Judul buku: Maharani Bu Cek Tian
Pengarang :
Yan Wijaya
Tahun terbit :
2013
Penerbit “
gramedia Pustaka Utama
Novel ini menceritakan kisah muda
Bu Cek tian sebagai selir dari kaizar Lie Se bin namun akhirnya harus dasingkan
dari istana menjadi seorang biksuni karena ramalan seorang guru bangsa yaitu
Lie Sun Hong bahwa seorang wanita bermarga bu kelak akan menjadi seorang kaisar
wanita.
Namun sebelum meninggalkan istana menjadi seorang biksuni,
Bu cek tian ternyata sudah memikat pangeran lie ti sehingga kala pangeran
menjadi seorang Kaisar maka dia dibawa kembali ke istana menjadi seorang selir.
Demi ambisinya yang sangat besar,
maka sang selir dengan tega membunuh anaknya sendiri dan memfitnah permaisuri
Ong, sehingga sang permaisuri dipenjara di bawah tanah. Karena sang pemarisuri
sedang hamil dan melahirkan pputranya , lie Tan, di penjara, maka sang putra
mahkota diselamatkan dari pembunuhan yang akan dilakukan oleh Bu Cek tian.
Sementara terjadi huru hara akibat pembunuhan yang dilakukan
oleh Sie Kong dan membuat pangeran tewas, sementara sang raja juga mati karena
jatuh dari loteng akibat huru hara tersebut. Dengan segera sang putra mahkota
Lie YOk menjadi seorang kaisar, tapi hanya beberapa bulan , maka posisinya
dilengserkan oleh ibunya sendirinya dan pangkatnya diturunkan menjadi raja
muda. Sementara sang ibu mengangkat dirinya menjadi kaisar wanita pertama di
Cina (li Hongte)
Mulai muncul kelompok kelompok yang berusaha untuk
menggulingkan kkuasaan, dan puncaknya kala sang putra mahkota lie yok mampu
menguasai istana, sementara sang li Hongte diampuni dari kesalahannya. Tapi
pada akhirnya putra mahkota sah Lie Tan menjadi pewaris berikutnya.
Setidaknya ada tiga kelompok utama yang berusaha untuk
menjadi penguasa dalam novel ini, yaitu bucek tian dibantuk Bu Samsu (yang juga
berambisi untuk menjadi kaisar dan menggunakan siasat licik demi mendapatkan
kekuasaan), Putra Mahkota Lie yok yang lemah dan kurang cekatan, serta putra
mahkota Lie tan yang cerdas serta bijaksana.
Membaca novel ini, berbagai intrik dilakukan demi kekuasaan.
Dan strategi politik yang dilakukan umumnya adalah saling mengawinkan sanak
keuarga demi menjaga strategi politik.Novel ini tidak dapat digolongkan
sepenuhnya menjadi cerita sejarah, apalagi sang pengarang mengakui ini bukan
berdasar sepenuhnya dari kisah sejarah, tapi bisa dibilang setengah legenda
setengah dongeng. Walau begitu, setiap bab dalam novel ini begitu berurutan
sehingga kita sebagai pembaca seperti tidak bisa dibiarkan untuk menghentikan
kisah berikutnya, hingga tak terasa satu buku akhirnya selesai dibaca walau
buku ini sangat tebal, 589 halaman.
Sebagaimana halnya sebuah kisah, maka novel ini memberikan
pesan moral bagi para pembacanya. Seorang pemimpin yang bijaksana akan disukai
oleh rakyatnya, pemimpin yang benar benar memimpin, tidak sekadar demi kekuasaan semata. Dan
semakin tinggi kekuasaan, maka semakin banyak pula yang berusaha menjatuhkan,
termasuk oleh orang orang yang sangat dekat dengan kita. Cerdik bagai ular dan
tulus bagai merpati.
Sang pengarang sendiri sudah diakui kualitasnya sebagai
seorang penulis. Beliau sudah pernah menjadi pemimpin redaksi di berbagai
majalah, seperti majalah film dan cinemags, juga banyak membuat scenario film,
sinetron dan ftv.Jumlah Buku yang sudah ditulisnya sudah berjumlah lebih dari
125 judul.melihat background penulisnya, maka novel ini tentu saja layak untuk
direkomendasikan agar bisa dibaca.
No comments:
Post a Comment