana atau Nigeria)
hari sudah siang tapi anak anak masih bermain di luar dari pagi sementara anak anak lain di sekolah
swasta sibuk belajar di kelas, hal yang membuat orang tua dengan segera
bergegas mengeluarkan anaknya dari sekolah tersebut.
Berbagai pemerintah, misalnya India membuat suatu aturan
agar sekolah swasta bisa berdiri yang aturan itu tidak mungkin bisa dimiliki
oleh sekolah swasta, misalnya memiliki lapangan bermain seluas lapangan sepak
bola, atau adanya toilet di sekolah di Afrika, dan untuk menyelesaikan semua
itu, sama halnya di Indonesia, maka suap menyuap menjadi hal yang umum agar
mereka bisa survive. Untuk menguatkan
hasil pengamatannya maka james Tooley melakukan penelitian di berbagai Negara tersebut
dan hasilnay sagat mencengangkan, kualitas pembelajaran secara umum di afrika
lebihbaik sekolah swasta daripada sekolah negeri.
Kasus yang berbeda adalah di Tiongkok dimana mereka muncul
sekolah swasta akibat jaraknya yang sangat terpencil dan jauh dari sekolah
negeri terdekat sehingga muncul sekolah swasta dan inipun juga tidak diketahui
(atau disembunyikan datanya) oleh pejabat pemerintah. Para pakar pembangunan selalu berfokus pada
pembangunan dan bantuan bagi berbagai sekolah negeri di berbagai Negara miskin
tapi faktanya, ada banyak kasus korupsi yang membuat tidak semua dana bantuan
dari lembaga NGO atau Negara hilang tanpa jejak.
Jadi ingat dulu waktu sekolah negeri, guru guru sering tidak
mengajar, sibuk memberikan catatan yang dituliskan murid kemudian guru sering
meninggalkan kelas, guru yang kurang memerhatikan murid menurut saya. Untunglah sekarang sudah mengalami perubahan
yang drastic , karena saya melihat terjadi peningkatan kualitas guru dan pembelajaran
di kelas. Dan ingat, penelitian oleh James dilakukan bersamaan dengan saat di
Indonesia perbaikan pendidikan masih terjadi dan saat saya masih sekolah tentunya
jadinya masih relevan waktu itu, hamper hampir sama. Bagaimana di kelas itu
bisa sampai 50 siswa (sekarang hanya 30an aja di sekolah negeri), hal yang
menjadi pemikiran dari orang tua siswa miskin bahwa semakin besar jumlah siswa
dalam kelas maka anak mereka akan semakin di perhatikan.
Orang tua dari kelaum miskin dianggap bodoh dan mau
diperalat oleh sekolah swasta tapi dari hasil enelitian dan wawancara james
menunjukkan bahwa mereka tidak bodoh melainkan justru sangat peduli terhadap
pendidikan anak anak mereka karena harapan besar anak anak mereka bisa
mengentaskan kemiskinan. Sekolah swasta juga sangat respon dengan apa yang
dibutuhkan dan diinginkan orang tua, bukansekedar memaksakan kurikulum. Misalnya
di sekolah negeri menggunakan bahasa pengantar local, di sekolah swasta bisa
mengajarkan bahasa inggris sebagai pengantar juga karena orang tua melihat
bahwa bahasa inggris adalah bahasa utama di dunia.
Yah, itulah yang saya ingat mengenai buku ini, mengingat
bukunya sangat tebal, maka saya sarankan bagi yang peduli dengan pendidikan
untuk juga membaca buku ini. Akhir kata selamat membaca.
No comments:
Post a Comment